Borong, Vox NTT- Deker di jalur Deno-Lawir, tepatnya di Wae Lecok desa Golo Lero Kabupaten Manggarai Timur (Matim) sudah jebol.
Padahal, proyek jalan yang diduga milik salah satu anggota DPRD Matim berinisial AJ tersebut baru dikerjakan tahun 2016 lalu.
Selain kualitas pekerjaan buruk, pembangunan deker di Wae Lecok juga dinilai telah mengorbankan petani di daerah itu.
Pasalnya, pembangunan deker dengan lebar sekira 1,5 meter itu menutup saluran air menuju persawahan warga.
Akibatnya, puluhan hektare milik belasan petani di desa Golo Lero mengalami kekeringan dan gagal panen pada tahun 2016 lalu dan terancam gagal tanam di tahun 2017 ini.
Yosep Santu, petani asal desa Golo Lero kepada VoxNtt.com, Selasa (19/9/2017) lalu mengatakan sejak proyek deker itu dikerjakan, sawah mereka tidak dialiri air.
“Kami ini korban dari deker ini. Lihat saja kami punya sawah sudah kering kerontang. Yang di atas ini masih dialiri air, sehingga mereka punya sudah hampir panen,” ujar Yosep saat berbincang-bincang di Wae Lecok.
Hal senada disampikan, Petrus Weong petani asal Desa Wejang Mawe.
Petrus mengaku kecewa dengan pembangunan deker yang dibuat pemerintah itu.
Bahkan, dia menilai pemerintah tidak memikirkan dampak yang terjadi bagi masyarakat sekitar dalam pembangunan deker tersebut.
“Sumber hidup kami sebagai petani ini dari sawah. Karena sawah sudah kering, kami mau makan apa. Sudah sengsara tambah sengsara lagi,” katanya.
Kedua petani itu pun berharap kepada Pemerintah Kabupaten Matim agar memperhatikan nasib mereka, terutama saluran irigasi menuju persawahan.
Saat saluran irigasi ditutup, para petani memang kembali bergotong-royong membuka saluran irigasi baru.
Namun, usaha mereka kala itu tidak sempat menyelamat padi yang sementara tumbuh.
“Kami sudah sampaikan kepada pejabat Matim yang lewat di sini untuk buat saluran irigasi. Mereka bilang, tunggu saja. Harapannya, itu tidak sebatas janji. Mesti ada realisasi nantinya. Kami tunggu itu,” kata kedua petani dengan serempak. (Nansianus Taris/AA/VoN)