Sikka, VoxNtt.com- Untuk mengatasi ancaman abrasi, masyarakat adat Nangahale menanami kembali areal mangrove yang diduga dirusakkan pada awal Juni 2016 oleh bekas pemegang hak atas tanah HGU Patiahu-Nangahale.
“Kami sekitar 30 orang menanam bakau di pesisir pantai tepatnya di muara kali Wairhek pada Jumad, 18 November kemarin,” ujar tokoh perempuan, Yustina Yusmiati kepada Vox NTT saat ditemui di Maumere pada Senin, (21/11).
Yustina menambahkan tujuan penanaman ini untuk memperbaiki pohon-pohon yang sudah dirusak dan sekaligus menjaga nuba tempat ritual kami di tepi muara tersebut.
Masyarakat adat sebelumnya juga melalukan penanaman pertama dilakukan pada (7/11) lalu.
Ditanya perihal dari mana mereka mendapatkan anakan, Yustina menjelaskan mereka mengumpulkan anakan bakau dari kawasan sekitar.
Lokasi mangrove yang dimaksud terletak tak jauh dari tambak garam milik pemegang hak.
Pantauan Vox NTT di lokasi dimaksud tepat di samping barat muara yang sebelumnya merupakan areal mangrove, telah berubah menjadi kolam-kolam sedalam 1,5 meter.
Pengurus LPMA Pematuli, Rikus menduga kolam-kolam tersebut hendak digunakan untuk membudidayakan ikan air tawar.
“Pengrusakan mangrove tersebut sudah dilaporkan ke pihak BLHD Sikka dan Kehutanan. Namun, sampai saat ini belum ada tanggapan,” ujarnya.
Pihak BLHD dan Kehutanan sempat turun ke lokasi namun setelah mereka kembali tidak ada tindak lanjut apa pun atas laporan masyarakat tersebut. (Are/VoN)