Kefamenanu, Vox NTT-Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) TTU mengambil langkah cepat untuk mengatasi ambruknya bronjong di Dusun Seombam, Desa Maubesi, Kecamatan Insana Tengah.
BPBD segera mempertemukan konsultan perencana dan CV Impian sebagai kontraktor pelaksana yang mengerjakan proyek dengan pagu dana kurang lebih Rp700 juta itu. Proyek baru selesai dikerjakan pada November 2020 lalu.
Pertemuan tersebut bertujuan untuk mencari jalan keluar dalam mengatasi masalah ambruknya bronjong.
“Kita sudah surati kontraktor pelaksana untuk kapan bisa bertemu dengan konsultan perencana dan konsultan pengawas, konsultan pengawas juga harus ada karena dia yang selalu ada saat pengerjaan, saya lihat suratnya sudah ada,” kata Kepala BPBD TTU Yosefina Lake saat ditemui VoxNtt.com di ruang kerjanya, Selasa (09/02/2021).
Yosefina menuturkan, setelah pertemuan nanti kontraktor tetap wajib memperbaiki bagian bronjong yang rusak, karena masih dalam masa pemeliharaan.
“Entah mau seperti apa kita tinggal lihat gambar nanti,” tuturnya.
Sementara itu, Tedi selaku Direktur CV Impian Bersama saat dihubungi VoxNtt.com melalui telepon mengaku pihaknya siap untuk duduk bersama dengan konsultan perencana.
Menurutnya, pertemuan tersebut penting dilakukan guna mencari solusi terbaik terkait pelaksanaan proyek, sehingga tidak menimbulkan masalah di kemudian hari.
“Kita siap saja, intinya perencana ada sehingga bisa atasi ini masalah,” tuturnya.
Sebelumnya dikabarkan, proyek bronjong milik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) TTU yang dibangun di Dusun Seombam, Desa Maubesi, Kecamatan Insana Tengah rusak akibat dihantam banjir beberapa waktu lalu.
Padahal proyek bronjong yang dikerjakan oleh CV Impian Bersama itu baru selesai dikerjakan pada akhir November 2020 lalu. Proyek tersebut dikerjakan satu paket dengan pembangunan tembok penahan tanah.
Proyek itu telah menghabiskan anggaran senilai kurang lebih Rp700 juta.
Terpantau, Jumat (05/02/2021), tampak hampir lebih dari 100 dari 195 meter yang rusak terbawa arus banjir.
Dari 100 meter yang rusak tersebut, sekitar 50 meter lebih nyaris tidak ada bekas bronjong yang tersisa.
Sementara sisanya terlihat ada tumpukan batu dan kawat bronjong yang sudah berantakan.
Terlihat juga, bronjong tersebut hanya disimpan di atas fondasi yang dibangun di depan tembok penahan tanah.
Kemudian pada tembok penahan dipasang sepotong besi beton yang kemudian digunakan untuk mengaitkan kawat bronjong.
Frans Sanbein, PPK pada proyek pembangunan tembok penahan dan bronjong dari BPBD TTU saat diwawancarai wartawan menuturkan saat ini proyek itu masih dalam masa pemeliharaan.
Ia berjanji akan segera menyurati kontraktor pelaksana agar memperbaiki kembali bagian fisik bronjong yang rusak. Bagian yang rusak harus diperbaiki kembali sesuai keadaan semula seperti yang tertuang dalam perencanaan.
“Kami akan perintahkan kontraktor untuk memperbaiki kembali sesuai perencanaan awal, artinya panjang seluruh target misalnya 195 meter kubik ini harus diperbaiki kembali sesuai dengan hasil kontrak,” tuturnya.
Frans menjelaskan, pengerjaan bronjong tersebut hanya dimaksudkan untuk menjaga bagian fondasi dari tembok penahan agar tidak dirusak banjir.
Ia mengaku saat proses pengerjaan pihaknya selalu mengawasi.
Namun saat disinggung apakah rusaknya bronjong tersebut akibat kualitas pekerjaan atau fenomena alam, Frans tampak tidak memberikan jawaban yang pasti.
“Kita tidak bisa prediksi kalau banjir kemarin akan sebesar kemarin, kita pikir kali ini kering, beberapa tahun kita datang juga kali ini kering,” ujarnya.
Sementara Tedi selaku Direktur CV Impian Bersama saat dihubungi VoxNtt.com mengaku kesalahan pada proyek tersebut dinilainya terletak pada perencanaan.
Dalam perencanaan, kata dia, hanya menempatkan bronjong di atas fondasi.
Menurut Tedi, dalam pertemuan bersama antara kontraktor, PPK dan perencana, pihaknya sudah mengusulkan agar bronjong tersebut tidak hanya ditempatkan di atas fondasi.
Bronjong harus ditanam dalam tanah agar tidak mudah hanyut terbawa arus banjir. Namun sayangnya usulan Tedi tersebut ditolak oleh PPK dan konsultan perencana.
“Saya sempat kirim foto ke PPK, saya bilang ini perencanaan konstruksinya fatal, perencanaannya tidak bagus, fatal semua tapi PPK tidak ada tanggapan, saya WA saja centang 1 sampai sekarang,” tandasnya.
Tedi menambahkan, pada prinsipnya pihaknya siap untuk memperbaiki kerusakan pada bronjong tersebut.
Namun ia tidak menjamin hasil perbaikan nanti bisa bertahan lama dari terjangan banjir jika pengerjaan masih berpatokan pada perencanaan awal.
Sehingga ia akan meminta PPK agar memanggil konsultan perencana untuk bisa bersama-sama membahas dan mencari solusi terbaik.
“Sebentar atau hari senin saya mau cari PPK biar telepon (konsultan) perencana datang untuk lihat kalau sonde (tidak) saya akan buat surat tidak bertanggung jawab, ok kita buat tapi yang terakhir berpatokan pada surat itu,” ujarnya.
Penulis: Eman Tabean
Editor: Ardy Abba