Kefamenanu, Vox NTT- Bonefasius Lasa, warga RT 005, Dusun 2, Desa Pantae, Kecamatan Biboki Selatan, Kabupaten TTU boleh disebut sebagai salah satu petani yang cukup sukses.
Betapa tidak, sejak mulai mengolah lahannya yang terletak di perkampungan Oetfo Desa Pantae pada tahun 2011 lalu, hingga saat ini Bonefasius sudah memiliki lebih dari 5 ribu pohon tanaman jambu mete.
Ribuan Tanaman mente tersebut terlihat menghijau nan subur saat wartawan VoxNtt.com mengunjungi lahan milik petani yang berusia sekitar 60 tahun tersebut, Jumat (07/08/2020).
Benar-benar pemandangan yang menyejukkan mata setiap orang yang datang.
Saat menginjakkan kaki di bagian bawah kebun, terlihat pohon jambu mete yang ditanam Bonefasius sebagian masih kecil.
Namun jika langkah kaki terus bergerak ke dalam kebun, terlihat banyak pohon jambu mete yang sudah tumbuh besar bahkan sudah mulai berbunga.
Bonefasius sambil mengajak VoxNtt.com berkeliling mengisahkan, dirinya mulai tertarik untuk menanam pohon jambu mete sejak awal tahun 2012 lalu.
Ketertarikan tersebut muncul saat dirinya berkali-kali mendengar motivasi dan imbauan yang disampaikan oleh Bupati TTU Raymundus Sau Fernandes saat mensosialisasikan program padat karya pangan (PKP) demi menuju Pensiun Petani.
“Setiap kali pak Bupati selalu kasih ingat untuk tanam pohon karena kalau tanam pohon nanti sudah tua juga bisa tetap panen dan nikmati hasil, kalau pelihara ternak saja nanti suatu saat bisa mati, hilang atau ada yang curi,” tuturnya.
Bonefasius mengisahkan, setelah berkali-kali mendengar motivasi yang disampaikan Bupati Raymundus, dia pun akhirnya menanam 2 ribu pohon jambu mete pada tahun 2012.
Namun malang, pohon jambu mete miliknya yang sudah susah payah dirawatnya harus mati akibat terbakar api liar.
Rasa kecewa sempat membuatnya patah semangat hingga akhirnya tahun 2016 lalu kembali mencoba menanam 3 ribu pohon.
“3 ribu pohon yang sudah besar dan berbunga ini tanam 2016, yang lain 2017, 2018 dan yang terakhir paling kecil itu baru tanam 2019 kemarin,” tuturnya.
Tanam Aneka Tanaman
Bonefasius menuturkan, di atas lahan miliknya seluas kurang lebih 5 hektare tersebut, dirinya tidak hanya menanam pohon jambu mete. Melainkan ada juga sirih berjumlah lebih dari 100 pohon. Serta Pohon pisang beraneka jenis.
Jerih Payah Terbayar
Tekad, semangat dan tetesan keringat dari Bonefasius untuk menanam pohon jambu mete demi masa tuanya perlahan mulai menunjukkan hasil.
Pada tahun 2019 lalu, dari beberapa pohon yang sudah berbuah, Bonefasius berhasil memanen biji jambu mete sebanyak 100 kg lebih.
“Waktu itu belum terlalu banyak yang berbuah jadi hanya dapat 100 kg lebih dan saya jual ke Atambua dengan harga per kg Rp 17.500, ini tahun banyak yang berbunga jadi pasti hasilnya bisa lebih banyak,” ujarnya penuh rasa optimistis.
Bonefasius melanjutkan, pohon sirih yang ditanamnya pun sudah mulai berbuah sejak beberapa tahun lalu.
Buah sirih tersebut dibeli langsung oleh pedagang dari pohonnya, sehingga ia mengaku tidak perlu capeh untuk menjual ke pasar.
“Dari sirih ini biar sedikit juga tetap ada yang beli setiap hari, bisa bantu atasi keperluan dalam rumah tangga,” tuturnya.
Terima Penghargaan Kalpataru Tingkat Kabupaten
Lebih lanjut Bonefasius mengungkapkan, jerih payahnya dalam menanam pohon akhirnya mendapat perhatian dari Pemerintah Kabupaten TTU.
Perhatian tersebut berupa penghargaan Kalpataru yang diterimanya pada bulan September 2019 lalu.
“Saat terima penghargaan itu saya dapat piagam dengan uang Rp 2,5 juta,” akunya.
Motivasi Anak-anaknya
Bonefasius melanjutkan, dia juga selalu memotivasi anak-anaknya untuk mengikuti jejaknya menanam banyak tanaman umur panjang.
Sehingga setiap kali bekerja di kebun, Bonefasius mengaku selalu mengajak serta putra sulungnya yang juga sudah berkeluarga.
“Saya selalu bilang di anak-anak, ini pohon dong juga nanti dong yang nikmati jadi saya selalu ajak untuk kerja sama-sama di kebun,” tutupnya.
Penulis: Eman Tabean
Editor: Ardy Abba