Maumere, VoxNtt.Com- Orang tua murid Sekolah Dasar Negeri (SDN) Watylagar, Desa Watumerak, Kecamatan Doreng, Sikka bingung mengenai tempat belajar para anak-anak mereka usai robohnya bangunan sekolah pada Kamis, (22/12/2016) malam hari.
“Haruskah anak-anak kami belajar di bawah pohon atau di dalam tenda darurat?”, ujar Romanus Raja.
Oleh karenanya, dirinya meminta Dinas Pendidikan, Pemuda dan Olahraga Kabupaten Sikka agar segera memberikan perhatian.
“Kami minta pemerintah terutama Dinas PPO bisa segera memperhatikan kondisi ini karena kalau dibiarkan saja maka bisa-bisa saat liburan masuk KBM bisa saja diadakan di bawah pohon atau di dalam tenda,” ujarnya kepada VoxNtt.Com pada Senin, (2/1/2016).
Dirinya mengaku perhatian pemerintah penting mengingat penyelenggaraan pendidikan merupakan tanggungjawab pemerintah.
Dikatakannya, sejak Sabtu, (31/12/2016) lalu, para orang tua murid bersama guru dan pemerintah desa setempat berusaha membangun kembali bangunan yang sudah roboh.
Meskipun demikian, mereka mengalami kesulitan karena sebagian besar bahan-bahan bangunan yakni bambu, pelupu, balok serta seng rusak parah.
Sesungguhnya, di samping bangunan yang rubuh tersebut, sedang dibangunan baru. Proyek pembangunan 4 ruangan SDN Watulagar TA 2016 tersebut dilaksanakan oleh CV.Laksana dengan masa kerja 120 hari dan seharusnya selesai pada 7 Desember 2016 lalu.
Meskipun demikian, sampai saat ini belum selesai dikerjakan.
“Dinas PPO sebaiknya mendesak kontraktor agar segera menyelesaikan pembangunan sehingga bisa segera digunakan,” ujar Romanus yang juga merupakan Kepala Dusun Watulagar, Desa Watumerak ini.
Menurut rencana, para siswa akan masuk sekolah pada tanggal (9/1/2016).
Oleh karena itu, untuk mengamankan para siswa maka mereka akan membuat satu bangunan darurat untuk memanfaatkan bahan yang masih bisa dipakai.
“Kami akan coba bangun satu ruangan darurat yang bisa menampung para siswa sehingga proses belajar bisa tetap berjalan,” ujar Plh. Kepala SDN Watulagar, Marieta Ivonie Balik.
Tidak ada korban jiwa dalam bencana tersebut karena terjadi di malam hari dan para siswa sedang menjalani liburan semester. Meskipun demikian, sejumlah bangku, meja, papan tulis, lemari dan buku-buku dilaporkan rusak dan tak bisa digunakan lagi.
Saat ini sekolah yang resmi berdiri pada Juni 2014 tersebut terdiri atas 4 kelas dengan total jumlah siswa sebanyak 63. Proses belajar para siswa difasilitasi oleh 5 orang tenaga guru dan 1 orang operator.
Dari kelima tenaga guru tersebut hanya satu orang yang merupakan guru PNS semetara yang lainnya masih merupakan guru honor.
Sampai saat berita ini diturunkan, pihak sekolah mengaku belum mendapat kunjungan dari Dinas PPO terkait bangunan sekolah yang roboh. Pihak sekolah mengaku belum membuat laporan khusus ke dinas karena masa libur. (Are/VoN)
Foto Feature: Para orang tua murid sedang membongkar bangunan yang rubuh ditiup angin pada Sabtu, 31/12/2016