Oleh: Yohanes Mau
Beberapa hari terakhir ini gencar serangan Israel ke Palestina tiada henti.
Mata dunia tertuju ke sana. Hati sedih dan menangis menyaksikan perang tragis itu.
Anak manusia mati bagai binatang jalanan. Rasa sedih dan turut berduka dari seantero jagad memanah jantung Gaza antara Istael dan Palestina itu.
Sebagai insan yang berhumanis kita bertanya, “mengapa sampai demikian?”
Perselisihan terjadi karena adanya ketidakcocokan yang mencecokkan antara satu dan yang lain sebagaimana yang sedang dilakonkan oleh Israel dan Palestina.
Reaksi dari Indonesia akan perselisihan itu muncul dengan aneka kutukan dan lain sebagainya.
Memang itu wajar-wajar saja karena kita meluapkan rasa humanis terhadap sesama yang lain sebagai bagian dari kita.
Tetapi lebih mulia lagi kalau kita bereaksi lebih dulu dan merespon aneka persoalan konflik yang sering terjadi di tanah air sendiri.
Artinya membuat sejuk dan teduh dari dalam negeri sendiri.
Selanjutnya sejuk teduh itu disalurkan keluar dan menjangkau yang lain.
Ini baru namanya orang mengerti dan paham akan totalitas diri sebagai manusia yang berhumanis.
Tapi sangatlah disayangkan karena orang melakonkan diri melampaui batas hakekat diri hingga lupa luka pedih yang sedang dideritanya.
Maka hal penting yang mesti dilakonkan oleh manusia sebagai pribadi yang berhumanis adalah masuk ke dalam totalitas diri secara baik dan benar agar tidak bereaksi secara sembrono sebelum selesai dengan totalitas diri terlebih dahulu.
Karena kesannya manusia melompat keluar tinggalkan kesukaran dalam diri dan ingin menjangkau yang lain namun tak kesampaian.
Hati ingin memeluk gunung namun tangan tak kesampaian apalah dayaku.
Mari kita sejukkan hati dan mantapkan segala totalitas diri kita dengan hangat cinta tanpa memandang dia dan mereka adalah yang lain.
Tapi kita rangkul aku, dia, dan mereka menjadi satu dalam rangkulan cinta kita.
Kita menjadi kuat dalam keberagaman. Kita satu dalam perbedaan. Kita memiliki cinta yang sama dengan kadar hati yang berbeda.
Kita menaruh cinta pada sesama sebagai saudara yang paling mulia dari segala ciptaan lainnya.
Izinkanlah cinta bersemi di hatimu dan hembus napaskanlah kepada sesama di sekitar agar menjadi saluran bahagia dan berkat bagi lain.
Jikalau demikian maka hidup manusia menjadi penuh makna. Hidup manusia sejuk berkat bagi yang lain.
Hidup manusia menjadi berguna bagi yang lain. Nyaman dengan totalitas diri.
Pancarkan energi cinta bagi sesama tanpa kalkulasi untung dan rugi.
Memberi cinta sampai sehabis-habisnya. Karena sejati dari hidup yang berguna adalah hidup yang berguna bagi orang lain.
Ilizwi Biclical Centre-Zimbabwe, 17/05/2021.
Yohanes Mau adalah salah satu penulis buku Antologi Puisi, “Seruling Sunyi untuk Mama Bumi.” Kini ia sedang bertualang di Zimbabwe-Afrika