JAKARTA, Vox NTT– Anggota DPR RI asal Nusa Tenggara Timur Yohanis Fransiskus Lema, S.IP, M.Si atau Ansy Lema mengucapkan terima kasih kepada masyarakat Nusa Tenggara Timur (NTT), terutama di daerah pemilihan II (Timor, Sumba, Rote, Sabu) yang telah memilihnya sebagai wakil rakyat Periode 2019-2014.
Sebagai wakil rakyat, Ansy menyadari karena kepercayaan dan dukungan rakyat di dapil NTT II, maka dirinya bisa menjadi anggota DPR RI.
Ucapan terima kasih disampaikan politisi muda PDI Perjuangan tersebut setelah dilantik sebagai anggota DPR RI di Kompleks DPR/MPR RI Senayan, Jakarta, Selasa (10/3/2019).
“Terima kasih sebesar-besarnya atas dukungan dan kepercayaan dari masyarakat NTT, terutama yang berada di daerah pemilihan II (Timor, Sumba, Rote, Sabu). Tanpa dukungan rakyat, saya tidak akan bisa berada di Senayan”, ujar Ansy Lema.
Aktivis reformasi 98 itu juga mengucapkan terima kasih kepada keluarga besar PDI Perjuangan NTT, simpatisan dan para relawan yang telah bergotong-royong, berjuang dan bersinergi memenangkan PDI Perjuangan di Provinsi NTT.
Kesuskesan yang dicapai PDI Perjuangan dalam pemilu 2019 adalah hasil kerja bersama banyak pihak dengan peran masing-masing.
Juru bicara Ahok di Pilgub DKI Jakarta 2017 itu menyadari bahwa dengan memilihnya, rakyat menginginkan dikembangkannya spirit baru dalam politik NTT.
Ia berkomitmen akan mengerahkan segala potensi dan kemampuan yang dimilikinya untuk memerjuangkan aspirasi masyarakat, sekaligus mewujudkan politik berkeadaban di NTT. Baginya, kini saatnya ia bekerja menjawab ekspektasi publik.
“Saya terus memohon dukungan rakyat dengan cara memberikan masukan dan mengawasi kerja wakil rakyat agar saya bisa konsisten menyuarakan aspirasi rakyat NTT. Setelah mendapatkan kekuasaan dari rakyat, kini fasenya bekerja untuk rakyat,” pinta Ansy.
Terkait penempatannya di komisi, Lulusan Pascasarjana Hubungan Internasional Universitas Indonesia tersebut mengaku siap ditempatkan di komisi mana saja, tergantung penugasan PDI Perjuangan.
Namun, jika diperbolehkan memilih, Ansy ingin ditempatkan di Komisi IV DPR RI yang membidangi pertanian, pangan, kehutanan, maritim/kelautan dan perikanan atau Komisi V yang membidangi infrastruktur, transportasi, transmigrasi, meteorologi, klimatologi, dan geofisika. Dua komisi ini terkait erat dengan kebutuhan takyat NTT.
“Menurut saya, sejumlah masalah paling mendasar di NTT seperti kemiskinan dan infrastruktur sangat terkait dengan Komisi IV dan Komisi V DPR RI, sehingga berada di sana sangat tepat untuk menyuarakan sekaligus memerjuangkan aspirasi rakyat NTT. Mayoritas rakyat NTT adalah petani dan nelayan yang hidup di pedesaan. Petani dan nelayan harus dibantu, diberdayakan agar lebih sejahtera. NTT juga butuh infrastruktur untuk membangun konektivitas antar-wilayah. Komisi IV dan V pas untuk NTT,” terangnya.
Terkait komisi IV DPR RI, Ansy berpendapat bahwa komisi ini sangat memengaruhi hajat hidup orang banyak, terutama masyarakat NTT di desa.
Ia menyoroti Provinsi NTT yang 70 persen masyarakatnya adalah mayoritas petani. Namun berdasarkan data BPS Maret 2019, NTT memiliki presentasi kemiskinan tertinggi di Indonesia.
Kemiskinan di NTT berada pada angka 21,9 persen, meningkat 0,06 persen (12.210 orang). Kemiskinan berpengaruh terhadap naiknya tingkat pengangguran masyarakat NTT 3,10 %. Kemiskinan berdampak pada kualitas manusia NTT.
Memerangi kemiskinan bisa ditempuh dengan meningkatkan kesejahteraan petani dan nelayan.
“Ironis bahwa NTT yang mayoritasnya bekerja sebagai petani terjebak dalam kemiskinan, bahkan angka stunting di kalangan keluarga petani NTT semakin naik,” paparnya.
Jika ditempatkan di Komisi IV, Ansy berkomitmen memerjuangkan adanya regulasi yang menguntungkan para petani, mendorong pemerintah meningkatkan SDM para petani agar melek teknologi dan manajemen pertanian seperti agriculture, agribisnis, agriindustri dan lain-lain. Petani bisa sejahtera jika negara memberikan perhatian serius untuk memberdayakannya.
“Kita berharap agar hasil pertanian tidak hanya untuk hal yang sifatnya konsumtif (makan/survival), tetapi produktif. Kuncinya adalah perbaikan SDM petani NTT, juga adanya kebijakan konkrit yang berpihak pada petani. Diketahui bahwa 60,55 persen petani NTT hanya tamat SD, sebagiannya lagi bahkan tidak tamat SD. Ini setara dengan skor Indeks Pembangunan Manusia (IPM) NTT yang hanya 62,67, jauh di bawah standar nasional 69,55,” bebernya.
Terkait Komisi V, mantan Presenter TV itu menilai infrastruktur di NTT masih mengalami kendala aksebilitas infrastruktur: kondisi jalan raya, irigasi (pengairan untuk pertanian), ketersediaan air minum, konektivitas infrastruktur dengan destinasi pariwisata, infrastruktur transportasi dan kendaraan transportasi untuk mendukung lalu lintas ekonomi dan pariwisata. Menurutnya, infrastruktur adalah urat nadi peningkatan ekonomi rakyat.
Ansy meyakini bahwa untuk membangun NTT maka prioritas yang ditegaskan adalah infrastruktur. Infrastruktur adalah urat nadi perekonomian dan pemberdayaan rakyat. Infrastruktur dapat menghadirkan konektivitas antar wilayah yang bisa memudahkan mobilitas barang dan jasa.
Barang produksi lebih mudah sampai ke pasar karena biaya distribusinya yang tinggi (high cost economy) bisa ditekan. Infrastruktur dapat menggerakkan ekonomi masyarakat kecil, memudahkan akses kesehatan, meningkatkan akses dan prasarana pendidikan, melancarkan hasil pertanian dan perikanan menjangkau pasar dengan biaya lebih murah.
“Ekonomi masyarakat yang bertumbuh, terutama di sektor pertanian, peternakan dan perikanan akan menekan angka kemiskinan dan menyediakan lapangan kerja. Jika ditempatkan di Komisi V saya akan mendorong prioritas infrastruktur untuk NTT melalui komitmen legislasi, penganggaran dan pengawasan dalam kemitraan dengan kementerian PUPR dan Kementerian Perhubungan,” pungkasnya. (VoN)