Waingapu, VoxNtt.com- Festival Wai Humba V yang sudah digelar di Kampung Lai Wotung Desa Kadahang, Kecamatan Haharu, Kabupaten Humba Timur pada 26-29 oktober 2016 lalu ternyata memiliki makna historis dan budaya yang sangat mendalam.
Sudah lima tahun terakhir ini Wai Humba disepakati sebagai gerakan inspirasi penyatu keempat kabupaten di Pulau Sumba, yakni Sumba Timur, Sumba Tengah, Sumba Barat dan Sumba Barat Daya.
Wai atau wee berarti air, sedangkan Humba adalah Sumba. Wai Humba terinspirasi dari nama-nama tempat di seluruh Sumba yang berawal dengan Wai atau Wee, misalnya Waingapu, Waikabubak, Waibakul, Weetabula.
Pengakuan adanya persamaan entitas sebagai TAU HUMBA (orang Sumba) mendorong terbentuknya sebuah komunitas yang dinamakan “Komunitas Wai Humba”.
Melalui komunitas ini, masyarakat dari empat kabupaten dapat melakukan pertukaran informasi seputar potensi dan masalah yang dihadapi di wilayah masing-masing.
Adapun orang Humba (Sumba) memiliki kepercayaan asli Marapu, mereka melakukan kegiatan ritual-ritual adat, seperti; Kalarat Wai (diambil dari bahasa Humba Kambera).
Kalarat Wai merupakan aktivitas religius aliran kepercayaan Marapu dengan melakukan persembahan di sumber mata air, bahkan hingga saat ini masih terus dijalankan oleh masyarakat penganut Marapu di Pulau Sumba.
Selain merupakan ibadah ucapan syukur, kegiatan ini juga sekaligus sebagai ibadah permohonan kepada sang pencipta agar senantiasa melimpahkan karunia air buat orang Humba.
Sampai saat ini, masyarakat di kawasan tempat persembayangan masih mengkramatkan/melarang aktivitas pengrusakan di tempat mata air.
Air dipercaya bersumber dari keberadaan hutan yang terbentang luas membungkus gunung-gunung di Sumba.
Oleh karenanya, keempat kabupaten yang menyatu dalam satu wadah yang bernama wai humba, memiliki misi yang sama, yakni melindungi gunung-gunung di Humba sebagai penyuplai air bagi makhluk hidup di dalamnya. (Umbu Wulang/Andre/VoN)