Kupang, Vox NTT- Manggarai Timur (Matim) menjadi kabupaten dengan tingkat penyebaran cacing Filaria paling banyak di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Fransiskus Onggang, Anggota Advokasi Filaria NTT mengaku, pihak sudah melakukan penelitian terkait mikrofilaria pada tahun 2016 lalu.
Kata dia, hasil penelitian sangat mengejutkan, dimana Matim adalah kabupaten dengan endemik mikrofilaria di Provinsi NTT.
“Ada 300 responden kisaran umur 4 sampai dengan 70 tahun dan semuanya positif mikrofilaria dalam darah,” ujar Frans kepada VoxNtt.com, Senin (17/12/2018).
Ia mengatakan, di Matim sebaran cacing filaria paling tinggi ada di tiga kecamatan yakni; Sambi Rampas, Elar dan Elar Selatan.
“Ada di tiga kecamatan itu Sambi Rampas, Elar dan Elar Selatan, tahun 2017 dan 2018 harus mencapai 90 atau bahkan 100% pengobatan,” kata dia.
Namun, hingga 2019 pengobatan Filaria itu baru mencakup 80%.
Menurut Frans, pengajuan anggaran pendistribusian obat dan operasional sudah diajukan ke Pemlab Matim di APBD tahun 2019. Sayangnya, anggaran tersebut dicoret oleh DPRD dengan dalil masih prioritas ke pembangunan infrastruktur jalan.
“Dengan pengobatan tahun 2017 dan 2018 total pencapaian 85% didukung dana operasional. Dan trendnya harus meningkat sampai 90 hingga100 %. Tahun 2019 tidak ada sama sekali dianggarkan. Diajukan Dinkes namun dicoret di DPRD alasannya untuk infrastruktur,” tukas Frans.
Menurut dia, pengobatan harus 5 tahun sampai semua orang dalam tubuhnya dalam kondisi mikrofilaria negatif.
Dikatakan, penyakit yang disebabkan oleh cacing ini jika tidak dieliminasi akan mengakibatkan kecacatan menetap dan kerugian ekonomi.
“Orang dengan usia produktif tidak bisa melakukan aktivitas sehari hari,” tutupnya.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Ardy Abba