Ruteng, Vox NTT- Program Studi (Prodi) Peternakan Universitas Katolik Indonesia (Unika) Santu Paulus Ruteng menyelenggarakan kegiatan seminar bertajuk “Inovasi Teknologi Hasil Peternakan menuju Tahun Pastoral Ekonomi Berkelanjutan”, di Aula GUT lantai 5 Unika Ruteng, Senin (20/11/2023).
Seminar tersebut menghadirkan empat orang narasumber dengan komposisi dua orang dari pihak dosen dan dua orang lainnya dari mahasiswa.
Dosen yang menjadi narasumber yakni Maria A. A. Karlina dan Aleksius A. Jeramat. Sedangkan narasumber mahasiwa yakni Dionisius Filma dan Claudia Novalia Nenggo. Adapun peserta seminar yang terlibat yakni semua mahasiswa Prodi Peternakan Unika Ruteng.
Ketua Prodi Peternakan Maria Tarsisia Luju menjelaskan, kegiatan seminar tersebut merupakan kegiatan rutin yang diprogramkan oleh Prodi Peternakan sebagai bentuk tanggung jawab akademik pihak kampus dalam pemerataan konsep dan pengetahuan bagi mahasiswa.
“Untuk kali ini, saya rasa cukup baik karena ada kolaborasi antara dosen dan mahasiswa dan ini tentu pertama kali bagi program studi peternakan. Sebelumnya, kami menyelenggarakan seminar dan didominasi oleh para dosen,” kata Maria kepada VoxNtt.com di sela-sela kegiatan penyelenggaran seminar.
Ia menjelaskan, penyelenggaraan kegiatan seminar tersebut berorientasi pada peningkatan kesadaran mahasiswa dalam pengembangan inovasi teknologi peternakan, sehingga bisa menjadi contoh dan teladan bagi masyarakat sekitar.
Maria berharap mahasiswa Prodi Peternakan kini perlahan memulai berinovasi dan terus melakukan pengembangan melalui kegiatan-kegiatan bazar atau kegiatan jenis lain yang menampilkan berbagai jenis produk.
“Semoga inovasi ini tidak sebatas teori tetapi juga lebih pada pengembangannya. Karena memang harus ada pengembangan misalnya dalam kegiatan bazar, itu mereka dapat menampilkan produk-produk apa yang mereka sudah ciptakan. Atau mungkin teori apa yang mereka sudah dapatkan untuk dikembangkan,” katanya.
Pemateri pertama Maria A. A. Karlina dalam pemaparannya mengurai sejumlah manfaat penggunaan madu sebagai substitusi gula merah dalam pembuatan dendeng sapi.
Menurutnya, gula merah memiliki kandungan kalori yang tinggi jika dibandingkan dengan pemanis lain seperti madu.
“Dengan demikian pengganti pemanis sebagai alternatif lain itu misalnya madu. Karena madu mengandung kalori yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan baku lain seperti gula merah. Untuk tingkat kemanisannya, walaupun tingkat kalorinya rendah tapi tingkat kemanisannya lebih tinggi dari gula merah,” ujarnya.
Meski demikian, ia tetap mengharapkan agar mahasiswa Prodi Peternakan Unika Ruteng bisa melakukan riset lebih jauh lagi untuk menggali lebih dalam tentang madu yang digunakan sebagai pemanis pengganti gula.
“Mahasiswa diharapkan melakukan penelitian lebih dalam lagi untuk menggali lebih dalam lagi terkait madu yang digunakan sebagai pemanis penggati gula. Sejauh ini (penggunaan madu sebagai substitusi gula merah dalam pembuatan dendeng sapi) belum dikembangkan karena kebetulan saya juga baru di sini. Tetapi ke depan kita coba belajar bersama untuk kembangkan,” tutupnya.
Pastor Aleksius A. Jeramat dalam pemaparan materinya mengupas tentang pertanian terintegrasi untuk ekonomi berkelanjutan yang secara khusus merefleksikan keterlibatan Gereja Keuskupan Ruteng dalam berbagai kegiatan pendampingan dan pemberdayaan selama ini.
Menurutnya, Keuskupan Ruteng sudah dan sedang melakukan pendampingan pada puluhan kelompok dampingan dalam upaya mewujudkan ekonomi berkelanjutan melalui peternakan terintegrasi. Hal itu sangat relevan mengingat mayoritas profesi masyarakat Manggarai Raya hari ini adalah petani dan peternak.
“Sampai sekarang, kelompok dampingan kita di seluruh Manggarai Raya itu ada 50 kelompok dampingan. Kalau sekarang kita omong peternakan terintegrasi, kemudian ngomong tentang ekonomi berkelanjutan, ide ini tidak muncul begitu saja tetapi muncul dari konteks,” ujarnya.
Konteks yang dimaksudkan Pastor Aleksius yakni, pada sosio-demografi berupa, jumlah umat Katolik yang mencapai 647.492 jiwa dan menjadi potensi kekuatan ekonomi, mayoritas pendapatan umat berada di bawah garis UMR, tingkat pendidikan sebagian besar umat masih rendah sehingga berdampak pada kualitas SDM, adanya kelompok rentan, serta pola peternakan dan pertanian masih bersifat tradisional dan sebagian besar umat berusia muda.
“Positifnya adalah, dari demografi kita, sebagian besar penduduk kita adalah kaum muda. Karena itu sebenarnya ide inovasi ada di sana. Ada kemauan untuk coba bergerak perubahan. Ini potensi,” tambahnya.
Selain pada konteks sosio-demografi, pada konteks sosio-ekonomis berupa tanah yang subur, curah hujan tinggi, dan suplai air yang cukup serta sumber daya yang belum dikelola dengan maksimal, persentase sebagian umat Keuskupan Ruteng di Wilayah Manggarai Raya yang masih berekonomi lemah dan hidup miskin yakni 21,63% berdasarkan data BPS NTT 2021.
Selain beberapa kondisi tersebut, hal lain juga yang mesti dilihat yakni pada data persentase stunting yang cukup tinggi yakni 8.188 anak dari total 18.000 anak berusia 0-2 tahun yang stunting atau setara dengan 45,48%.
Dalam konteks tersebut maka penting mengembangkan peternakan terintegrasi mengingat sistem ini memadukan antara peternakan dan pertanian.
“Interaksi keduanya itu bisa saling melengkapi, saling mendukung dan saling menguntungkan sehingga produktivitas meningkat. Hal ini mendorong pertumbuhan pendapatan masyarakat petani dan pertumbuhan ekonomi wilayah yang berkelanjutan,” jelasnya.
“Misalnya yang telah dilakukan selama ini seperti pengembangan pupuk organik baik cair maupun padat, pendampingan terhadap kelompok tani sekaligus juga kelompok ternak yang kini mencapai 50 kelompok, pengembangan sorgum organik, pengembangan tanaman perdagangan di kebun paroki seperti jagung, kedele, mete dan kelor, pengembangan buah-buahan di paroki, pelatihan petani kopi dan petani cengkeh, serta kegiatan lainnya,” tutupnya.
Terpisah, Dionisius Filma, salah satu narasumber perwakilan mahasiswa mengurai manfaat positif penggunaan biogas portable dari feses ternak jika dibandingkan dengan penggunaan kompor gas portable.
“Keuntungan penggunaan biogas yakni, mereduksi limbah biomassa yang mempunyai potensi pencemaran lingkungan, memacu perekonomian di daerah dengan penggunaan energi terbaru dengan harga terjangkau, penurunan biaya dalam pengisian ulang gas serta proses produksi yang ramah lingkungan,” ujar mahasiswa peraih juara 2 lomba karya ilmiah tingkat nasional tahun 2022 itu.
Sedangkan Claudia Novalia Nenggo, yang merupakan narasumber perwakilan mahasiswi menjabarkan sejumlah keunggulan penggunaan air kelapa muda pada ice cream coconut sebagai sebuah inovasi baru.
“Sumber bahan ice cream salah satu yang paling banyak itu adalah susu sapi. Untuk mendapatkan susu segar masih sangat sulit. Dengan begitu saya menawarkan bahan lain pengganti susu yakni air kelapa muda sebagai bahan dasar ice cream coconut. Kelapa muda kita selama ini belum diolah secara maksimal dengan baik. Selama ini hanya diminum begitu saja,” jelas mahasiswi peraih juara 1 lomba esai dies natalis Prodi Peternakan tingkat Unika Ruteng tahun 2023 itu.
Mahasiswi kelahiran Watunggong itu juga menjabarkan sejumlah keunggulan pengembangan ice cream coconut.
Seperti misalnya, tempat pemasaran yang strategis di Labuan Bajo karena daerah panas dan menjadi destinasi wisata, tidak menggunakan bahan pengawet atau zat kimia yang berbahaya, serta memiliki harga ekonomis.
Penulis: Igen Padur