Labuan Bajo,VoxNtt.com- Sabtu, 21 Januari 2017 lalu, kabar buruk menimpa 30 Kepala Keluarga (KK) di Kampung Air, Labuan Bajo.
Usai magrib sekitar pukul 07.15 Wita,12 rumah yang berlokasi di RT/RW 18/06, Kelurahan Labuan Bajo, Kecamatan Komodo itu hangus dilahap si jago merah.
Api berhasil dipadamkan berkat bantuan semua pihak. Tidak ada korban nyawa dari kebakaran tersebut, namun barang-barang yang tidak sempat dibawa hangus terbakar api.
“Usai kebakaran, pihak Keamanan dari pos angkatan laut Labuan Bajo dengan dibantu oleh aparat kepolisian dari Polres Mabar dan warga sekitar membantu mendirikan 4 tenda untuk menampung 30 KK korban kebakaran,” tutur Maming, salah satu korban kebakaran kepada VoxNtt.com, Rabu (25/1/2017).
Dia menuturkan selama berada di tenda penampungan ada berbagai permasalahan yang butuh kesabaran seperti saat hujan tiba.
Saat hujan, korban terpaksa harus pindah ke tenda lain yang lebih aman dari genangan air hujan.
“Kadang hujan masuk sampai dalam tenda, sehingga kita terpaksa pindah ke tenda yang besar yang aman dari genangan air hujan,” tutur laki-laki setengah baya yang berprofesi sebagai nelayan itu.
Selain masalah air hujan yang masuk di dalam tenda, Maming menuturkan masalah yang dihadapi adalah alas tidur.
“Kita hanya mengutamakan anak-anak kecil untuk tidur dengan aman di tenda. Mereka (anak kecil) yang menjadi perhatian kami di tenda, kami ingin mereka tidur denyak nyeyak dan aman di tenda. Kami yang tua, biar tidur beralasakan terpal saja,” kata Maming.
Dia mengaku selama di tenda sudah banyak bantuan dari masyarakat luar dan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai Barat (Mabar).
Bupati Mabar, Agustinus Ch Dula dan Camat Komodo, Abdulah Nur tuturnya baru satu kali mengunjungi tenda saat menyerahkan bantuan beras dan alat dapur seperti kompor.
“Kami sudah tiga malam, empat hari tidur di tenda. Kami semua berprofesi Nelayan. Kami belum bisa melaut sebelum istri dan anak-anak kembali ke rumah yang terbakar itu,” keluhnya.
Korban kebakaran lainnya, Jubaedah mengharapkan agar segera kembali ke rumah untuk segera memperbaiki rumahnya yang terbakar.
Dikarenakan masih ada garis polisi yang terpasang di lokasi kebakaran, akhirnya pihak kepolisian melarang korban untuk kembali ke rumahnya.
“Infonya dalam waktu dekat baru kami dipersilakan untuk bisa masuk ke rumah untuk memperbaiki bangunan rumah yang terbakar. Polisi masih melarang kami untuk untuk kembali ke rumah,” kata Jubaedah.
Dia mengatakan untuk keperluan mandi cuci dan kakus selama berada di tenda sudah sudah disiapkan kamar mandi umum.
Setiap harinya, mobil tangki dari PDAM Wae Mbeliling memberi bantuan air. Sehingga, masalah air bersih selama berada di tenda tidak sudah aman. Ketersedian beras dan mie juga sudah cukup.
Bantuan dari Pemkab Mabar berupa beras 15 Kg sebanyak dua karung per kepala keluarga. Sedangkan untuk tendakecil, di isi oleh dua KK, sedangkan tenda besar diisi oleh 5 KK.
“Jika hujan deras datang yang berada di tenda kecil terpaksa pindah di tenda besar,” jelas Jubaedah.
Baik Jubaedah maupun Maming mengingkan agar Pemkab Mabar dalam waktu dekat memberikan bantuan seng dan semen agar para korban dapat memperbaiki kembali rumah yang hangus terbakar itu.
“Itu saja harapan kami,Seng dan semen agar kami bisa secepatnya kembali memperbaiki rumah kami yang terbakar itu,” harap Maming. (Satria/VoN)
Foto: korban kebakaran saat berada di tenda penampung