Kupang, Vox NTT-Nama Alfonsa Horeng sempat menghebohkan masyarakat Sikka beberapa hari terakhir.
Kehebohan tersebut bermula dari postingan status di laman Facebook miliknya mengenai dugaan adanya pasien Corona di RSUD T.C. Hillers Maumere.
Terkait hal itu, Wanita lulusan Fakultas Teknologi Pertanian dari Universitas Widya Mandala Surabaya ini, mengaku panik saat mendengar informasi tersebut sehingga dirinya langsung memposting tanpa klarifikasi terlebih dahulu.
“Kami juga dengar informasi itu dari orang kesehatan dan karena panik kami langsung posting. Bukan kami mau bikin heboh atau apa,” terangnya kepada media di Polres Sikka pada Rabu (19/2/2020) usai diperiksa.
Alfonsa kemudian mengaku salah. Wanita kelahiran Nita, 1 Agustus 1974 juga tak segan meminta maaf kepada publik atas kekeliruannya tersebut.
“Saya menyampaikan permohonan maaf terkait postingan yang saya buat soal virus Corona yang ada di Maumere, dan telah memberikan kepanikan kepada masyarakat,” kata Alfonsa saat datang ke Polres Sikka.
Sebar Info Pasien Corona di Sikka, Alfonsa: Kami Panik, Bukan Mau Cari Heboh
Sebelumnya, status dengan isi ” Waspada Corona Virus sudah masuk Maumere…ada satu pasien asal negara lain di RSU Maumere” tersebut hanya tampil kurang lebih 30 menit.
Meski demikian, status tersebut terlanjur dibagi-bagikan oleh sejumlah akun lain sehingga menjadi viral.
Lepas dari masalah tersebut, perempuan asal Desa Nita, Maumere, Nusa Tenggara Timur itu ternyata bukan perempuan biasa.
Berikut 3 fakta terkait Alfonsa Horeng yang berhasil dirangkum VoxNtt.com.
1.Seorang Pegiat Budaya
Alfonsa ternyata mendirikan sanggar yang diberi nama Lepo Lorun yang artinya ‘rumah tenun’.
Dengan Lepo Lorun ini, ia memberdayakan para penenun di wilayah Maumere dan sekitarnya.
Dilansir dari Liputan6.com, ia memberikan workshop proses membuat kain tenun ikat dari awal sampai menjadi selembar kain tenun ikat yang elok.
Selembar kain tenun ikat NTT memerlukan sedikitnya 45 tahapan atau proses. Sebelum memulai menenun para penenun biasanya melakukan ritual tertentu. Kain tenun bukan semata-mata kain biasa. Ada nilai-nilai budaya di dalamnya.
Di Lepo Lorun, anak-anak juga belajar bahasa Inggris, fotografi, film, housekeeping, leadership dan topik-topik kekinian agar mereka bisa mengejar ketertinggalan. Alfonsa ingin mewujudkan ekoturism di wilayahnya.
2. Telah Berkunjung ke Berbagai Negara
Berkat ketekunan dan semangatnya menjaga warisan budaya Sikka, Alfonsa telah berkunjug ke 32 negara untuk mempromosikan warisan budaya Sikka dan NTT pada umumnya.
Negara-negara yang pernah disambanginnya di benua Amerika antara lain Amerika Serikat, Brasil, Chili, Peru, Kosta Rika, Panama, Kuba, Mexico, dan Ekuador.
Sedangkan di Eropa diantaranya di Jerman, Swis, Prancis, Inggris, Belanda, dan Italia.
Negara-negara bagian di Australia juga hampir semuanya sudah ia jelajahi. Di Asia sendiri, selain tentunya Indonesia, dia juga sudah menyambangi Filipina, Thailand, Jepang, dan Vietnam.
3. Mendapat Banyak Penghargaan Bergengsi
Kiprah Alfonsa terbukti membuahkan hasil. Ia meraih banyak penghargaan level Nasional bahkan internasional.
Beberapa awards itu diantaranya Meexa Award (2006), Australian Leadership Award (2008), SheCan Tupperware Award: Inspire Woman (2010), Kartini Award (2011).
Selain itu, ia juga menyabet penghargaan Master Weaver of Flores Indonesia by Fashion Institute of Technology, Manhattan, New York, US (2012) dan Indonesia Digital Women Award: Cultural Artist (2013).
Tak hanya itu, dilansir dari propertiterkini.com, Alfonsa juga pernah menjadi delegasi Indonesia untuk kegiatan ISEND 2011 yang berlangsung di La Rochelle-Prancis, serta diundang dalam kegiatan pariwisata di London.
Lebih membanggakan lagi ketika alat tenun tradisional yang dibawanya dari Tanah Air, akhirnya diborong oleh Museum Hornima, sebuah museum ternama di London. (VoN)