Kupang, Vox NTT- Indeks literasi Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) berada di atas rata-rata nasional yakni sebesar 51,35%. Sedangkan rata-rata indeks literasi
nasional sebesar 48.87%.
Hal itu diungkapkan Kepala kantor Bahasa NTT Valentina Tenate usai membawa materi dalam seminar sehari yang digelar LPMP NTT di Aula Nusantara Lembaga Penjamin Mutu Pendidikan (LPMP) NTT, Sabtu (30/11/2019) siang.
Menurutnya, tahun 2018 diadakan kajian untuk meneliti tingkat literasi kepada sejumlah sekolah di NTT.
Sekolah Sasaran di NTT yang diambil adalah
SMA Citra Bangsa (Kota Kupang), SMA Seminari St. Rafael (Kota Kupang), SMA Negeri Banat (TTS), SMA Kristen Amanatun Selatan (TTS), SMA Warta Bakti (TTU), SMA Negeri 1 Ende (Ende), Seminari Yohanes Todabelu-Mataloko (Ngada), Seminari St. Pius Kisol (Manggarai Timur) dan SMA St. Thomas Aquinas (SBD).
“Sekolah yang kami ambil adalah sekolah dengan mutu pendidikan bagus di NTT. Juga sekolah unggulan sebagian besar adalah sekolah swasta. Kami mau mengukur sejauh mana tingkat literasi siswa,” jelas Valentina.
Menurutnya, jumlah keseluruhan siswa dari seluruh Provinsi NTT sebesar 6539.
“Dari 34 provinsi diperoleh 3 provinsi paling bawah berdasarkan rata-rata literasi yakni Provinsi Kalimantan Utara, Gorontalo dan Maluku Utara. Sedangkan 3 provinsi paling atas yakni Banten, Riau dan Sumatera Selatan,” beber dia.
Menurutnya, Badan Pengembangan Bahasa dan Perbukuan melaksanakan kegiatan penyusunan kebijakan teknis untuk mendukung gerakan literasi nasional.
Hal ini dilakukan dengan pemetaan menggunakan alat ukur PISA yang
merupakan standar internasional. Sebab, Indonesia belum mempunyai data yang valid tentang kemampuan literasi siswa.
Tujuan kegiatan itu, jelas Valentina, untuk mengidentifikasi kemampuan literasi pelajar Indonesia usia 15 tahun dan mengidentifikasi kegiatan literasi guru kelas X di Indonesia.
“Fokus utama literasi itu membaca. Yang kami cek adalah kemampuan keseluruhan dari aktivitas literasi di NTT,” tegasnya.
Sementara, Kepala LPMP NTT Muhamad Irfan menjelaskan, kegiatan seminar sehari oleh LPMP adalah wujud penguatan kapasitas kepada sejumlah perwakilan guru yang hadir dari seluruh NTT.
Dalam kesempatan membuka kegiatan seminar yang dimediasi oleh Media Pendidikan Cakrawala NTT itu, Muhamad menyoroti soal keberadaan pengawas sekolah di NTT.
“Ke depan disarankan tidak perlu ada pengawas. Kan tugasnya bisa dilimpahkan kepada kepalan sekolah.Kepala sekolah yang perlu diperkuat,” jelas Muhamad.
Ia menyarankan agar Kepala Dinas Pendidikan NTT harus bisa menerawang apa yang terjadi dua tiga tahun ke depan.
“Pendidikan di NTT harus bisa disesuaikan dengan kondisi geografis dan juga ketersediaan sumber daya alam yang hendak di kelola,” jelas dia.
Sedangkan menurut Ketua Panitia Pelaksana Eddy Sulla kegiatan seminar sehari oleh LPMP NTT adalah salah satu acara yang digelar dalam menyambut hari ulang tahun guru.
Seminar, kata Eddy, difasilitasi oleh media pendidikan Cakrawala NTT sebagai media pendidikan pendamping para guru dan juga pegiat literasi.
Penulis: Ronis Natom
Editor: Ardy Abba