Atambua, Vox NTT-Guru-guru SMP Rinbesihat, Kecamatan Tasifeto Barat mengadukan Kepala Sekolah Wilhemus Nahak Bauk ke DPRD Belu, Jumat (16/03/2018).
Kedatangan guru-guru, perwakilan komite dan masyarakat ini langsung diterima oleh Ketua Komisi III DPRD Belu Theo Manek didampingi anggota dewan Rudy Bouk, Marthin Naibuti dan Siprianus Fahik.
Mereka mengadukan perbuatan Kepsek Wilhelmus yang dinilai tidak menghargai lima kesepakatan yang telah dibuat pekan kemarin pasca sekolah itu disegel.
Untuk diketahui, pada Senin, 5 Maret lalu, SMP Rinbesihat disegel lantaran Kepsek Wihelmus mendatangkan dua guru tenaga kontrak yang adalah anak dan adiknya.
“Teko (tenaga kontrak) yang didatangkan adalah adik dan anaknya yang tinggal serumah,” keluh guru-guru di hadapan Ketua Komisi III DPRD Belu Theo Manek.
Alasan guru-guru menolak Kepsek Wihelmus mendatangkan dua orang guru kontrak yang baru lantaran di sekolah tersebut hanya terdapat enam rombongan belajar.
Selain alasan mendatangkan guru kontrak yang baru, Kepsek Wihelmus juga tidak transparan dalam mengelola dana BOS dan tidak mengakomodir tenaga kerja dari Rinbesihat untuk bekerja di sekolah tersebut. Padahal telah disepakati dari awal bahwa anak-anak Dominikus Kauk akan dipekerjakan di SMP Rinbesihat.
Namun demikian, atas pertimbangan kelancaran proses belajar anak-anak sekolah, pada siang harinya, Selasa, 6 Maret, sekolah tersebut kembali dibuka setelah pihak Dinas Pendidikan, Kepala Sekolah, guru-guru dan orang tua menyepakati lima poin.
Namun, diakui guru-guru di gedung dewan, Kepsek Wihelmus malah tidak menghargai apa yang disepakati. Dia malah kembali mendatangkan dua orang guru tenaga kontrak.
Karena itu kepada DPRD, guru-guru meminta agar ada upaya penyelesaian dalam polemik tersebut.
Tidak hanya itu, setelah sekolah itu dibuka dan proses belajar kembali normal, Kepsek Wihelmus sering mengintimidasi guru-guru.
“Setiap kali ada rapat, dia ancam kami dengan orang Dinas. Dia bilang nama kami sudah tanda merah di dinas,” kata seorang guru yang meminta namanya tidak ditulis.
Selanjutnya, perwakilan orang tua Frans Loe meminta agar Kepala SMP Rinbesihat dicopot.
“Saya atas nama tokoh masyarakat meminta kalau bisa kepala sekolah dicopot dan diganti sehingga ada koordinasi antara kami dan sekolah,” Frans Loe.
Frans menjelaskan, ketika sekokah itu didirikan pada tahun 2010 salah satu pertimbangan utama adalah karena banyak tenaga guru yang nganggur. Sehingga masyarakat dan pemerintah desa sepakat untuk mendirikan sekolah tersebut.
“Perjanjian penyerahan tanah hanya secara lisan tapi kami percaya karena waktu itu ada kepala desa, camat dan tokoh masyarakat,” jelas Frans.
“Dari pengaduan ini, kami sebagai wakil rakyat akan segera ambil langkah untuk pertemuan pada Senin mendatang,” tambah dia.
Setelah mendengar pengaduan, di hadapan guru-guru, Ketua Komisi III DPRD Belu Theo Manek menjanjikan akan segera melakukan pertemuan klarifikasi pada Senin 19 Maret mendatang.
“Sebagai wakil rakyat, kami segera ambil sikap untuk undang pihak-pihak terkait. Hari Senin nanti bapak-ibu datang lagi,” janji Theo kepada guru-guru sebelum mereka meninggalkan gedung dewan.
Sementara itu, Kepsek Wilhelmus Nahak Bauk yang dihubungi VoxNtt.com membatan tuduhan yang dialamatkan kepadanya.
Menurutnya, informasi yang disampaikan guru-guru kepada DPRD Belu tidak benar.
Namun demikian, ia membenarkan bahwa dua orang kontrak yang ditempatkan di sekolah tersebut adalah keluarga dekatnya.
“Informasi itu tidak benar. Saya bekerja sesuai petunjuk dari atas. Soal SK kontrak, itu wewenang dari Dinas. Memang betul, dua orang itu masih keluarga saya,” aku Wilhelmus melalui sambungan teleponnya.
Penulis: Marcel Manek
Editor: Adrianus Aba