Ruteng,VoxNtt.com-Ritus “Teing Hang” merupakan bentuk syukur dan doa kepada Tuhan melalui perantaraan leluhur dalam masyarakat adat Manggarai.
Ritual ini biasa dilakukan menjelang tahun baru sebagai wujud syukur atas tahun yang lama dan mohon berkat atau rejeki di tahun yang baru.
Ritus ” Teing Hang” berasal kata ‘’Teing’’ yang artinya memberi dan “Hang” artinya makan, bisa juga diartikan sebagai sesajian untuk leluhur. Secara harafiah teing hang adalah memberikan sesajian kepada nenek moyang sebagai bentuk syukur dan doa.
Ritual untuk nenek moyang yang telah meninggal ini biasa diadakan setiap kali akhir tahun seperti di Kampung Tenda, Kecamatan Langke Rembong, Kabupaten Manggarai.
Biasanya dilakukan oleh masing-masing kepala Keluarga dengan mengundang tokoh adat sebagai pemandu “torok“.
Torok adalah ungkapan adat dengan menggunakan bahasa kiasan untuk arwah nenek moyang sebagai perantara doa kepada Tuhan.
Ritus tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang tanpa ada orang yang jago torok. Dengan kata lain si pelantun torok adalah jubir yang sudah dipercayakan oleh warga kampung sebagai pemandu dalam ritus ini.
Torok sebagai pemandu harus mengetahui dan bisa mengungkapkan bahasa “torok tae” (bahasa kiasan) kepada arwah nenek moyang.
” Ritus teing hang pada akhir tahun baru merupakan bentuk syukuran yang diutarakan kepada arwah nenek moyang yang telah meninggal dunia pada tahun yang lama dan memohon berkah di tahun baru ” kata Domi Datut seorang Torok (Pemandu) yang dipercayakan Masyarkat Kampung Tenda setelah melakukan ritus ini di salah satu rumah warga kampung Tenda, Jumat (30/12) Malam.
Dia menjelaskan tahap dalam acara Teing Hang akhir tahun yaitu “Paneng Cepa” (memberikan kapur sirih, sirih, pinang), “teing tuak” (Memberikan Moke), “Kebut Wulu Manuk Lalong Bakok” (Mencabut bulu
ayam jantan putih ), ” Mbele Manuk Bakok” ( sembelih Ayam Jantan putih), ” Toto Urat” ( melihat urat usus Ayam jantan yang sudah disembelih dan dibakar), hingga di puncak “teing hang ise empo agu ame” (Memberi makanan kepada nenek moyang dimana sesajian tersebut disimpan persis di tiang utama rumah), dan “hang cama” (makan bersama keluarga di dalam rumah).
Paneng cepa sebagai bentuk penghargaan awal menyambut kedatangan Nenek Moyang. Dalam tradisi masyarakat Tenda dan Manggarai umumnya, kapur sirih, daun sirih dan pinang adalah makanan penyambut dikala tamu pertama kali hadir di rumah.
“Tahap pertama kita paneng cepa dengan menggunakan bahasa torok tae mempunyai maksud kita menyapa mereka dengan sopan santun dalam mengundang arwah nenek moyang hadir bersama kita dalam ritus ini” kata Domi
Lanjutnya, tahap teing tua yakni memberikan moke kepada arwah untuk menambah rasa persatuan antara nenek moyang dengan keluarga di dalam rumah
” Kita akan lebih akrab lagi ketika kita memberikan tuak dengan menggunakan bahasa roh atau torok ” ujarnya
Kebut Wulu Manuk Lalong bermakna agar bersih dan suci dengan memiliki hati, pikiran, perkataan dan tindakan yang bersih pada tahun yang baru.
“Pada tahap ini kita meminta supaya hati dan pikiran diterangi pada tahun baru melalui perkataan dan tindakan sesuai dengan putih bersih ayam jantan tersebut” katanya
Seterusnya ayam jantan dibunuh dan darahnya dibiarkan tetes di atas mangkuk putih agar pemandu bisa melihat darah tersebut.
“Kita biarkan darah di atas mangkuk artinya supaya bencana tidak menimpa keluarga yang dapat melalui tetesan darah yang ada di mangkuk “ucapnya
Tahap berikut ayam dibakar setelah itu dilanjutkan dengan “toto urat manuk” yakni melihat bagian urat usus ayam jantan untuk melihat apakah keluarga akan memiliki banyak rejeki di tahun yang baru.
Si pemandu atau torok tadi dengan kemampuannya bisa menerjemahkan susunan urat ayam itu, apakah mendatangkan berkat atau bencana.
Tahap berikutnya, ayam jantan tadi dibakar sehingga sebagian dagingnya disajikan bersama nasi dan air minum kepada nenek moyang yang disimpan persis di lantai tempat dibangunya tiang utama dalam rumah
“Selanjutnya kita berikan sesajian ini kepada nenek moyang sebagai rasa syukur dan mohon berkat di tahun yang baru” ujar Domi.
Tahap berikutnya keluarga dan undangan yang hadir kemudian makan bersama sambil bersenang-senang dalam rumah menyambut tahun baru.
Untuk sekedar diketahui, Ritus ini diadakan jelang akhir tahun tergantung keluarga yang menentukan hari dan tanggalnya tetapi biasanya warga adakan ini pada satu atau dua hari sebelum 1 januari. (Rony Dale/VoN)