Kupang, Vox NTT- Sekira awal tahun lalu di sebuah rumah makan di depan Kantor Pengadilan Negeri Kupang, beberapa wartawan sedang asyik seruput kopi.
Satu rombongan pengacara muda baru saja usai selesai sidang dan menuju warung makan yang sama.
“Kalian coba tulis dulu. Kali ini harus ada anak muda yang berani maju calon wali kota Kupang, masa sudah mau 20 tahun orang yang sama terus,” suara itu terdengar dari rombongan pengacara.
Tiga jam kemudian, VoxNtt.com dikirimi ulasan menarik dari sebuah kelompok diskusi di Kupang. Namanya, Dialektika.
Setali tiga uang, pada ulasan yang sama komunitas itu berargumentasi soal yang sama; membuat poros baru dalam diskusi soal panggung politik di Kota Kupang.
Mereka membuat gerbong lain yakni menghadirkan anak muda untuk mengisi politik elektoral di Kota Kupang.
Dasar argumentasi mereka sama, kecemasan akan dominasi politisi tua dalam dua dekade terakhir di Kota Kupang.
Pada catatan mereka, munculnya gerbong baru yang bisa mewakili segmen anak muda adalah sesuatu yang harus dipraktikan. Tidak bisa ditunda lagi.
Nama Bhildad M. Tonak, satu-satunya nama yang sejak awal mereka rekomendasikan. Sebab, pengacara yang baru berusia 35 tahun itu disebut memiliki ‘nilai jual’ yang pas untuk ikut melebur dalam perhelatan politik di Pilwalkot Kupang.
Alhasil, sejak bulan Maret setelah Pileg digelar, nama Bhildad terus melejit. Anak-anak muda yang merasa punya kesamaan visi mulai berdatangan dan ikut satu barisan.
Pada beberapa kali ikut nimbrung diskusi bersama Bhildad, VoxNtt.com mencatat beberapa hal dari anak muda asli Timor yang lahir dan menghabiskan masa kecil di Fatule,u ini.
Pertama, bermental petarung. Meski berpostur tubuh kecil, mental Bhildad bukan main. Berani mengambil jalan untuk bertarung di Pilkada Kota Kupang itu bukan sesuatu yang muda. Sebab, secara kultur Kota Kupang sangat beragam. Selain itu, modal sosial dalam politik itu pula bukan perkara ecek-ecek.
Kedua, Cerdas. Sebagai anak muda yang sebelumnya tidak pernah berafiliasi dalam urusan politik. Langkah catur politik Bhildad cukup cerdas. Dia sudah mendaftar dan melakukan loby ke sejumlah partai politik di Kota Kupang.
Bahkan, dia juga bersama beberapa anak muda rajin sowan ke para politisi senior. Hal itu bukan hanya untuk meminta dukungan tapi juga nersikahturahmi dan tukar gagasan.
Kecerdasan berikutnya adalah soal urusan gagasan.
Suatu ketika dalam diskusi dengan pengurus Muhammadiyah NTT, Bhildad bicara soal urusan sampah di Kota Kupang.
Urusan ini paling penting, sebab, meski rezim berganti, sampah menjadi pekerjaan rumah yang paling serius di kota ini.
“Saya menawarkan bagaimana jika sampah yang secara total sebanyak 233 ton sehari dibagikan kepada sebanyak 51 Kelurahan. Itu berarti setiap kelurahan menghasilkan 4,5 ton dalam sehari,” kata dia, pada pertengahan Maret lalu.
Setiap kelurahan menurut Bhildad, harus memiliki tempat penampungan sementara sampah.
Kemudian, seluruh pemulung yang ada di Kota Kupang didata lalu dibagikan ke setiap tempat pembuangan sementara itu.
“Tugas mereka adalah memilah sampah plastik dan non plastik. Mereka akan diperhatikan khusus oleh pemerintah, bila perlu didaftarkan BPJS, dan lain-lain. Selain itu juga disiapkan honor,” katanya.
Sampah yang memiliki peluang untuk didaur ulang untuk dijadikan sebagai sumber uang lalu dipisahkan.
“Saat itu pemerintah perlu untuk mencari solusi atau cara untuk menghadirkan tempat pengelolaan sampah. Setiap kelurahan harus disediakan mobil sampah masing-masing untuk selanjutnya sampah yang tidak bisa diolah dibuang ke TPA Alak,” jelasnya.
Hal sederhana dan bernas itu disampaikan Bhildad dalam diksi yang sederhana.
Menurutnya, gagasan itu bisa bermanfaat untuk dua hal sekaligus; mengurus sampah dan memperhatikan para pemulung yang jumlahnya semakim bertambah.
Ketiga, ringan tangan. Nama Bhildad Tonak semakin melejit kala kantor firma hukumnya memberikan bantuan secara gratis kepada El Asamau saat melayangkan gugatan ke MK tentang hasil pemilihan Anggota DPD RI Provinsi NTT.
Memberikan bantuan secara gratis, bukan baru kali pertama. Beberapa orang didekatnya, sering bercerita soal bantuan hukum secara gratis itu.
Optimisme
Semangat Bhildad Tonak mesti dibaca oleh kalangan muda sebagai bentuk pembelajaran juga cara merintis karir.
Pada pekan kemarin, ketika mendaftarkan diri di DPC Partai Gerindra Kota Kupang.
Bhildad bicara soal langkah politiknya. Baginya keberanian untuk muncul di publik harus menjadi motivasi bagi anak muda lain.
“Saya bukan pewaris tapi perintis. Ini juga pembelajaran bagi anak muda lain seperti saya. Anak muda dari kampung yang bermimpi untuk jadi pemimpin di kota ini. Kita punya hak yang sama,” kata dia saat dipampingi Sekretaris DPC Gerindra Kota Kupang, Isodorus Lilijawa.
Meskipun namanya kian melejit, Bhildad tidak memasang optimisme berlebihan. Bagi dia semua jalan sudah di atur oleh Tuhan.
“Mau saya jadi atau tidak teyap saya bersyukur. Semua Tuhan sudah atur. Intinya saya berusaha sungguh untuk Kota Kupang ini,” katanya.
Penulis: Ronis Natom