Ende, Vox NTT-Bupati Ende, Marselinus Y.W. Petu mengatakan, pemerintah menargetkan tahun 2022, penyakit malaria tereliminasi. Bupati menyatakan ini karena komitmen bersama yang sudah tertuang dalam RPJMD.
Bupati Marsel menjelaskan, bahwa bebas malaria akan terwujud jika komitmen bersama pemerintah berjalan secara struktural dan masif. Selain itu, perlu juga ada dorongan anggaran dari DPRD Ende, sehingga komitmen Ende bebas malaria pada tahun 2022 dapat berjalan secara maksimal.
“Harus juga ada legitimasi dan pengakuan masyarakat untuk sama-sama menyerang malaria,”ucap Bupati Marsel dalam acara dialog HKN yang dipimpin Reporter RRI Ende Dessy Natalia di Desa Loboniki, Kecamatan Kotabaru, Selasa (13/11/2018).
Untuk menuju itu, kata Bupati, gerakan masyarakat peduli malaria harus benar-benar dilaksanakan untuk tidak mengganggu sektor lain, seperti sektor pariwisata.
Ia memberi contoh, jika siklus penyakit malaria tak berubah maka akan berdampak pada wisatawan yang berkunjung ke Ende.
“Kalau wisatawan mengetahui bahwa Ende darurat malaria, maka akan sangat berdampak. Wisatawan akan tidak berkunjung ke Ende,”katanya.
Untuk itu Bupati berharap, pelaku kesehatan dapat bekerja secara maksimal terutama bergandeng bersama masyarakat.
Sementara Wakil Ketua DPRD Ende, Emanuel Erikos Rede menegaskan bahwa, mesti ada parameter atau alat ukur oleh pemerintah terhadap potensi malaria di Kabupaten Ende.
Hal itu dilakukan sebagai indikator untuk menentukan perkembangan atau penyebaran potensi penyakit malaria. Selain itu, ia mengusulkan agar pemerintah bergandeng bersama masyakarat dan kelompok peduli sehat untuk bersama berantas malaria.
“Mesti ada parameternya sehingga kita juga mengetahui seberapa perkembangan malaria di Ende,”kata dia.
Pada sisi anggaran, Emanuel berkomitmen bahwa DPR dapat memberikan anggaran secukupnya. Namun, yang terpenting adalah bekerja sama untuk mengidentifikasi wilayah berpotensi malaria.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Ende, dr. Muna Fatma menjelaskan, upaya untuk mengeliminasi penyakit malaria, pihaknya membentuk beberapa kelompok sasaran baik ibu rumah tangga maupun anak-anak. Kelompok itu yakni “Mama Mala” dan “Anak Jentik”.
“Selain itu, dibentuk pula tim peduli malaria mulai dari tingkat kabupaten hingga kecamatan. Perlu juga ada fasilitator peduli malaria yang diperan langsung oleh masyarakat. Karena masyarakat menjadi sasaran terserang penyakit malaria,”kata dr. Fatma dalam dialog.
Ia menjelaskan, pada tahun 2019, Ende menuju bebas malaria sudah masuk pada zona hijau. Sebab angka yang diperoleh saat ini mencapai 0,6 atau dibulatkan 1.
Sehingga pada tahun 2020, kata dia, bisa ada perubahan menuju zona putih. Ia berharap kerja sama dan komitmen bersama untuk memberantas malaria.
“Tantangan terbesar adalah komitmen. Kalau semua komponen berkomitmen maka target eliminasi bisa dipercepat pada tahun 2020,”katanya.
“Untuk mengetahui bebas malaria maka akan dilakukan tes oleh lembaga independen. Target kita akan mendapatkan sertifikat bebas malaria tahun 2020,”kata dr. Fatma disambut tepuk tangan peserta.
Penulis: Ian Bala
Editor: Ardy Abba