Labuan Bajo, Vox NTT- Organisasi Pemantauan Keuangan Negara (PKN) Manggarai Barat menyebut PT Wijaya Karya (WIKA) sebagai sumber kegaduan di Labuan Bajo, Kabupaten Manggarai Barat.
Kegaduhan tersebut berlangsung menjelang perhelatan event KTT Asean Summit ke-24 tahun 2023 di Labuan Bajo.
Hal itu disampaikan Ketua PKN Mabar Lorens Logam pada saat melakukan unjuk rasa di Kantor PT Wijaya Karya (WIKA) Cabang Labuan Bajo yang berlokasi di Desa Gorontalo, Kecamatan Komodo, Kabupaten Manggarai Barat, NTT, Sabtu (15/4/2023).
“Proyek pembangunan jalan Labuan Bajo-Golo Mori merupakan suatu proyek hight class, namun dalam penyelesaian proyek ini ada potret buruk di mana pemerintah pusat melalui BUMN dan rekanannya PT WIKA melakukan pembegalan terhadap hak-hak para pekerja dan para supplier material pembangunan proyek tersebut,” ujar Lorens.
“PT WIKA datang ke Labuan Bajo hanya bermodalkan direksi keet dan seragam yang tidak mempunyai nilai sama sekali. PT WIKA datang ke Labuan Bajo hanya datang membawa polemik. Datang membawa kegaduan yang merugikan kesejahteraan masyarakat Manggarai Barat,” lanjutnya.
Lorens menyebut aksi tersebut bertujuan untuk mengingatkan pemerintah lebih khusus Presiden Joko Widodo bahwa di tengah meganya pembangunan jalan Labuan Bajo-Golo Mori masih ada potret buruk.
“Aksi ini juga sebagai bentuk peringatan kepada pemerintah pusat dalam hal ini Presiden Jokowi agar segera melakukan tindakan memanggil para pihak dalam hal ini Mentri BUMN Erick Tohir di bawah kendali beliau bahwa PT WIKA tidak menjalan profesionalitas kerja yang menyuguhkan tindakan apatis terhadap para pekerja di Kabupaten Manggarai Barat,” tegas Lorens.
Menurut Lorens, Labuan Bajo sebagai kota pariwisata super premium perlu merasa bangga dan bersyukur kepada Presiden Jokowi karena mempunyai perhatian yang serius. Namun PKN Mabar tidak menginginkan potret buruk sebagaimana menimpa para pekerja yang haknya tidak dibayarkan PT WIKA.
Lorens menilai PT WIKA membawa kegaduham sosial yang mengakibatkan terancam gagalnya event KTT ASEAN Summit ke-24 di Labuan Bajo.
“Dalam hal ini PT WIKA membawa kegaduhan sosial dan terancamannya kegagalan event KTT ASEAN Summit ke-24 di Labuan Bajo pada bulan Mei mendatang dan itu merupakan ulah dari PT WIKA yang tidak membayar hak-hak para pekerja,” ungkapnya.
Pantauan awak media, sebelum menutup aksi unjuk rasa itu massa aksi melakukan pembakaran spanduk yang bertuliskan ” PT WIKA Sumber Kegaduhan di Labuan Bajo”.
Menurut Lorens, pembakaran spanduk tersebut sebagai sikap protes kepada PT WIKA yang tidak memperhatikan hak-hak dari para pekerja dan supplier material proyek.
“Kita membakar spanduk ini sebagai suatu sikap bagaimana hak-hak dari para pekerja dan supplier material yang telah menjadi budak untuk merealisasikan pembangunan proyek pemerintah. Mereka sudah bekerja keras namun hak mereka tidak diperhatikan,” pungkasnya.
Sampai berita ini dipublikasikan, awak media belum mendapatkan keterangan resmi dari pihak PT Wijaya Karya (WIKA).
Walaupun awak media sudah melakukan konfirmasi kepada Corporate Secretary PT Wijaya Karya (WIKA) melalui pesan WhastApp, namun tidak direspons. [VoN]