Rindu adalah Sabda Yang Hidup
Bibir tipismu bergetir perih kala kau berkeluh lesu.
Dengan Lirih suaramu berujar. Begitu samar
“Kandaku tersayang, manakala kerinduanku menggunung
Ke-esa-anku pupus tersulut
Menahan rasa dan melawan tuntutan hati ini
Suaramu adalah harapan dan kekuatan terakhirku
mengusir rindu di kalbu ini
yang berkecamuk siang dan malamku…”
Dengan mata nanar dan sembab, aku berkata sendu:
“Ahk Kekasih-ku yang sedang didera risau rindu…
Rindu, adalah sebuah sabda yang hidup.
Pembasmi maha ampuh bagi hubungan yang diserang hama jarak.
Rindu itu bukan ilusi,
Bukan pula imaginasi semata
Bukan pula ciptaan hati belaka yang merana
atau ciptaan perasaan galau semata—
atas kehilangan sang tercinta atau sang pencinta
Sehingga sang kau terpuruk disudut kesendirian
Menepi, menyendiri dengan sepi.
Ahk Kekasihku…rindu adalah daya
Yang mempersatukan Sang Aku dengan dirimu
Yang walau tak terjangkau oleh panca inderawimu
Ataupun dirasa oleh firasatmu
Pun terpikirkan oleh pikiranmu
Sang Aku masih mampu memelukmu dari kejauhan
Dari istana Aku bertahta dimana hati dan pikiranmu tak dapat menjamahnya.
Sungguh, rindu membuat kau tetap terpatri padaKu
Menawanmu pada jeruji jeruji lubuk cintaKu yang bersarang di sanubari hatimu.
Terselimuti Dingin
Kota Dingin Ruteng (Kodirut) 2015
Sonet Seorang Perindu
“Ketahuilah dindaku, bila rindu itu datang menyapa jiwa yang bertahta di kalbuku
Akan aku tuangkan dalam sekumpulan huruf-huruf tersusun
Dan rangkaian aksara-aksara tertata
Kata demi kata tertata terhantar di atas panggung sastra
Membentuk syiar-syair puitis penuh pesan rindu nan romantis
Ahk dindaku tercinta.., walau kurang sepadam dengan rasa yang ada
Namun aku percaya bahwasanya terwarta sebuah rasa nyata dalam aksara sarat bermakna
Menyingkap realitas jiwa yang bimbang dan merana….
Dinda sang matahatiku, mahadewiku, permaisuri jiwaku…
kumpululan huruf-huruf tersusun
Dan serangkaian aksara-aksara tertata
menjadi syair-syair rindu nan romantis
mengiramakan suasana gundah gulana hatiku
dalam kidung rindu membiru—
adalah jiwa dan Sang Aku Yang Lainnya
Yang berkuasa menghembus, mengendap mengikuti irama alam
menyusup merasuki malam , menghunus lembut
mencari dan mengapai dirimu
yang tengah berirama lembut dalam risau sendumu
menghantar warta dan gita cinta suci
tentang suasana hati dan jiwaku ke kamar hatimu
ahk dindaku…, setibanya risau sendu itu di hatimu
rangkul dan peluklah…
ikatlah dengan cintamu
tariklah dengan desahan dan risau sendumu
biarkan Sang Aku Yang Lain itu berdiam di istana hatimu….
Salam terbalut rindu
Bilik Rindu
Jakarta 2016
Aku Akan Pulang
Terkasih tercintaku,
Aku akan pulang
Aku pasti akan pulang
Pulang ke pangkuanmu.
Semoga kabar ini menjadi gita gembiramu
Untuk melepas resah dan cemas yang kau sematkan pada gerbang senja
Dan menyambut harap dan cahaya asa pada fajar yang datang di tepian timur kotamu.
Seusai gelap merangkak pergi bersama kabung dan ratapan seorang dara
Mengais kasih baru pada mentari
Nantikan aku di pergantian hari kala musim kering menepi
saat langit lalai menangis
dan rinai-rinai hujan urung turun
pun padi di sawah mulai menguning
Dan orang mulai berlibur…
Tungu aku ditepian samuderamu
Untuk seseorang yg jauh di sana
Bilik Harap
Jakarta 2016
Rickardo adalah penulis novel Surat Untuk Adriane. Rickardo lahir di Racang, Welak Mabar. Pria bernama pena Rickardo Sambulawa adalah penulis Surat Untuk Adriane. Ia aktif di Dapur Theater Sastrawan Indonesia. Rickardo dapat dihubungi via Email djegadut.richard@gmail.com