Ruteng, Vox NTT – Meski di tengah situasi pandemi Covid-19, namun tak menyurut semangat masyarakat untuk merayakan HUT Kemerdekaan Indonesia tahun 2020.
Dalam memperingati HUT RI Ke-75 ini sebagian masyarakat masih antusias menggelar sejumlah kegiatan, baik secara konvensional ataupun virtual.
Mereka menggelar sejumlah kegiatan, baik yang bersifat konvensional dengan menerapkan protokol kesehatan maupun membuat acara virtual yang diikuti warga kampung.
Sekelompok pemuda di Kampung Ringkas, Desa Perak, Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai, NTT misalnya. Mereka memiliki cara yang unik untuk memperingati HUT RI.
Berbeda dengan masyarakat lain, sekelompok pemuda ini memilih untuk merayakan HUT RI ke-75 di puncak gunung “Golo Wua” yang berada di desa itu.
Untuk sampai ke tempat itu, sekelompok pemuda ini harus berjalan kaki selama 3 jam dari Kampung Ringkas.
Baca Juga: Bupati Deno: Peningkatan Ekonomi Manggarai Bermakna Sangat Baik
Sehingga mereka memilih untuk menginap di puncak, agar bisa menggelar apel bendera keesokan harinya bertepatan HUT RI ke-75.
Mereka berangkat ke lokasi, Minggu 16 Agustus 2020 sore. Sebelum berangkat para pemuda Kampung Ringkas menyiapkan makanan seadanya untuk makan malam bersama di puncak gunung.
Rasa lelah dan capeh memang sangat terasa ketika berjalan kaki. Namun terasa lega saat menikmati pemandangan yang sangat indah di Puncak Golo Wua.
Dari tempat itu mereka bisa melihat bentangan beberapa kampung, bahkan Kota Ruteng, Reok dan Manggarai Timur.
Hembusan angin yang cukup kencang membuat keringat selama perjalanan tak lama menempel di tubuh mereka.
Sebelum malam hari tiba, mereka sempat menimati kopi di sore hari sambil melihat mahatari yang mulai terbenam.
Bayang-bayang senja di ufuk barat mulai tampak terlihat diiringi sesekali suara burung yang kembali ke sarangnya. Mereka pun mulai menyiapkan makan malam.
Baca Juga: Lewat Pidato Radio, Bupati Deno Beberkan Upaya Pencegahan Covid-19 di Manggarai
Salah satu pemuda asal Ringkas Kontantinus Daha mengaku untuk penerangan malam hari mereka hanya menggunakan senter seadaanya.
Perjuangan menuju puncak kata dia, sengaja dilakukan agar mereka bisa merasakan sedikit bagaimana susahnya para pendahulu memperjuangkan kemerdekaan Indonesia.
“Ini untuk menumbuhkan rasa nasionalisme pemuda di Ringkas, sehingga kami mengambil tantangan seperti ini. Kami mau mengajarkan kepada adik-adik kami di sini bahwa bukan hal yang mudah para pendahulu bangsa ini merebut kemerdekaan dari tangan penjajah,” ungkapnya.
Baca Juga: Tingkatkan Derajat Kesehatan, Pemkab Manggarai Terus Benah RSUD Ruteng
Pada Senin, 17 Agustus 2020 pagi, saat sinar mentari mulai terbit dari ufuk timur mereka bergegas untuk menyiapkan diri menggelar upacara bendera.
Digelar dengan konsep sederhana, namun bagi dia kegiatan yang dilakukan sangat bermakna dan bernilai bagi para pemuda Ringkas.
“Kegiatannya memang sederhana, tapi makna dan nilai di balik kegiatan ini sangat kami rasakan. Kami juga bangga bisa merayakan HUT RI ke-75 di Puncak Golo Wua,” katanya.
Ia juga mengaku kegiatan serupa sudah beberapa kali mereka lakukan. Pada tahun 2018 lalu mereka juga merayakan HUT RI di tempat itu.
Bukan hanya pemuda di Ringkas, Desa Perak. Sekelompok masyarakat di Kampung Barang, Desa Barang, Kecamatan Cibal juga memiliki cara yang unik saat merayakan HUT RI ke -75.
Ketika pemuda di Ringkas memilih merakayakan di puncak gunung, mereka memilih merayakan HUT RI di Kali Wae Naong.
Baca Juga: Prahara Kapal Sang Menteri
Kali Wae Naong berada di perbatasan antara Kecamatan Cibal, Kabupaten Manggarai dengan kecamatan Lamba Leda, Kabupaten Manggarai Timur.
Salah satu warga Barang, Yanto Rempes mengatakan kegiatan itu merupakan inisiatif warga dan para pemuda di kampungnya.
Senin (17/08/2020) pagi, mereka jalan konvoi menggunakan sepeda motor sambil mengibarkan bendera merah putih dari Kampung Barang ke kali Wae Naong. Jaraknya sekitar 5 kilometer.
Sesampainya di lokasi, mereka merayakan hari kemerdekaan dengan makan bersama.
Mereka masak nasi bambu dan lauk seadanya untuk bisa dinikmati bersama.
Ia mengungkapkan, alasan di balik kegiatan itu yakni untuk melepas penat. Sebab, selama ini mereka terikat oleh aturan pemerintah dalam upaya pencegahan dan penanganan Covid-19.
“Motivasinya, bukan hanya anak muda tapi kami yang orang tua juga merasakan keterkungkungan kurang bebas karena karena selama ini terikat oleh berbagai aturan tentang Covid-19,” katanya.
Sehingga bertepatan dengan hari kemerdekaan ini, mereka mau melepaskan semua rasa itu agar bebas dan supaya tidak selalu merasa terkurung.
“Kami mau menumbuhkan rasa nasionalisme di antara anak-anak muda dan kami yang orang tua juga. Supaya pahami betul bagaimana kita harus bersikap di hari kemerdekaan ini. Menanamkan nilai-nilai kemerdekaan itu kepada anak muda,” katanya.
Penulis: Pepy Kurniawan
Editor: Ardy Abba