Getir Jiwaku Meronta
Meraba jemu dalam tanya
Mengusap ragu dalam risau
Hakikat apa yang terjelma
Pada pusara merah jiwa meronta
Petuah usang tak bisa seirama
Dengan kata duka yang kerap dicerca
Dia yang musafir mencari persinggahan
Dari lelahnya kaki berkelana
Menapaki bara yang membuat luka
Kian tergopoh ia melewati hari
Melintasi duri yang tak bertepi
Tak terlihat bayang yang telah lama tercekat
Apa boleh dikata lagi dari yang terbungkam
Apa boleh dirasa lagi dari yang terbuang
Pada akhirnya dia hanya mati
Meramu deru terkoyak-koyak rindu
Aku Tetaplah Jadi Aku
Aku ingin menjadi matahari
Diharapkan atau tidak ia tetap bersinar
Cahayanya menerangi setiap sudut yang gelap
Gelapmu menjadi terang karenanya
Aku ingin menjadi senja
Yang selalu kau elok-elokan saat kau menatapku
Yang selalu kau tunggu kedatangannya
Sampai kau lupa, bahwa yang datang juga akan pergi
Aku ingin menjadi bintang
Yang dapat menerangi langitmu yang gelap
Yang kau tatap saat malammu menjadi sunyi
Dan yang terakhir
Aku salah
Aku ingin menjadi diriku sendiri tanpa harus menjadi matahari, senja atau pun bintang
Aku ingin menjadi apa yang aku punya atas apa yang telah Tuhan berikan kepadaku
Tanpa harus menjadi orang lain
Tanpa harus menjadi apapun yang dapat mengubah aku yang sebenarnya
Aku ingin menjadi “Aku” saat orang lain memanggilku dengan sebutan “Kamu”