Borong, Vox NTT- Markus Makur (43), seorang jurnalis di media KOMPAS.com dan The Jakarta Post tersentuh dengan keberpihakan dari seorang Imam Katolik di Pulau Flores, Pastor Avent Saur.
Ia tinggal di Waelengga, Kecamatan Kota Komba, Kabupaten Manggarai Timur, Flores, Nusa Tenggara Timur.
Karya kemanusiaan yang dilakukan oleh Pastor Avent menginspirasinya. Itu terutama untuk berpihak kepada orang dengan gangguan jiwa yang tersebar di pelosok negeri ini, termasuk di wilayah kerja Markus.
Berbagai postingan di media sosial facebook tentang penderitaan orang dengan gangguan jiwa (ODGJ) oleh imam yang berordo Societas Verbi Divini (SVD) ini turut menggerakan hati Markus. Ia kemudian ikut terpanggil untuk memulihkan ODGJ di Manggarai Timur.
Kebekuan nuraninya sontak cair dengan berbagai postingan di media sosial tentang pelayanan bagi ODGJ.
Walaupun memang tugas utamanya menjadi seorang juru warta tentang berbagai pembangunan, budaya dan lingkungan di daerah tugasnya.
Bagi Markus rutinitas itu tidak cukup. Pertanyaan awalnya apakah hasil jurnalistiknya menggugah orang lain?
“Mungkin belum tertentu. Karena banyak hasil liputan hanya memenuhi ruang media digital. Namun, belum ada perubahan ataukah para pembaca hanya sambil lalu saja membacanya,” ujar Markus kepada VoxNtt.com, Sabtu (29/10/2019).
Markus mengisahkan, sejak melihat postingan Pastor Avent pada tahun 2016 lalu ia tergugah untuk ikut mengambil bagian. Apalagi membaca kisah perjuangan yang dilakukan imam tersebut di Media Flores Pos.
Sejak saat itu pula berbuat sesuatu bagi sesama yang menderita gangguan jiwa di seluruh Manggarai Timur.
Pekerjaan utamanya sebagai kuli digital dan media cetak tetap dijalankannya demi menyambung hidup keluarga.
“Saya bagi waktu antara pekerjaan utama dengan mengunjungi pasien gangguan jiwa yang dipasung,” kata Markus.
Bertemu Pastor Avent
Awal 2017, Markus mengaku bertemu langsung dengan Pastor Avent Saur, bersama relawan Kelompok Kasih Insanis di Pulau Flores. Mereka bertemu di salah satu rumah makan di Kota Borong.
Saat itu, kata dia, Pastor Avent pulang antar pasien gangguan jiwa dari Kabupaten Ende yang dirawat di Panti Renceng Mose Ruteng, Manggarai.
Kala itu, mereka berdiskusi dengan sejumlah wartawan serta orang yang memiliki keprihatinan bagi ODGJ yang dipasung.
“Sesudah itu saya meliput kisah orang gangguan jiwa yang pulih sesudah dirawat di Panti Renceng Mose asal Waerana, Kecamatan Kota Komba,” tandasnya.
Markus mengatakan, setelah informasi dipublikasikan di media KOMPAS.com, banyak masyarakat di Manggarai Timur dan sejumlah missionaris yang bertugas di luar negeri memberikan informasi tentang sejumlah orang yang dipasung.
“Perlahan-lahan saja bergerak untuk berpihak kepada orang dengan gangguan jiwa di Manggarai Timur,” katanya.
Berjumpa dengan Pasien Pasung di Bukit Weong
Pertengahan 2017, peraih penghargaan dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo) RI dalam kategori liputan media online itu melakukan peliputan di Kecamatan Elar.
Baca: Karya Wartawan di Matim Ini Masuk 10 Besar Lomba Jurnalistik Kominfo 2018
Saat itu ia bersama dengan sejumlah keluarga berjalan kaki menuju ke Kampung Bukit Weong, Desa Rana Gapang.
Jaraknya belasan kilometer dari Elar, Pusat Kecamatan Elar. Saat itu Markus bercerita dengan keluarga di Kampung Bukit Weong tentang pasien gangguan jiwa yang pulih karena dirawat di Panti Renceng Mose Ruteng.
Saat bercerita, tiba-tiba seorang anggota keluarga di kampung itu menginformasi bahwa ada satu warga di kampung itu yang dipasung di belakang rumahnya.
Lantas sebagai jurnalis, ia mengaku tersentuh dengan informasi itu dan langsung bergegas menuju ke rumah orangtua dari pasien yang dipasung.
“Saat itu saya melihatnya, kondisi pasien itu sangat memprihatinkan. Hasil liputan saya itu silakan dibuka di KOMPAS.com dan The Jakarta Post,” pintanya.
Selanjutnya, ia bergabung menjadi relawan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli ODGJ di Manggarai Timur.
Markus mengajak sejumlah wartawan di Manggarai Timur serta beberapa pemuda di kabupaten itu untuk bergabung di KKI Peduli ODGJ.
“Sebelumnya 2016 lalu, saya mendampingi seorang peneliti dan biarawati dari Kongregasi Biara Karya Kesehatan Indonesia yang melakukan penelitian akademis di Pulau Flores,” kisah junalis yang karya jurnalistiknya masuk nominasi Sustainable Journalism Award yang diselenggarakan oleh Global Initiative di Singapura itu.
Berjalan bersama waktu, Markus mendampingi seorang perawat yang menangani ODGJ di Jerman. Kemudian karya kemanusiaan itu terus berjalan dengan mengumpulkan data bagi pasien di Manggarai Timur.
Kunjung Pasien di Lembah Deruk
Selanjutnya, sambil bekerja sebagai jurnalis ia mengunjungi seorang pasien perempuan di Kampung Lembah Deruk, Kecamatan Elar Selatan. Pasien itu dipasung di samping rumahnya.
Ia juga berkunjung Kampung Mbapo Desa Lembur, Kampung Mok Desa Mbengan, Kampung Sola Desa Ruan, Kampung Munting Desa Bamo, Kecamatan Kota Komba hingga di sejumlah kampung di Manggarai Timur.
Markus mengaku, karya kemanusiaan ini hanya karena kerelaan hati dan terpanggil untuk mengangkat martabat orang sakit. Sebab bagi dia, ODGJ juga memiliki hak yang sama untuk sembuh.
Bawa Gunting Kuku di Tas Kerja
Markus mengaku selalu membawa gunting kuku di tas kerjanya. Suatu ketika di salah satu kampung di wilayah Ruteng, ada pasien ODGJ yang berkeliaran dan kuku kaki dan tangannya panjang.
Saat itu ia berbincang-bincang dengannya sambil minum kopi. Ia kemudian menawarkan untuk menggunting kuku kaki dan tangan ODGJ itu karena terlihat agak panjang.
“Pasien itu mau digunting kuku kaki dan tangannya. Akhirnya saya ambil gunting kuku dan mulai membersihkan kuku kaki dan tangannya yang panjang,” kisah Markus.
Karya ini berlanjut dengan aktivitas di seputar Kecamatan Kota Komba saat Hari Pers Nasional tahun 2018 lalu.
Ia mengunjungi pasien ODGJ sambil memperingati Hari Pers Nasional bersama rekan-rekan wartawan di Manggarai Timur.
Selanjutnya pertengahan 2019, Markus bersama Pastor Avent keliling di bagian utara dari Manggarai Barat untuk mengunjungi pasien yang pulih dan sedang dipasung di pondok belakang rumah.
Hingga saat ini karya kemanusiaan sambil menulis berita terus dilakukan Markus karena peduli terhadap sesama saudara yang mengalami gangguan jiwa.
“Salam Sehat Jiwa. Mari peduli bagi orang dengan gangguan jiwa,” tutup Markus.
Penulis: Ardy Abba