Betun, Vox NTT- Warga Betun ibu kota Kabupaten Malaka masih banyak yang membuang sampah secara sembarangan.
Hal itu diungkapkan Kepala Puskesmas Betun Irene Tei Seran setelah ia bersama tim lintas sektornya melakukan pemantauan ke rumah – rumah penduduk di Desa Wehali, Kecamatan Malaka Tengah, Kamis (28/05/2020).
Ia mengatakan, masalah sampah dan limbah rumah tangga masih banyak yang belum terurus dengan baik.
Padahal, Desa Wehali adalah jantung kota Betun. Namun, dengan tingkat kepadatan penduduknya yang tinggi, maka tentu saja selalu menghasilkan sampah terbesar di Kota Betun.
Sampah-sampah berserakan di pinggir jalan. Bahkan, di saluran air tergenang tumpukan sampah.
Hal itu menurut Irene, akan memicu berkembangbiaknya nyamuk penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).
“Makanya tadi saya tegaskan agar masyarakat buang sampah pada tempatnya yang disediakan di rumah masing -masing,” ujar Irene tegas.
Jika saran itu dipatuhi, maka menurut dia, Kota Betun akan menjadi sehat, bersih dan nyaman bagi semua baik penduduknya maupun para pengunjung.
Ia juga berharap agar Pemerintah Kabupaten Malaka melalui Dinas PUPR Bidang Kebersihan untuk rutin mengangkut sampah di setiap rumah warga.
Sebab bagi Irene, Betun adalah ikon Kabupaten Malaka.
Jika menjadi ikon, maka Kota Betun harus bersih, sehat dan nyaman bagi para pengunjung.
“Harga diri kita ada di Kota Betun ini. Kami dari puskesmas sudah upayakan tiap Jumat untuk pembersihan, namun apa daya, kami tidak mungkin tiap hari bersihkan terus,” keluh Irene.
Sebagai informasi, tujuan pemantauan pihak Puskesmas Betun kali ini adalah untuk mengecek kesiapan masyarakat dalam menghadapi wabah Covid-19 dan DBD.
Selain mengecek kesiapan, pihak Puskesmas Betun juga mengimbau kepada masyarakat agar membuang sampah pada tempatnya.
Kemudian setiap rumah wajib diimabu untuk menyediakan tempat cuci tangan lengkap dengan sabunnya.
“Kita adakan kunjungan mendadak agar bisa langsung melihat dengan jelas, bagaimana persiapan masyarakat menghadapi Covid-19 dan upaya untuk menekan angka DBD,” ungkap Irene.
Penulis: Frido Umrisu Raebesi
Editor: Ardy Abba