Sikka, VoxNtt.com-Meskipun garam merupakan bagian dari pangan yang dikonsumsi setiap hari termasuk oleh masyarakat Kabupaten Sikka namun produksi garam di Sikka dinilai masih terbatas.
Ketua Bidang Perindustrian Dinas Industri dan Perdagangan Sikka, Yance Padeng, mengatakan Sikka membutuhkan pengembangan industri garam lokal.
“Selama ini produksi garam lokal kita hanya ditopang oleh tambak garam milik PT. Krisrama di Nangahale dan kapasitas produksinya rata-rata 10 ton garam kasar per bulan,” ungkap Yance saat ditemui di ruangan kerjanya pada Rabu, (30/11).
Menurutnya, jumlah itu masih kurang dibandingkan kebutuhan garam di Sikka. Sampai saat ini masih ada banyak garam dari luar yang masuk di Sikka termasuk untuk kebutuhan rumah tangga.
Lebih jauh menurut dia, Sikka memiliki potensi pengembangan industri garam salah satunya adalah laut yang jernih. Namun, masih ada kendala lain yakni soal ketersediaan lahan.
“Tahun lalu pernah ada investor yang ingin berinvestasi namun terkendala lahan karena ditolak oleh warga pemilik lahan di Tanjung Darat, Kecamatan Talibura,” ungkapnya.
Menurutnya, investor tersebut membutuhkan 20 Ha lahan dengan kapasitas produksi 200 ton per bulan. Oleh karenanya, pihaknya ingin mengembangkan industri garam.
“Kita bisa mendorong usaha kecil menengah untuk produksi garam dengan melalui kelompok-kelompok masyarakat namun harus dipastikan terlebih dahulu soal lahan,” tegasnya.
Selanjutnya, pemerintah dapat menyediakan teknologinya seperti teknologi geomembran yang digunakan di Nangahale.
Ketika ditanyai soal produksi garam halus tradisional di Kampung Garam, Yance mengatakan pihaknya belum memperhatikan secara khusus.
“Produksinya masih tradisional dan belum ada iodisasi karena itu kita harus dorong” pungkasnya
Sementara itu, Ketua Bidang Perdagangan, Kelemensia ketika ditanyai terkait jumlah garam halus yang beredar di pasar setiap bulanya, ia mengatakan pihaknya belum memiliki data tersebut.
Namun menurutnya ada dua jenis garam halus yang beredar yakni garam Cap Kapal dengan harga Rp 5000 per 250 gr dan garam lokal dengan harga Rp 10000 per kg. (Are/VoN)
Foto Feature: Garam hancur dan garam kasar dalam wadah baskom dan anyaman “lepong” yang dijual pedagang di Pasar Alok, Maumere (Are/VoN)