Ruteng, VoxNtt.com– Di atas tembok irigasi sepanjang kurang lebih 2 km, suara tangisan histeris puluhan keluarga bergemuruh mewarnai penemuan jasad Angelinus Tifano Leumatawua (16) di air terjun Cunca Lega, Desa Tengku Lese, Kecamatan Rahong Utara, Kabupaten Manggarai-Flores.
Di atas tembok irigasi itu, para pencari jasad Angelinus harus berjalan kaki menuju Cunca Lega dari Kampung Tebo-Tengku Lese. Kampung ini merupakan pos sementara tim pencari jasad korban.
BACA: Di Hari Ketiga, Ritual Adat Ngampo Warnai Pencarian Jasad Angelinus
Medan terjal di samping irigasi seakan bukan hal yang menakutkan bagi tim Badan SAR Nasional (Basarnas) Pos Labuan Bajo bersama keluarga dan masyarakat sekitar saat mengevakuasi jasad Angelinus.
Sebab, di hari ketiga pencarian, Rabu, (16/11/2016) setelah tenggelam pada Minggu, 13 November 2016 lalu jasad siswa kelas 1 SMK Karya Ruteng itu akhirnya ditemukan.
Jasad remaja asal Woang, Kelurahan Pitak, Kecamatan Langke Rembong ini ditemukan sekitar pukul 16.30 wita oleh Oktavianus Ngampur (18) alias Van. Remaja ini merupakan keluarga korban asal Leda, Desa Bangka Leda, Kecamatan Langke Rembong yang ikut menyaksikan proses pencarian.
Penemuan jasad korban hari ini memang memiliki ceritera unik. Disaksikan VoxNtt.com, tim SAR memutuskan pencarian hari ketiga ini terpaksa harus berhenti sekitar pukul 16.25 Wita lantaran derasnya hujan.
Saat semua tim pencari hendak pulang ke pos sementara di Kampung Tebo, tiba-tiba Van kembali ke Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Sekitar 20 meter dari TKP, Van disuruh kembali untuk mengambil sandal milik ibunda Angelinus yang tertinggal. Sementara sebagian anggota keluarga dan tim SAR sudah berada di pertengahan jalan pulang.
Saat berada di atas batu, tempat dimana menyaksikan evakuasi tim SAR Van menoleh ke arah kolam air terjun. Saat matanya tertuju ke kolam, Van pun langsung melihat dengan jelas tangan korban sedang melayang-layang di atas arus sungai.
Dari atas batu besar itu ia kemudian memanggil kembali tim SAR untuk mengevakuasi korban. Usai dipanggil, tim SAR kemudian kembali ke kolam dan langsung mengangkat jasad Angelinus dari dalam sungai.
Penemuan jasad tersebut sesaat setelah menggelar upacara adat “Nampo” oleh warga sekitar sebanyak dua kali. Nampo pertama dilakukan oleh keluarga bersama warga Kampung Warga Bonar, Desa Pong Lengor-Rahong Utara sekitar pukul 12.15 Wita dengan hewan kurban seekor kambing.
Selanjutnya, upacara adat Manggarai kedua dilakukan keluarga bersama warga Kampung Tebo, Desa Tengku lese setelah makan siang sekitar pukul 15.30 Wita.
Nampo dalam kepercayaan adat Manggarai merupakan ritual untuk meminta kepada roh penjaga alam semesta atau para leluhur agar mereka mengembali benda atau orang yang hilang di suatu tempat.
Cosmas Hery Hanto Bria, Kordinator Rescuer Mahir Basarnas Kantor 1 Kupang kepada sejumlah awak media di Kampung Tebo mengaku, penemuan jasad Angelinus bukan semata-mata merupakan keberhasilan tim SAR.
Tetapi itu merupakan hasil kerja sama pihaknya dengan pemerintah setempat, BPBD Manggarai, masyarakat sekitar, dan keluarga korban.
“Hari ini, kebetulan saya sama teman ada tiga orang dari Kupang untuk mendukung membantu teman-teman dari Pos SAR Labuan Bajo dalam kegiatan operasi SAR pencarian seorang anak (Angelinus) yang tenggelam di Cunca Lega. Dan, pada pagi hari tadi kebetulan teman-teman berupaya untuk melakukan penyelaman di sekitar lokasi kejadian,” kata Cosmas.
Ia menuturkan, dalam operasi SAR pencarian jasad Angelinus ini tim juga mengalami kesulitan, terutama karena kondisi air cukup deras membuat arus di bawah kolam air terjun itu cukup deras pula. “Ini kesulitan untuk menjangkau seluruh lokasi perkiraan kerberadaan korban,” pungkasnya.
Di siang ini, jelas Cosmas, kondisi hujan di seputar daerah Cunca Lega cukup deras hingga air sungai meluap. Kemungkinan dengan meluapnya sungai ini bisa memicu jasad korban terangkat ke permukaan. (AA/VoN)