Bajawa, Vox NTT- Pemberlakuan UU Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah pengganti UU Nomor 32 Tahun 2004 salah satunya mengamanatkan manajemen pengelolaan SMA dan SMK berada di tangan pemerintah provinsi.
Karena itu, pelaksanaan Ujian Nasional (UN) tahun 2017 ini di Kabupaten Ngada tidak ada lagi alokasi anggaran. Itu terutama dari APBD II Ngada.
Padahal, tahun-tahun sebelumnya ketika ditangani Kabupaten Ngada untuk UN tingkat SMA dan SMK, APBD II mengalokasikan anggaran sebesar Rp 50 juta.
Kepala SMA Negeri I Bajawa, Frederikus Sila mengaku, pihak pemerintah provinsi NTT tidak memberi satu sen pun bantuan dalam pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) di sekolahnya tahun 2017 ini.
“Sama sekali tidak ada bantuan.Untuk persiapan UNBK ini kita lakukan lewat kerja keras Musyawarah Kerja Kepala Sekolah atau MKKS. Kita juga gunakan Dana Bos tetapi juga terbatas,” kata Frederikus di sela-sela pelaksanaan UNBK, Selasa (4/4/2017).
Senada dengan Frederikus, Kepala Dinas Pendidikan Ngada Vinsensius Milo mengatakan, tak hanya soal anggaran, pihak Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT juga tidak melakukan pemantauan saat UN kali ini.
Dia mengatakan, pantauan UN SMA dan SMK di Ngada tahun 2017 hanya dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan (LPMP). Meraka datang memantau setelah berkordinasi dengan Dinas Pendidikan Ngada.
Wakil Bupati (Wabup) Ngada, Paulus Soliwoa mengatakan ketika kewenangan ditarik ke provinsi, maka aggaran dari APBD II ke SMK dan SMA dihentikan. Sebab jika dialokasikan maka akan ada temuan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK).
Wabup Soliwoa Pantau UN di SMAN I Bajawa
Kendati SMA dan SMK diambil alih kewenangan oleh pemerintah provinsi NTT, namun Wabup Soliwoa tetap memantau pelaksanaan UN kali ini. Hal tersebut merupakan tanggung jawab moral Pemkab, sebab para siswa tersebut merupakan putra-putri Ngada.
Pentauan pertama Wabup Soliwoa dilakukan di SMAN 1 Bajawa pada Selasa. Sekolah ini menggelar UNBK, bukan manual.
Dalam kesempatan tersebut, ia mengatakan dengan UNBK tidak mungkin ada peluang kerjasama, sebab setiap siswa mendapatkan soal yang berbeda di masing-masing komputer.
Ia berharap di tahun-tahun berikutnya, SMA dan SMK di Ngada secara bertahap semua bisa menggelar UNBK.
Untuk diketahui, peserta UNBK tahun 2017 di SMAN I Bajawa terdapat 267 peserta. Jurusan IPA sebanyak 73 orang, Bahasa 49 anak, dan IPS sebanyak 175 orang.
Dalam ujian, para peserta ujian ini dibagi dalam 3 ruangan dengan masing-masing berjumlah 30 orang setiap ruangan.
Selama 4 hari UNBK terpaksa pihak sekolah menyewa generator berdaya besar. Itu dibayar dengan harga sebesar Rp 1 juta sehari. Ini untuk mengantisipasi adanya permasalahan listrik saat ujian berlangsung. (Arkadius Togo/VoN)