Oleh: Tobias Gunas, S.S., M.Pd
Mahasiswa Program Paska Sarjana Program Doktor Ilmu Linguistik Universitas Udayana Denpasar, Bali
Pada perayaan Hari Guru Nasional ke-78 tahun 2023 ini, tema yang diangkat adalah “Bergerak Bersama Merdeka Belajar”. Tema ini mereflesikan peran guru yang sangat krusial di era kemajuan Ilmu Pengetahaun, Teknologi dan Sains (IPTEKS).
Peran guru harus bertransformasi dengan segala perubahan dan kemajuan global, yang ditandai dengan penggunaan media teknologi digital secara masif dan cepat.
Di sisi lain, kemajuan teknologi digital dengan sofistikasi kecerdasan artifisial (Artificial Intelligence) tidak bisa menggantikan peran guru secara drastis dan total. Dalam hal ini, guru harus bertindak sebagai “intelektual organik” yang membawa legasi pengetahuan dan peradaban sosial dan kultural.
Konsep “intelektual organik” pertama kali diperkenalkan oleh Antonio Gramsci, seorang filsuf, politikus, dan teoretikus Italia pada awal abad ke-20.
Gramsci mengembangkan konsep ini dalam karyanya yang terkenal, terutama “Prison Notebooks” (Catatan-catatan Penjara) yang ditulisnya selama dipenjarakan oleh rezim fasis Mussolini di Italia.
Secara ringkas, konsep intelektual organik merujuk pada individu atau kelompok yang mampu mengartikulasikan, mengembangkan, dan mengarahkan kesadaran kolektif dalam masyarakat.
Intelektual organik tidak hanya terbatas pada cendekiawan atau elit intelektual, melainkan juga dapat muncul dari berbagai lapisan sosial. Mereka memiliki peran dalam membentuk budaya, nilai-nilai, dan arah perubahan sosial.
Gramsci menekankan pentingnya intelektual organik dalam perubahan sosial dan politik. Mereka tidak hanya berkontribusi pada produksi pengetahuan, tetapi juga menjadi agen perubahan yang aktif dalam mengartikulasikan dan memimpin transformasi sosial.
Konsep ini menekankan bahwa intelektual organik bukan hanya orang-orang dengan pengetahuan tinggi, tetapi mereka yang memiliki kepekaan terhadap dinamika masyarakat dan dapat memainkan peran kunci dalam mengubah pola pikir dan tatanan sosial.
Guru sebagai intelektual organik menggambarkan peran yang lebih dari sekadar pendidik dalam ruang kelas. Mereka tidak hanya bertugas mentransfer pengetahuan kepada murid, tetapi juga berfungsi sebagai agen perubahan yang menginspirasi perkembangan intelektual di kalangan siswa dan masyarakat.
Pemahaman mendalam tentang isu-isu saat ini, pengembangan keterampilan, dan kemampuan untuk beradaptasi dengan perubahan adalah inti dari konsep guru sebagai intelektual organik.
Sebagai intelektual organik, seorang guru diharapkan untuk terus meningkatkan wawasan dan pemahamannya terhadap berbagai disiplin ilmu. Ini melibatkan pembaharuan terus-menerus terhadap kurikulum dan metode pengajaran, serta integrasi konsep-konsep mutakhir ke dalam proses pembelajaran.
Guru tidak hanya sebagai penerima pengetahuan, tetapi juga sebagai pembentuk pengetahuan yang aktif, memastikan bahwa mereka selalu menjadi sumber inspirasi dan informasi yang relevan bagi siswa.
Selain itu, guru sebagai intelektual organik juga harus mampu mengaitkan pengetahuan yang dimiliki dengan konteks kehidupan sehari-hari.
Mereka tidak hanya mengajar konsep-konsep teoritis, tetapi juga menjelaskan relevansinya dalam kehidupan nyata. Hal ini menciptakan koneksi yang lebih kuat antara pembelajaran di kelas dan aplikasinya dalam situasi dunia nyata.
Guru yang mampu menghubungkan teori dengan praktik membantu siswa mengembangkan pemahaman yang lebih mendalam dan aplikatif. Keterlibatan guru sebagai intelektual organik tidak hanya terbatas pada ruang kelas.
Mereka diharapkan menjadi agen perubahan di masyarakat, aktif dalam mendiskusikan dan mengatasi tantangan intelektual dan sosial yang dihadapi oleh masyarakat. Guru dapat menjadi pemimpin pendapat yang menggagas ide-ide inovatif dan berkontribusi pada pemecahan masalah di tingkat sosial.
Sebagai intelektual organik, guru juga memiliki peran penting dalam mengembangkan keterampilan kritis dan analitis siswa.
Mereka tidak hanya mengajarkan fakta dan informasi, tetapi juga membimbing siswa dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis untuk menilai, menganalisis, dan mensintesis informasi.
Inilah yang memberikan nilai tambah pada pendidikan, karena menciptakan individu yang tidak hanya memiliki pengetahuan, tetapi juga keterampilan yang diperlukan untuk berhasil dalam berbagai aspek kehidupan.
Dalam era globalisasi dan kemajuan teknologi, menjadi intelektual organik bukan hanya kebutuhan tetapi juga tantangan.
Guru harus memiliki semangat pembelajaran sepanjang hayat, terbuka terhadap perkembangan baru, dan siap mengadaptasi metode pengajaran mereka.
Dengan demikian, guru sebagai intelektual organik adalah pilar utama dalam membangun masyarakat yang berpendidikan, inovatif, dan mampu menghadapi dinamika perubahan zaman.