Oleh: Markus Makur
Koordinator KKI Peduli Sehat Jiwa Manggarai Timur
Getaran suara terus melelehkan hatiku yang beku. Pikiranku mengikuti pesan suara lisan yang selalu meraung-raung seperti suara singa di hutan rimba.
PesanNya, pergilah! Pergilah! Keluarlah dari kenyamanan hatimu! Bertolaklah dari kenyamanan rumahmu.
Di sana, Ia menunggumu. Tidak ada gunanya hanya terus gelisah di hati dan pikiranmu. Untuk apa hanya gelisah di tempat tinggalmu.
Awam harus berbau domba! Lumuri dirimu dengan lumpur. Bau lumpur hanya sebentar saja, sementara rekam jejakmu terekam di bumi dan surga. Entahlah!
Percuma gelisah dengan mengeluarkan kata-kata kasihan. Kasihan, tanpa ada aksi nyata. Tanpa berbuat nyata bagi sesama.
Ungkapan kasihan itu menandakan bahwa saya tidak peka, tidak peduli, tidak empati, tidak solider dengan sesama yang menderita sakit, entah jenis sakit apa saja.
Kurang lebih enam tahun getaran suara itu menembus hatiku yang selalu membeku. Semacam batu cadas, seumpama hatiku seperti batu cadas. (Nampar).
Atau bisa seperti batu karang yang berada di dasar laut dan susah dikikis air garam laut. Kapal raksasa saja selalu menghindar dari batu karang.
Kalau kapal menabrak batu karang maka kapal itu bocor dan perlahan-lahan tenggelam. Banyak kisah yang sudah difilmkan ketika kapal menghantam batu karang.
Kembali ke kisahku. Getaran suara itu dimulai 2017 lalu saat saya tidur lelap di atas kasur empukku. Saya menanggapi suara itu melalui tulisan dipublikasi.
Langkah awal perjalanan karya kemanusiaan. Selanjutnya, saya bergabung dengan sukarela dalam sebuah wadah kemanusiaan di Pulau Flores. Wadah itu bernama Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ) dan kini berubah menjadi KKI Peduli Sehat Jiwa yang didirikan Pater Avent Saur, SVD bersama sejumlah anggota komunitas kecilnya.
Hingga saat ini saya juga belum mengerti, mengapa saya dipanggil? Hanya debulah aku. Di dalam debu itu ada kehidupan yang berlumuran kerapuhan manusiawiku.
Hanya syukurku kuhaturkan KepadaMU. Tidak lebih dan tidak kurang. Debu akan beterbangan apabila ditiup angin dan debu itu juga akan kuat dan kuat apabila direkatkan oleh air.
Memulai pelayanan KKI Manggarai Timur di 2023 dengan melayani dari telapak kaki dan sentuh hati dari Kampung Waebouk, Kelurahan Ronggakoe, Kecamatan Kota Komba, Januari 2023.
Saat itu, KKI berkolaborasi dengan lintas sektor, yaitu, Kelurahan Ronggakoe, Pemerintahan Kecamatan Kota Komba, Puskesmas Waelengga, Kepolisian Sektor Kota Komba dan warga setempat membongkar pasungan dari satu sahabat yang derita gangguan jiwa.
Kini sahabat KKI itu sudah dirawat di Panti Renceng Mose Ruteng untuk proses pemulihan dari deritanya. Semoga cepat pulih.
Setiap kali Sang Guru Penyelamat menyembuhkan umatnya, Ia mengatakan “Imanmu telah menyelamatkanmu (bahasa saya menyembuhkanmu)”.
Saya sungguh percaya kata dari Sang Sabda. Kata-katanya sangat magis dan menyelamatkan. Kata-kata itu tidak pernah lekang oleh waktu. Saya sungguh percaya. Percaya total. Ada yang mengatakan bahwa getaran jiwa.
Sahabat KK itu terus berproses untuk pemulihan jiwa fisiknya.Saya yakin dan percaya bahwa sebagaimana disampaikan Sang Sabda, ” imanmu telah menyelamatkanmu. Semoga sahabat KKI ini akan pulih dan kembali beraktivitas seperti biasanya.
Sahabat KKI, selama dipasung dua kali, hidup penuh sengsara. Tidak manusiawi. Martabat manusianya semacam direndahkan. Penuh penderitaan.
Hanya saudari dan tantanya yang melayani dan merawat seadanya dengan memberi makan, minum, pagi, siang, malam. Tidak ada kawan atau sahabatnya menyapa dengannya.
Benar-benar hidup sendirian dalam ruangan yang sumpek, berbau, bahkan berbulan-bulan tidak mandi. Rambutnya panjang. Kuku kaki dan tangan sangat panjang.
Bahkan bajunya tak pernah diganti. Kumal. Ruangan, tempat ia dipasung tidak dibersihkan. Ia bahkan ditemani bunyi binatang melata. Dan juga jaring laba-laba di bagian sudut-sudut ruangannya. Benar-benar ketidakadilan dialaminya.
Bersyukur seorang Imam Katolik yang mendirikan Kelompok Kasih Insanis (KKI) Peduli Sehat Jiwa Nusa Tenggara Timur.
Imam itu bernama Pater Avent Saur, SVD bersama dengan relawan KKI Manggarai Timur berkolaborasi dengan lintas sektor membongkar balok pasungannnya.
Hujan sedang mengguyur di perkampungan itu. Air hujan membunyikan seng di rumah itu. Bahkan titisan air hujan di sela-sela seng rumah turun ke sudut- sudut rumah itu.
Semua orang hendak membongkar pasung itu basah kuyup. Tapi, semangatnya sama untuk membebaskan sahabat itu yang sudah sekian lama menderita dalam balok pasungan.
Sebagaimana yang saya belajar dari berbagai referensi buku serta mengikuti webinar dan seminar bahwa seorang yang menderita gangguan jiwa terganggu seluruh fisiknya.
Ia bahkan tidak bisa mandi, tidak bisa merawat rambut, bahkan tidak bisa membersihkan kuku kaki dan tangannya. Otaknya terganggu yang menimbulkan perilaku, perasaan dan pikiran tidak berfungsi seperti orang normal.
Saat kami membongkarnya, ada peralatan linggis. Ia hanya duduk saja. Sambil bertanya, benar dibongkar balok ini? Ia bertanya kepada saudarinya yang berdiri di depannya.
Saudarinya menjawab iya. Lalu satu per satu baloknya dilepas dan akhirnya balok dikakinya benar-benar dibongkar. Sesudah dilepas. Ia duduk sejenak. Kakinya tidak bergerak dan sudah mengecil.
Ia tidak bisa turun dari tenda pasungannya. Seorang sahabat menggendongnya untuk dibawa ke rumah sebelahnya yang baru dibangun. Setiba di rumah sebelah milik mereka.
Ia tak bisa berdiri dengan tegak dan ia membaringkan tubuhnya di tempat tidur yang sudah disediakan. Semua orang yang berada di rumah itu sangat bahagia dengan peristiwa tersebut.
Selanjutnya, kami disuguhkan minuman dan pangan lokal sebelum melanjutkan perjalanan. Tiba saatnya berangkat. Ia kembali digendong sampai ke mobil yang sudah parkir di pinggir jalan Trans Flores di kampung tersebut.
Mesin mobil dihidupkan dan laju kendaraan perlahan-lahan meninggalkan perkampungan itu. Yang lain kembali ke tempat tugas dan rumah masing-masing.
Kami terus berpacu dengan waktu, sementara hujan tidak berhenti. Kami memasuki Kota Borong, Ibukota Kabupaten Manggarai Timur. Meneruskan perjalanan melintasi jalan
Golomongkok-Sita-Ranamese, Bealaing-Mano dan akhirnya tiba pukul 21.00 wita di Panti Renceng Mose Ruteng. Saat tiba di halaman Panti tersebut, pasien ini juga digendong karena tak bisa berjalan normal.
Hingga kami tiba di ruang pendaftaran yang sudah ditunggu seorang perawat yang dinas malam di panti tersebut. Setelah mendaftarkan pasien itu, kursi roda sudah disediakan oleh panti tersebut. Ia duduk dan masuk ke salah satu ruangan isolasi dan minum obat.
Kemudian, kami menghantar Pater ke Biara Bruder Caritas. Lalu, kami menghantar saudarinya dan temannya yang menginap di rumah keluarga mereka di Kota Ruteng, Ibukota Kabupaten Manggarai.
Selanjutnya, kami kembali ke biara. Malam itu, saya tidur di mobil sebab kamar di biara itu tidak bisa menampung 4 orang.
***
Pengalaman Iman Spontanitas
Rabu (1/2/2023), saya bersama sahabat saya, Ambrosius Adir, biasa disapa Rosis Adir, wartawan dan relawan KKI Manggarai Timur berbelanja di pasar Borong, Kelurahan Ranaloba, Kecamatan Borong.
Saat itu kami belanja di salah satu lapak seorang ibu. Tiba-tiba hujan turun cukup lebat. Kami istirahat di lapak sambil menanti hujan berhenti. Saat itu, ada pedagang lain di sebelahnya. Ibu itu mengenal om Rosis Adir ketika menghadiri acara sambut baru anaknya.
Om Rosis menceritakan pengalaman pelayanan karya kemanusiaan dari relawan KKI Manggarai Timur sejak 2017 lalu.
Seperti gayung bersambut, Ibu itu menceritakan tentang suaminya yang derita gangguan jiwa dan terpaksa dipasung di Kampung Papang, Desa Ranamasak, Kecamatan Borong.
Hatinya sangat menderita dengan peristiwa suaminya sakit. Di tengah penderitaannya itu, ia tetap bergerak dan berjuang untuk menghidupi keluarga serta membiayani 4 anaknya. Tiga anaknya sedang sekolah.
Yang sulung sedang belajar di salah satu SMK di Kota Borong. Anak kedua dan ketiga sedang belajar di sekolah dasar di Kota Borong.
Sedangkan anak bungsunya sedang belajar di Taman Kanak-Kanak di kampung halamannya. Suaminya dirawat oleh orangtuanya seperti memberi makan, minum, dan keperluan lainnya.
Mendengarkan kisah perjuangan itu, saya hanya bisa diam dan sesekali menguatkan hatinya dengan mengatakan “INI JALAN TUHAN DAN KARYANYA UNTUK BERJUMPA SECARA SPONTANITAS DEMI PROSES PEMULIHAN SUAMINYA.”
Kemudian, saya bilang bahwa, saya pernah mendapatkan informasi dari salah perawat Kesehatan Jiwa (Keswa) pada 2022 lalu tentang seorang penderita gangguan jiwa di Desa Ranamasak yang dipasung dan tidak mau minum obat.
Waktu saya sampaikan bahwa kapan saat berkunjung, kami (relawan KKI) siap ikut. Tibalah saatnya dengan pengalaman iman spontanitas tersebut. Hujan juga belum berhenti.
Saya dan Om Rosis Adir masih bincang-bincang dan menyampaikan, kami akan bertemu Wakil Bupati Manggarai Timur untuk sama-sama berkunjung dan saya juga koordinasi dengan perawat di Puskesmas Peot untuk berkunjung ke kampung itu.
Lalu, Ibu bertanya, kapan? Bagaimana dengan uang kalau mereka berkunjung. Saya sampaikan kami akan kabar lagi dan tidak butuh uang. Dan hujanpun berhenti.
Saya dan Om Rosis Adir pulang ke rumah kontrakannya di Perkampung Peot, Kelurahan Peot, Kecamatan Borong. Setelah makan malam, sahabat KKI yang satunya, Guru Krispinus Louis Gonzales datang ke rumah kontrakan Om Rosis Adir. Kami adalah tiga pilar pelayanan karya kemanusiaan di Kota Borong.
Ia minum kopi. Sesudah itu, saya minta dia untuk pergi ke rumah jabatan Bupati Manggarai Timur, Siprianus Habur di komplek Gololada.
Malam itu guru Lois memakai celana pendek dan memakai jaket. Saat kami tiba, Wakil Bupati menyambut dan menyapa kami dengan penuh kekeluargaan. Ia mempersilahkan kami duduk di kursi sofa di ruang tamu.
Tak lama kemudian, kami disuguhkan dengan kopi khas Manggarai Timur. Sambil minum kopi dengan suasana penuh persaudaraan, saya menyampaikan kisah perjumpaan seorang ibu yang berdagang di pasar Borong.
Suami dari ibu itu menderita gangguan jiwa dan terpaksa dipasung untuk keamanan dirinya. Sebagai relawan KKI Manggarai Timur, saya minta waktu Wakil Bupati untuk mengunjungi warga masyarakat tersebut.
Lalu, Wakil Bupati bertanya kapan? Saya langsung respon, bagaimana kalau besok, Kamis, (2/2/2023) supaya saya koordinasi dengan perawat dari Puskesmas Peot yang menangani seksi kesehatan jiwa (Keswa).
Di hadapan Wakil Bupati, saya mengontak salah satu perawat di Puskesmas Peot untuk rencana kunjungan tersebut. Perawat itu sangat senang dengan agenda tersebut.
Kemudian, Wakil Bupati bicara langsung dengan perawat tersebut. Waktu yang sudah diagendakan untuk berangkat tepat waktu, jam 09.00 Wita.
Malam itu saya bersama guru Lois kembali ke rumah sahabat Rosis Adir di kompleks Peot. Saya menginap dan membaringkan tubuh yang lelah.
***
Berjumpa dan Menyapa Warga yang Menderita
Sang surya sudah bersinar dari Timur. Sinarnya menerobos lubang-lubang kecil di rumah. Sinar yang dahsyat itu juga menerobos di hati dan otak saya agar secepatnya bangun. Sementara, ayam sudah berkokok di sekeliling rumah.
Bahkan, burung-burung yang bertengger di dahan pohon juga sudah bangun dari tidur lelap. Sinar matahari menandai bahwa pagi telah tiba dan memulai aktivitas apa saja dan mulai mewartakan kebaikan sepanjang hari.
Sinar matahari memulihkan energi dalam tubuh. Sarapan pagi rumah sahabat Rosis Adir. Sesudah sarapan pagi, saya membersihkan tubuh. Selanjutnya, menyiapkan diri untuk berangkat menuju rumah jabatan Wakil Bupati.
Kami berangkat jam 08.20 Wita. Tiba di rumah jabatan jam 08.25 Wita. Selanjutnya, kami ke pasar Borong untuk menginformasikan kepada Mama Aga tentang kunjungan Wakil Bupati, Perawat dan dokter dari Puskesmas Peot, dan Dinas Sosial Manggarai Timur serta staf Prokopim dan staf Kominfo Manggarai Timur.
Mama Aga menyiapkan diri. Dan berangkat dengan naik ojek menuju rumah jabatan Wakil Bupati. Saat kami tiba, perawat dan dokter dari Puskesmas Peot juga sudah tiba di depan rumah jabatan tersebut.
Selanjutnya, kami dipersilakan masuk dan duduk di ruang tamu di bagian rumah tersebut sambil menunggu kedatangan Wakil Bupati yang masih berkantor di Pusat perkantoran Lehong.
Tepat jam 09.00 wita, kami berangkat. Kami start dari rumah jabatan. Kurang lebih waktu tempuh 45 menit dari Gololada sampai di Kampung Papang, Desa Ranamasak, Kecamatan Borong.
Kami tiba jam 9.45 wita. Begitu tiba di rumah keluarga dari Mama Aga. Kami disambut oleh orangtua, staf desa Ranamasak dan staf Pustu setempat.
Tak lama kemudian, Wakil Bupati masuk ke rumah untuk menyapa dan memberi salam kepada warga yang sedang duduk diatas balok pasungan. Ia memakai celana olahraga, baju kaos. Ia terkejut dan kaget.
Kaki satunya dipasung. Kemudian ia mengambil kain titoron untuk menutup bagian kakinya. Di depannya ada gitar, piring nasi, air minum dalam jerigen. Tempat pasung langsung dengan lantai rumah. Sekelilingnya penuh dengan tumpukan pakaian kotor.
Dan juga berserakan tulisan tangan di kertas. Rambutnya panjang. Wakil Bupati memeluknya dengan penuh kasih sayang didampingi istrinya yang berdiri di bagian belakang.
Sesekali istrinya merapikan rambutnya yang panjang. Kurang lebih selama dua jam kami bersama dengannya.
Ia bicara dalam bahasa Inggris. Kami hanya mendengarkan saja apa yang dibicarakannya. Sesekali kami menyahutnya saat ia bertanya.
Kami tidak mengerti apa yang dibicarakannya. Kemudian para perawat memeriksanya dengan alat tensi. Hasilnya, tensi darahnya normal.
Para perawat dan dokter mengajaknya minum obat tapi, ia menolak. Selanjutnya, Wakil Bupati berbincang-bincang dengan orangtuanya dan menyerahkan bantuan satu karung beras.
Dihadapan orangtua, istri dan keluarga setempat, Kamis (2/2/2023),Wakil Bupati Manggarai Timur, Siprianus Habur meminta Dinas Sosial dan Dinas Kesehatan untuk membongkar pasung dan membawa pasien ini untuk mendapatkan perawatan di Panti Rehabilitasi Renceng Mose Ruteng.
“Minggu depan pasien ini harus dibongkar dan dibawa ke Panti Rehabilitasi Renceng Mose Ruteng untuk mendapatkan perawatan medis demi pemulihan dari deritanya,” tegasnya.
Selanjutnya, Wakil Bupati mengunjungi satu pasien gangguan jiwa yang juga masih dipasung. Pasien itu sudah 12 tahun dipasung di dalam rumahnya.
Wakil Bupati dan rombongan, relawan KKI disambut istri dari si pasien. Kaki satunya juga dipasung. Saat itu, ia memakai baju warna hitam, memakai kain titoron, dan celana olahraga.
Kuku kaki dan tangan sangat panjang. Saya inisiatif membersihkan kuku kaki dan tangannya.
Menggunting kuku kaki dan tangan dengan alat gunting kuku yang setiap saat saya bawa saat melakukan kunjungan kepada sesama yang derita gangguan jiwa dipasung.
Kunjungan dua pasien sudah selesai dan kami pulang ke Kota Borong. Tepatnya di rumah jabatan Wakil Bupati Manggarai Timur di kompleks Gololada.
Setiba di rumah jabatan, kami sharing pengalaman iman pasca kunjungan tersebut. Banyak hal yang kami bincangkan dari hati ke hati.