Jakarta,VoxNtt.com– Perayaan Natal 2016 dan Tahun Baru 2017 MPR, DPR dan DPD RI dihadiri Panglima TNI Gatot Nurmantyo dan Kapolri Jenderal Tito Karnavian.
Hadir pula Ketua DPR, Setya Novanto, Ketua MPR, Zulkifli Hasan, ketua DPD Muhammad Saleh, serta beberapa para pimpinan lembaga negara dan anggota DPR dan DPD RI.
Dalam sambutannya, Ketua panitia, Maruar Sirat, mengatakan Natal kali ini menguji nasionalisme dan kekristenan seluruh keluarga besar Nasrani yang berada di lembaga wakil rakyat itu.
“Natal kali ini menguji keIndonesiaan kami panitia dan kekristenan kami sebagai orang Kristen dan Katolik di Indonesia, yang bukan di tempat lain. Perayaan Natal ini sesuatu yang kami banggakan,” ujar Maruar.
Lebih lanjut, Maruar mengatakan kita mesti bersyukur hidup di Indonesia karena hanya di Indonesia kita bisa hidup rukun, damai dan saling menghargai.
Oleh karena itu, lanjut Maruar, tugas kita adalah menjaga dan merawat Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia.
Menurutnya, Pancasila merupakan kado terindah dari umat Islam yang merupakan penduduk mayoritas bangsa ini.
“Pancasila adalah kado yang terindah dari umat Islam untuk Indonesia. Negera Indonesia dengan penduduk mayoritas beragama Islam tapi memberikan Pancasila sebagai dasar rumah kita Indonesia,” jelasnya.
Acara yang berlangsung di lapangan samping gedung nusantara, pada Jumat, (27/1/2017) itu dihadiri ribuan umat dan jemaat se-Jabodetabek.
Hadir pula tokoh lintas agama, tokoh pluralis Yenny Wahid, serta masyarakat dari berbagai suku, adat dan daerah di Indonesia.
Di depan ketua Ketua DPR, MPR dan DPD RI, Maruarar Sirait yang mewakili keluarga besar Nasrani, meminta membangun tempat ibadah Gereja, Wihara dan Pura.
Hal itu menurutnya sebagai bentuk adanya kesamaan hak sebagai warga negara untuk menjalankan ibadah sesuai keyakinan.
“Kami hanya ingin agar di rumah rakyat ini, di tempat rakyat yang berdasarkan Pancasila, yang kebhinekaan diakui dan pluralisme diakui, kami ingin seperti di setiap komisi ada Mushola dan di sini juga ada Masjid. Bolehkan ada Wihara, Pura dan Gereja yang kecil saja sebagai tempat untuk kami beribadah,” ungkapnya.
“Dengan kerendahan hati mewakili sekretariat, staf ahli dan tenaga ahli, memohon kiranya pimpinan DPR, MPR dan DPD untuk mempertimbangkan. Saya bayangkan kalau di sini ada Pura, ada Wihara, Gereja dan Masjid yang sudah terbangun, betapa indahnya negara ini. Inilah Indonesia yang mau kita bangun dan Indonesia yang kita kedepankan,” terangnya.
Ketua MPR RI Zulkifli Hasan dalam sambutannya mengatakan situasi dan kondisi kebangsaan Indonesia saat ini aman. Meski ada riak kecil maka hal itu biasa dalam demokrasi Indonesia
“Bangsa ini sebenarnya baik-baik saja sebab semua sudah memahami bahwa Indonesia terbentuk karena keberagaman adalah kekayaan bangsa,” katanya.
Natal dan Moralitas
Sementara tokoh agama Katolik, Romo Benny Susetyo yang diminta tanggapanya usai acara mengatakan Natal dan Tahun baru MPR, DPR dan DPD RI harus mampu memberikan satu hasil signifikan, hasil yang berbobot dan berdampak positif bagi pembangunan bangsa.
Kelahiran Tuhan Yesus, jelas Romo Benny, merupakan momentum untuk memperbaruhi tata kehidupan yaitu moralitas.
“Jadi kalau DPR tidak produktif dalam kerjanya, kemudian tidak mampu memantulkan sinar keadilan memperjuangkan keadilan rakyat, ya dia tidak bisa merayakan Natal. Merayakan Natal berarti melahirkan sikap baru dalam bentuk melayani,” ujar Romo Benny.
Menurutnya, pembaharuan komitmen DPR untuk menjadi pelaksana dan pelayan suara hati rakyat, mesti sesuai dengan moral dan perbuatan.
“Maka dalam membuat undang-undang juga harus serius yaitu untuk kepentingan rakyat dan kepentingan bersama. Maka DPR harusnya lebih produktif dalam pengawasan dan fungsi kontrol,” tegasnya.
Perayaan Natal, demikian Romo Benny, adalah perayaan bersama yaitu perayaan persaudaraan.
“Sehingga kalau kita mengamalkan nilai-nilai pancasila, ya kita harus mengamalkan natal itu. Maka Natal harus dirayakan dalam kesadaran bersama sebagai bangsa yang berkomitmen kepada kebhinekaan itu,” pungkasnya.***(Ervan Tou/VoN)