Jakarta,VoxNtt.com-Presidium Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) menggelar kesepakatan damai dengan Abraham Lagaligo.
Acara kesepakatan damai ini terkait tulisan Abraham Lagaligo yang mengatakan ‘GMNI adalah CGMI dan Underbouw PKI’ dalam opininya yang berjudul ‘Sejarah Berulang, Dulu HMI sekarang FPI’, yang beberapa waktu lalu sempat viral di media sosial.
Pernyataan Abraham Lagaligo ini mendapat reaksi keras dari keluarga besar GMNI. Pasalnya, tidak sesuai dengan fakta dan kenyataan sejarah lahirnya GMNI. Pernyataan tersebut juga dinilai mengancam keutuhan NKRI.
Pada kesempatan itu Abraham menyampaikan ucapan terima kasih kepada Presidium dan keluarga besar GMNI atas terselenggaranya acara damai ini.
“Pertama-tama tidak ada kata lain yang ingin saya sampaikan kecuali satu permintaan maaf yang sebesar-besarnya kepada seluruh keluarga besar GMNI atas kesalahan saya dalam mengutip sejarah terkait CGMI dan GMNI. Bahwa saya telah salah menulis CGMI adalah Underbouw PKI dan sekarang berubah menjadi GMNI,” ujar Abraham Lagaligo, saat konferensi pers di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Senin, (6/2/2017)
Abraham mengungkapkan, sejak pertama kali tulisannya itu diposting di WhatsApp (WA) internal alumni HMI, ia sudah diingatkan oleh beberapa senior bahwa ada yang kurang tepat dalam kutipan kalimat terkait dengan sejarah CGMI dengan GMNI.
“Bahwa benar CGMI adalah Underbouw PKI yang waktu itu tahun 60-an hingga tahun 1965 itu menggerakkan aksi-aksi massa untuk membubarkan HMI, namun GMNI bukanlah CGMI,” tuturnya.
Hal itu, jelas Abraham, merupakan rumor yang menjadi polemik dalam tulisannya.
“Dalam kajian kami kemudian tidak ada data-data sejarah dan data pendukung bisa membenarkan kutipan saya itu, sehingga pada hari pertama saya membuat tulisan itu saya sudah menyadari bahwa apa yang sudah saya kutip adalah keliru,” imbuhnya.
Sebelumnya, kata Abraham, Korda GMNI Jatim telah menghubungi dia untuk mengkomunikasikan persoalan ini.
“Selanjutnya saya bertemu saudara Chrisman Damanik. Sejak pertemuan pertama itu pada Selasa, minggu lalau saya sudah mengatakan untuk meminta maaf dan merevisi tulisan sehingga saya bisa posting di tempat yang sama dengan disertai permintaan maaf,” jelasnya.
Selanjutnya, kata Abraham, pada hari Rabu, (2/2/2017) keluarga besar HMI dan GMNI berinisiatif untuk melakukan konferensi pers. “Alhamdulillah bisa terjadi hari ini,” sambungnya.
Ke depannya, janji Abraham, ia tidak mengulangi kecerobohan serupa. Dia pun berharap rumor-rumor selama ini telah terjawab dalam kesepakatan damai ini.
Dia pun mengaku HMI dan GMNI adalah organisasi yang sama-sama berjuang menentang komunis.
“Ternyata HMI dan GMNI satu barisan dalam menentang komunisme. Itu adalah kebanggaan yang tak ada dua-duanya dan kita bisa berkumpul di sini dan semoga forum yang terjadi dalam persaudaraan ini bisa berlanjut di masa berikutnya untuk membangun Indonesia yang bermartabat,” kata Abraham.
Sementara Ketua Presidium GMNI, Chrisman Damanik, mengatakan agenda ini diselenggarakan sebagai bentuk itikad baik antara Presidium GMNI dan Abraham Lagaligo untuk menyatakan kesepakatan damai.
Chrisman mengungkapkan, sebelum digelarnya kesepakatan damai ini, pihaknya bersama Abraham Lagaligo telah bertemu dan melakukan komunikasi untuk bersama-sama menyelesaikan persoalan ini.
“Adapun tulisan saudara Abraham Lagaligo yang berjudul ‘Sejarah berulang, dulu HMI sekarang PKI yang banyak dimuat oleh media yang kemudian ini menjadi problem. Akhirnya saya dengan mas Abraham bertemu melakukan komunikasi untuk bersama-sama menyelesaikan persoalan ini,” ungkapnya.
Selain Presidium GMNI, Chrisman menuturkan Ketua umum DPP PA GMNI, Ahmad Basarah dan Koordinator Presidium Nasional KAHMI, Mahfud MD, juga ikut melakukan komunikasi.
“Kami bersama-sama melakukan komunikasi dan pendekatan, sehingga akhirnya sama-sama menemukan solusi untuk menyelsaikan persoalan ini dengan ciri dan budaya Indonesia. Kita sama-sama dengan itikad baik bersepakat untuk saling memafkaan dan saling menjaga hubungan baik, bahu-membahu menjaga NKRI,” jelasnya.
Maka acara ini, kata Chrisman, selain sebagai kesepakatan damai, juga untuk meluruskan persoalan ini kepada publik.***(Ervan Tou/VoN)