Ruteng, Vox NTT – Akhir-akhir ini kasus bunuh diri marak terjadi di Kabupaten Manggarai, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT).
Pada dua hari terakhir, misalnya, ada dua kasus bunuh diri. Ada banyak sebelumnya.
Kemarin, Sabtu (14/12/2019), salah seorang petugas kesehatan di Lait, Desa Kakor, Kecamatan Ruteng ditemukan tewas gantung diri di rumahnya.
Selang sehari kemudian, tepatnya pada Minggu (15/12/2019), kasus serupa kembali terjadi di Lapas Rutan Ruteng, Manggarai.
Menanggapi hal tersebut, Psikolog Jefrin Haryanto mengatakan kasus bunuh diri di Manggarai perlu dibedah pada level kebijakan.
Menurut dia, hal itu berkaitan dengan seberapa serius otoritas sekelas pemerintah melihat situasi ini sebagai soal bersama dan mencoba menelaahnya secara serius.
Dikatakan, masalah bunuh diri sudah saatnya tidak lagi didiskusikan pada kasus per kasus. Sebab, ia berpendapat ada hal yang serius di tatanan konstruksi sosial.
“Sejauh ini, sejak kasus bunuh diri ini mulai marak, saya belum mendengar ada reaksi yang serius di level kebijakan kita. Atau mungkin saya yang kelewatan informasinya,” ungkapnya kepada VoxNtt.com, Minggu (15/12/2019).
Jefrin menilai, Kota Ruteng sudah tidak ramah lagi bagi mereka yang bermasalah.
Kota Ruteng atau Manggarai pada umumnya menurut Jefrin, kehabisan ruang dan orang yang bisa ada bersama mereka saat menimpa masalah.
“Kota kita dalam kondisi yang tidak baik-baik saja. Bunuh diri itu indikasi ada masalah kronis di jiwa kota kita,” ujarnya.
Alumnus UGM itu berharap, dalam hiruk pikuk pembangunan jangan sampai tak menyisahkan ruang untuk hati yang bersedih, atau tak ada lagi telinga yang rela mendengar.
“Pembangunan jangan sampai menelantarkan kemanusiaan. Ruang publik hari-hari ini dipenuhi oleh isu-isu politik dan semoga tidak mengabaikan isu kemanusiaan ini,” katanya.
Apalagi, saat ini Kabupaten Manggarai sudah memasuki masa Pilkada.
Jefrin berharap para kandidat membedah isu bunuh diri sebagai indikator kebahagiaan publik.
Menurut Jefrin, bunuh diri bisa dibaca sebagai potret masyarakat. Apakah masyarakat bahagia atau tidak.
“Silakan para kandidat meramu isu ini sebagai salah satu menu yang dimasukan dalam gagasan yang akan diusung,” tutup CEO Yayasan Mariamoe Peduli (YMP) itu.
Penulis: Pepy Kurniawan
Editor: Ardy Abba