Oleh: Effendy Marut OFM*
Aku, Hamba dalam Harapan
Aku senantiasa setia menjadi pelayan-Mu
Yang selalu tahu kapan mesti menunduk
Yang selalu kenal di mana Kau berdiam
Yang mau taat menyelami misteri-Mu
Aku hamba dina, yang Kau inginkan selalu
Semua yang indah, bukan untuk ‘ku puja
Sebab hidup hanyalah sebentar
Tapi harapan yang hidupnya kekal
Seperti halnya Kau, di rumah-Mu kekal
Aku hamba hina, yang masih Kau jaga
Semua yang ada, tak patut ‘ku sembah
Sebab aku hanya punya dosa
Segala milikku tak seberapa jika tanpa Kau
Sebab aku kaya, pabila menjadi yang setia berharap
Aku hamba lemah, yang senantiasa Kau buat tegar
Aku tentu akan selalu bernadar
“Tuanku, seandainya Engkau rela, biarkan aku terus seperti yang Kau mau”
Dan itu pun jika aku masih setia berharap
Sebab aku tetaplah hamba
Yang akan selalu kuat jika mengharap pada-Mu, selalu
Dan aku memang hamba
Yang akan tetap dina, hina dan lemah
Sebaiknya Kita Satu
Jika aku bumi dan Kau surga
Siapa hendak menyatukan?
Jika Kau surga dan aku bumi
Apa yang memisahkan?
Seandainya aku dan Kau satu
Bumi dan langit menyatu
Kita senantiasa kuat
Mungkinkah?
Aku menari di surga-Mu
Sekadar menjadi tawa bagi pilu-Mu
Kau melawat di bumiku
Untuk menjadi malaikat penghiburku
Aku tahu Kaulah Mahaluas itu
Menampung cela dan salahku
Di langit-Mu aku menari kegirangan
Dalam harap dan damba kedamaian
anganku Kau jadi bumiku
Dan aku..
Dalam harap menuju langit-Mu
Bisa terbang melepas dosaku
Effendy Marut OFM
Biarawan Fransiskan, Mahasiswa Semester VII Sekolah Tinggi Filsafat Driyarkara, Jakarta
Asal Manggarai-Flores NTT
(Email: efendymarut@gmail.com)