Kesepakatan Rasa
Ternyata kita masih sama-sama terjebak
Dalam pikiran masing-masing
Bahwa harus saling melepas
Adalah satu kesepakatan terbaik
Untuk sebuah kebahagiaan dan kesedihan sekaligus
Tentang bahagia yang saling diharapkan
Semoga setiap lengkungan yang tergurat
Adalah kebenaran sejati
Tanpa ada nelangsa tersembunyi
Dari sudut-sudut malam sunyi
Tentang kesedihan yang saling dibenamkan
Semoga deretan luka tak lagi menganga
Atau setidaknya tak membekas terlalu dalam
Yang mampu memanggil lara
Dari celah rintik-rintik hujan
Untukmu cinta yang tak menemui takdir bersama
Tak perlu terlalu keras menghapusnya
Sebab yang telah memeluk rasa sangat erat
Tak akan pernah menjadi hilang
Sekeras apapun pikiran berkehendak
Untukmu jiwa yang bersatu di bawah mega
Jangan lagi berlari saling menjauh
Sebab semakin ingin meninggalkan
Sepasang hati malah kembali mendekap luka
Meski ingin bukanlah untuk menyakiti
Cukup belajar saja dengan patuh
Dari kesederhanaan embun
Dari kerelaan daun yang gugur
Bahwa jatuh adalah takdir
Yang harus dipeluk dalam tawa maupun tangis
Kehidupan
Guratan nasib terukir di dalam sebuah lembaran
Sunyi, senyap, sedih silih berganti
Menghiasi hari seperti mengolok
Membuka sisi kelam di sebuah kehidupan
Tak punya arti jiwa ini tercipta
Berkelumit dengan indahnya dunia fana
Tertawa terbahak melihatnya
Tangisan rintih jiwa menjalaninya
Kemanakah jiwa harus pergi
Meninggalkan hari-hari yang sepi
Menjalani hidup yang lebih berarti
Mengusir rasa sedih yang ada di hati
Tuk menjadi hamba yang lebih diberkati
Cinta datang membawa arti tenang
Jiwa hilang telah kembali pulang
Kenangan kelam tersibak oleh cahaya terang
Seakan surga yang tiba-tiba datang
Mimpi…
Apakah semua itu buah dari sebuah mimpi
Apakah semua yang telah kulalui hanya sebuah ilusi
Mimpikah jiwa yang ingin mempunyai arti
Oh, sungguh pantaskah meratapi sebuah mimpi
Kekosongan yang belum sempat dijalani
Namun akhirnya satu hal yang hamba sadari
Jiwa dicipta bukan untuk bermimpi, jiwa dicipta untuk mengejar mimpi
Membuat sebuah ilusi mempunyai arti
Sampai datang panggilan ilahi
Beri Kisah Ini Judul
Berhamburan kisah hari di tikungan jalan yang belum benar terang
Alangkah rahasia benang-benang nasib
Ketika kutangkap tanda dari mata, aku menelisik apa yang mungkin tersimpan di dalam hati yang memilikinya
Dan ketika tampak pulaapa yang tak mampu dirahasiakan hatinya
Maka pada matamu aku tuliskan ribuan sajak yang hampir tanpa akhiran
Kata-kataku mengalirkan bunga dan wewangi, menyanjungmu dalam desah angin pagi dan kepak sayap seribu burung dan kupu-kupu, seribu warna pada tiap helai bulu-bulunya
Alangkah rahasia benang-benang nasib
Aku menyerap cintamu sedalam sesak dada yang risau
Kau jadi udara yang membuatku tetap hidup
Dan ketika terdedah aku dengan percik-percik pertanyaan itu, maka telah kau buat pula keseimbangan hidup menjadi goyah
Maka kukejar dimanakah gerangan matamu
Kutelisik kembali hatimu dengan rindu
Seribu tanya pun tumbuh, membelukar, bercabang, dan semakin syarat beranting semak, kering dan membaharu
Ahhhh.. kau jadi udara yang beracun jadinya
Mataku nanar selalu memerah
Memburu, meningkahi apa saja
Ketenangan raib di ubun-ubun senja, aku berteriak menuding kiraban mega, kekasihku dimana kau menyembunyikannya?
Aku terjatuh di kaki bukit tandus itu dan mengenangmu di bawah pohon randu yang sepi
Masihkah kau peluk mimpimu, dan membacakan sebuah puisi di malam-malam yang terjaga kekasihku
Pahatan Jiwa yang Terluka
Senja itu terasa redup
Tidak seperti biasanya
Yang penuh kemilau lembayung keemasan
Entah kala itu berupa remang dan suram
Kita terdiam seribu bahasa
Pikiran berkecamuk tak karuan
Sudut bibirmu kelu dan beku
Seakan enggan tuk meminang sugurat senyum
Kupeluk erat dirimu saat kegundahan meremukkan jiwa
Serasa hatimu bergemuruh mengalahkan deru ombak pantai yang kita singgahi
Tanpa ucap, angin menyapu dahimu yang tertutup helai ikal rambutmu
Jangan hancur duhai kekasih
Ada hati yang ikut berlarung denganmu
Melangkah di arena bumi ini
Seiring jalan tuk meraih cita dan cinta
Tenggelamkan dukamu di pelukku
Setegar apapun jika ingin menangis, menangislah
Air mata bukanlah tabu untuk dirimu
Kalau memang deraan begitu lekat menghimpit batin
Genggam ini jemari
Kuatkan sekuat jiwa keberanianmu
Cintaku akan menjadi pengikis kepedihan
Menyatukan sisa ceceran tangisan
Untuk kita yang akan saling padu dalam impian