Borong, Vox NTT-Opini yang ditulis Alfred Tuname, di media Beritaflores.com dengan judul “Framing Politik Atas Masalah Batas Matim-Ngada” pada 8 Juli 2019 lalu, kini ramai dibahas di berbagai group facebook dan WhatsApp.
Terpantau opini itu kini sudah dilihat lebih dari 1000 kali. Salah satu hal yang hangat didiskusikan dari opini itu, yakni pencatutan nama paket Sardon (Frans Sarong-Kasmir Don) pada pemilihan kepala daerah (Pilkada) Manggarai Timur (Matim) pada 2018 lalu.
Dalam opini itu, Alfred menulis nama Yon Lesek tampak pernah jadi “timses” diaspora untuk Paket Sardon di Pilkada Matim 2018. Komentar-komentarnya di medsos cukup kuat mengangkat figur Fransiskus Sarong.
Alfred juga menulis, mungkin kekalahan di Pilkada Matim 2018 membuat Yon Lesek begitu traumatik, lalu terjun bebas ke dalam kolam barisan tim sakit hati.
Menanggapi hal itu, Frans Sarong yang juga merupakan peserta pemilihan umum (Pemilu) pada 2018 lalu itu angkat bicara.
“Jika ingin menulis maka harus memiliki data yang benar-benar akurat,” ujar Frans Sarong kepada VoxNtt.com, Jumat (12/07/2019) sore.
Selain itu, mantan wartawan senior media Kompas itu mengatakan ada tiga poin penting yang perlu diketahui oleh publik terkait opini yang ditulis Alfred pada beberapa waktu lalu.
Pertama, Frans mengaku tidak pernah berinteraksi dengan saudara yang bernama Alfred Tuname.
Kedua, dirinya tidak pernah ikut nimbrung dalam diksusi masalah perbatasan Matim-Ngada, setelah bupati Manggarai Timur, Agas Andreas dan beberapa pejabat lainnya menandatangani Berita Acara (BA) kesepekatan tapal batas beberapa waktu lalu di Kupang.
Ketiga, dirinya mengaku mengenal Yon Lesek sebagai pelaku media. Namun perlu diketahui Yon tidak pernah menjadi tim sukses Sardon pada pemilihan kepala daerah pada 2018 lalu.
“Kembali lagi saya tegaskan bahwa Yon Lesek tidak pernah menjadi tim sukses Sardon. Kalau mengenalnya sebagai pelaku media iya, saya kenal baik dia,” ujarnya.
Penulis: Sandy Hayon
Editor: Ardy Abba