*)Puisi-Puisi Melki Deni
Gadis di Bawah Lembayung Senja
Rindu bukanlah barang yang bisa dibon,
dilunasinya segera seusai menabrak kesadaran sanubari.
Rindu jangan sesekali disangkal,
sebab rindu yang disangkal adalah sebuah usaha pemingsanan kesayangan.
Seorang gadis mengeram rindu di bawah lembayung senja,
Dirindunya ibu yang ditikam ayah pada minggu pagi di tempat tidur.
Di jantungnya terdengar litani merdu ibu di tengah afiona buana,
menyucikan keheningan rindu yang kian menderu.
Rindu bukanlah rasa yang bisa ditimbang,
diukurnya segera seusai merobohkan tembok waktu.
Rindu jangan sesekali dicuek,
sebab rindu yang dicuek adalah sebuah usaha pemblokadean perasaan.
Seorang gadis menghujani rindu di bawah lembayung senja,
dibasainya hidup yang digersang ayah pada minggu pagi di tempat tidur.
Di tempurung kepalanya terbit silau cahaya ibu yang malang,
munguduskan kebisuan rindu yang kian mengekang.
Kapan Engkau Kembali?
Engkau terlalu lama di sana,
Meninggalkan kecintaan tiada luntur di sini.
Mengapa engkau rela pergi?
“Aku hanya mau jeda sebentar saja. “
Engkau terlalu betah di sana,
Merahasiakan kepergian tiada secarik kertas di sini.
Mengapa engkau lama di sana?
“Katarsis dan mendengar firman. Suatu saat nanti,
aku merantau ke tanah lain. “
Engkau terlalu kerasan di sana,
Mengubur separuh nafas tiada bekas di sana.
Untuk apa engkau datang kembali?
“Mewartakan bahwa mati sangat nikmat. “
Engkau tidak mau lama-lama di sini,
Mencuri perhatian dunia tiada segan di sana.
Kapan engkau kembali?
“Setelah koruptor dan teroris bosan di dunia!”
*Melki Deni, Mahasiswa Semester II STFK Ledalero Maumere.