*Cerpen
Oleh: Yohanes Mau
Sore ini aku bersama senja sedang menyaksikan anak-anak melepas bahagia di akhir pekan. Nyanyian sorak sorai dan yel-yelan belum selesai.
Seolah mereka tak ingin senja tengelam di atas pohon Marula. Mereka memeluk erat senja itu agar hangatnya mengalir hingga masuki yang terdalam.
Namun senja tak pernah kompromi. Senja beranjak secara otomatis. Tiada satu pun yang bisa menahannya.
Senja tenggelamkan wajah moleknya dan perlahan sembunyi di balik awan. Langit biru diliputi malam hitam.
Pohon Marula pun masuk dalam sunyi. Anak-anak pulang menuju malamnya masing-masing dan melukis mimpi tentang mentari pagi.
Gadis mungil bermata biru masih hanyut dalam sedih melepas senja. Ia duduk sendirian sambil mengarahkan pandangan mata ke batas langit.
Bunga gurun yang satu ini dikenal dengan sebutan gadis senja. Senja selalu meliarkan imajinasinya hingga tak bertepi dan bertamu.
Teman-temannya lazim menyapanya Eleonora. Entahlah takdir atau apa yang merasuki hatinya sehingga pada senja ini Eleonora bisa berjumpa dengan Leon pemuda tampan yang sedang bertualang di tengah semak belukar Zimbabwe.
Di pinggiran pintu batas keduanya duduk berdampingan sembari melepas senja di ujung langit. Langit biru di pintu batas Botswana nampak cerah tanpa awan.
Pertanda alam sekitar diam seribu bahasa mengizinkan kedua makluk ini petik bahagia dalam penyatuan hati. Segala makluk dan semesta merestui pertemuan itu.
Pertemuan antara kedua hati yang sedang bergejolak cinta. Gejolak akan temu yang sesungguhnya. Rindu yang berkelopak pun mekar bersama bunga-bunga rerumputan yang sudah mulai mengering.
Leon sibuk utak-atik balas pesan yang masuk di layar handphone-nya dari berbagai penjuru. Sedangkan Eleonora menatap teduh pada senja.
Sesekali menatap wajah Leon yang nampak kalem. Leon dalam hati kecil bertanya, “siapakah gerangan gadis ini dan mengapa dia ada di sini?” Leon penasaran dan ingin tahu tentang gadis itu. Selangkah terayun mendekatkan diri pada Eleonora.
Eleonora tersentak kaget. Leon menenangkan, “tenanglah, Ini aku Leon. Sambil menyorongkan tangan. Keduanya berjabat tangan erat. aku Eleonora. Jawab Eleonora dengan tatapan teduh.
Leon hanya diam merasakan aliran hangat yang mengalir dari genggaman Eleonora. Pancaran sejuk matanya menghipnotis mata dan hati Leon. Mata tak terkedip dan enggan pejam. Hati teduh walaupun gaja, singa dan binatang liar lainnya masih berkeliaran di sekitar.
Sebelum senja pergi sekali lagi Leon menikmati tatapan teduh di mata Eleonora. Keduanya saling tatap seolah senja terbias dari pancaran kedua bola matanya.
Tidak lagi menatap pada senja. Hati kecil Eleonora kelopak dan berbunga di antara padang ilalang yang sudah mengering bersama musim. Eleonora melihat wajah senja dari Leon. Hasrat bisik ingin memeluknya namun hati kecilnya masih malu-malu.
Leon masih penasaran akan keberadaan Eleonora di batas senja itu. Tanpa malu-malu Leon tanya, “Eleonora, “apa yang sedang kamu cari di tempat ini?” Tak tahan-tahan Eleonora menjelaskan, “Kak, aku di sini karena hati ini merasa sedih. Setiap senja aku selalu ada di tempat ini.
Aku melepas senja. Hati ini tak tegah membiarkan senja indah ini pergi namun aku tak bisa menanamnya. Aku ingin agar senja dan pancaran indah dengan segala tawarannya itu hangat di dadaku hingga aku lelap panjang dalam tidur.
Aku mau bermimpi tentang esok yang indah dan penuh bahagia. Namun hingga kini itu enggan datang. Entahlah sampai kapan. Aku sedih. Aku dan senja adalah kesatuan yang utuh dan tak terlepas.
“Lihatlah ke sana, sedikit lagi hilang dan lenyap di balik malam!” Mendengar semua itu Leon merangkul tubuh Eleonora erat dan bisik padanya bersama similir senja, “Eleonora, aku tahu apa rindu terdalammu. Aku tak ingin melihat senja itu.
Senja itu lenyap dan kembali kalau cuaca esok masih seperti ini. Coba pandanglah senja di teduh mataku dan izinkanlah aku juga memandang senja yang terbias pada sinar matamu.
Senja di mata kita tak kan pernah terbenam. Senja di mata kita tak lekang oleh gelapnya malam. Senja kita pancarkan hangat cinta hingga relung-relung terdalam.
Senja kita akan menggapai bahagia hingga selesai napas. Senja kita ada tanpa gores sakit dan luka di batas waktu dan musim.
Tapi antara senjaku dan senjamu hanya ada satu garis saja yakni garis lurus yang menyatuhkan hatiku dan hatimu menjadi hati kita. Hati kita mengalirkan energi cinta kepada dunia tanpa tahan-tahan.
Sayang, tenanglah karena akulah senja itu dan engkaulah senja bagiku di kala jalur badai hidup menerpa. Kita abadi bersama senja di tengah musim dan badai hidup yang tak menentu.
Eleonora tersentak bahagia dan gembira setelah dihangatkan oleh senja Leon lewat kata-kata indahnya. Sayang, ” jangan lagi terbenam bersama senja tapi tinggallah bersama aku di firdausku!” Tegas Eleonora. Dimanakah firdausmu Eleonora?” Tanya Leon, “Akulah firdaus dengan segala totalitas diriku.
Aku ada untukmu dengan segala kurang dan lebihku. Aku siap hadir untukmu dalam segala hembusan napas hidupku. Dan aku tak ingin engkau pergi nikmati senja di taman lain.
Inilah aku dengan segala keutuhan firdausku. Biarlah matahari dan senja terbenam saja di firdausku. Leon, menarik tangan Eleonora dan menciumnya, “Oh Eleonora, engkaulah firdausku dan aku akan abadi ada bersamamu di firdaus ini hingga selesai bahkan di alam baka sekali pun aku ingin tetap abadi bersamamu…”
Senja di batas langit Botswana semakin pudar. Kisah cinta antara Eleonora gadis senja dan Leon pun semakin bersemi bersama hari dan musim yang datang silih berganti.
Senja di batas hari tinggalkan gores pada dua sejoli yang menyatukan hati dalam ikatan hangat cinta. Senja dan segala skenarioNya adalah cara jitu menakluk hati liar yang menggembara tanpa batas ruang dan waktu.
Namun segala sajiannya itu adalah cara lain untuk menemukan apa yang dirindu dan dicari. Sehingga benarlah Apa yang dikatakan kitab suci, “Carilah maka kamu akan mendapat, mintalah maka kamu akan diberikan, dan ketuklah pintu maka pintu akan dibukukan bagimu.”
Rindu dan pencarian sejati yang tulus akan menggapai tujuan bernama bahagia bila segalanya dijalani dengan cinta yang besar dalam penuh hati-hati dan kesabaran. Karena orang sabar disayangi Tuhan.
Catatan:
- Marula: Sejenis pohon di Zimbabwe yang menghasilkan buah yang bisa dimakan dan dijadikan juss dan minuman beralkohol.
- Eleonora dan Leon bukanlah nama sebenarnya.
- Botswana dan Zimbabwe adalah dua negera yang letaknya di bagian selatan benua Afrika.
Ilizwi Biclical Centre-Zimbabwe-Africa, 03/06/2021.
Yohanes Mau adalah penikmat sastra
Warga Belu-Utara-NTT-Indonesia
Kini sedang bertualang di Zimbabwe-Afrika