Ruteng, VoxNtt.com– Johnny G. Plate, anggota DPR RI menyatakan umur ekonomis Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) belum terbukti bertahan lama. Umurnya bakal lebih pendek ketimbang listrik bersumber dari geothermal.
Hal tersebut disampaikan Johnny saat dimintai komentar oleh sejumlah awak media di Ruteng, Jumat (4/11/2016) terkait rencana pembangunan PLTS berkapasitas 10 Megawatt (MW) di Reo, Kecamatan Reok-Manggarai.
Pembangunan PLTS tersebut rencananya akan dibuat oleh PT Nusa Mitra Teknik (Samitek) bekerja sama dengan PT Manggarai Multi Investasi sebagai perusahan daerah dengan sistem Power Purchase Agreement (PPA) kepada PLN.
“Sebagai energi baru, umur ekonomisnya pun belum terbukti bisa bertahan lama,” ungkap anggota DPR RI dari Partai NasDem itu saat mengunjungi SMAK St Thomas Aquinas-Ruteng, Jumat siang.
Menurutnya, pembangunan PLTS memiliki tantangan tersendiri. Salah satunya yaitu tingkat ketergantungan sumber listrik dengan matahari sangat tinggi.
Umur PLTS, banding anggota DPR RI dari Dapil I NTT ini, sangat pendek ketimbang listrik yang bersumber dari geothermal.
Dalam kesempatan tersebut Johnny mencontohkan, di Negara Italia listrik yang bersumber dari geothermal hingga kini berumur lebih dari 100 tahun. Di New Zealand sudah memasuki 60 tahun.
Dikatakan, dalam rentang waktu yang cukup lama ini, geothermal sudah terbukti masih berkualitas. Selain itu, listrik yang bersumber dari panas bumi tersebut sudah terbukti menjadi energi terbarukan yang ramah lingkungan.
“Itulah sebabnya pemerintah pusat melalui kementrian ESDM bersama DPR asal Flores mencanangkan Flores sebagai geothermal island atau pulau panas bumi,” kata Johnny.
Kendati demikian, ia tetap mengapresiasi Bupati Manggarai Deno Kamelus karena sudah menjalin kerja sama dengan PT Samitek untuk membangun PLTS 10 MW di Reo. Deno juga, kata dia, sudah berupaya mendatangi PLN pusat untuk membahas kondisi kelistrikan di Manggarai saat yang kian puruk.
Sebenarnya, demikian Johnny, untuk mendongkrak rasio elektrifikasi di Manggarai masih memiliki potensi geothermal Ulumbu. Potensi panas bumi yang berada di Desa Wewo, Kecamatan Satarmese-Manggarai itu sejauh ini berpotensi 90 MW. Saat ini baru terpakai 10 MW sebagai pemasok listrik di PLN Rayon Ruteng.
“Kalau itu jadi, elektrifikasi di Manggarai dengan segera ditingkatkan. Tetapi kalau itu tidak dilakukan maka akan lama sekali peningkatan rasio elektrifikasi di Manggarai ini,” katanya.
Hingga saat ini Johnny masih berusaha keras agar NTT mendapat perhatian PT PLN Tbk. Termasuk dalam pembahasan APBN 2017, ia meminta Dirut PT PLN Tbk Sofian Baasir untuk menambah kapasitas terpasang listrik di NTT.
Dia mengakui Sofian berjanji sudah menyiapkan 2×25 MW mobile power plant (MPP). Ini nanti khusus untuk daerah yang tidak memiliki potensi geothermal seperti Sumba dan Timor.
Sedangkan untuk Flores, kata Johnny, ia meminta PLN dan pemerintah pusat agar segera memanfaatkan potensi geothermal yang ada. “Tetapi kita berharap pro aktif pemerintah daerah lebih tinggi melalui asistensi-asistensi. Kita sekarang harus bersama-sama memberikan asistensi dan intensif yang memadai agar investor mau membangun itu,” pungkasnya.
Sementara itu, Majuna Napitupulu, Konsultan pembangunan PLTS Reo kepada sejumlah awak media, Rabu (2/11/2016) lalu mengatakan, di wilayah Kecamatan Reok dan sekitarnya sangat cocok untuk pengembangan listrik bersumber dari panas matahari tersebut.
Dia mengaku, umur PLTS bisa sampai 20 tahun dan bahkan lebih, sebab sumber matahari di Reo berkekuatan 5,53 Kwh. Di wilayah lain di Indonesia, kata dia, membutuhkan 5,5 jam per hari untuk menyerap energi matahari. Sedangkan, di Reo semakin cepat yaitu hanya membutuhkan waktu 3,5 jam per hari. (AA/VoN)