Mbay, Vox NTT- Puluhan hektare lahan sawah di Desa Keli, Kecamatan Keo Tengah, Kabupaten Nagekeo tidak dialiri air. Itu terutama di wilayah irigasi Mburu.
Warga pun tidak menikmati penghasilan sawah. Situasi ini sudah berlangsung belasan tahun.
Penyebabnya, saluran irigasi yang dibangun Pemkab Nagekeo lebih tinggi dari pintu air. Akibatnya, air tidak bisa mengalir ke persawahan warga.
“Kami hampir belasan tahun kami tidak bisa kerja sawah lagi. Karena saluran yang dikerjakan Pemda Nagekeo tidak sampai pada bibir parit. Sementara saluran permanen itu lebih tinggi dari bibir parit. Sehingga air dari bibit parit itu tidak bisa mengalir lagi ke saluran yang dikerjakan itu,” kata Silvester jago dan Gaspar Ude, dua petani asal Desa Keli saat ditemui VoxNtt.com usai peresmian kantor Desa Mbaenuamuri I pada Rabu, 30 Mei lalu.
Silvester dan Gaspar mengaku, kurang lebih 20-an hektare sawah milik warga Desa Keli di irigasi Mburu hingga kini tidak bisa dikerjakan.
Saluran irigasi Mburu, lanjut mereka, kurang lebih berjarak 300 meter. Sekitar 200 meter di antaranya yang sudah dikerjakan Pemkab Nagekeo tahun 2017 lalu.
“Sisanya dari bibir parit ke saluran yang sudah dikerjakan itu sekitar 100 meter,” beber Silvester.
Menurut Silvester, saluran irigasi itu hingga kini tidak difungsikan, sebab tidak bisa mengaliri air.
“Mau mengalir bagaimana. Masa kerja bukan star dari bibir parit malah kerja star dari tengah. Bukan hanya itu tetapi saluran permanen yang dikerjakan itu lebih tinggi dari bibir parit. Yang jelas air tidak bisa jalan mendaki,” ujar Silvester.
Menurut dia, keluhan itu pihak sudah pernah disampaikan berkali-kali saat Musrembangdes Keli. Namun sampai saat ini tidak ada tanggapan.
Sebab itu, Silvester berharap Pemkab Nagekeo segera memperhatikan nasib petani di Desa Keli.
Penulis: ArkadiusTogo
Editor: Adrianus Aba