Kupang, VoxNtt.com- “Untuk generasi penerus bangsa, saya berjuang sampai titik darah penghabisan”, demikian uangkapan Nelci Bani, Penggagas sekaligus Guru Bantu SDI Oevetnai, Kabupaten Malaka, NTT yang dijumpai sedang menulis surat untuk Presiden Jokowi, Kamis malam (16/03/2017).
Usahanya untuk mengembalikan Sekolah Dasar yang didirikannya bersama seluruh masyarakat Dusun Wetalas yang ditutup oleh Pemerintah beberapa lalu tak pernah surut.
23 Januari 2017 lalu, Bupati Malaka memerintahkan bawahannya mendatangkan para guru serta orang tua murid SDI Oevetnai ke Ibu Kota Kabupaten Malaka.
“Bapa Bupati suruh guru-guru dan orang tua murid ke rumah jabatan”, ujar Nelci sambil menirukan penyataan bawahan Bupati yang menjemput mereka.
Dengan delapan mobil yang disiapkan pemerintah, seluruh guru SDI Oevetnai yang berjumlah 14 orang serta orang tua dari 71 anak didik dimobilisasi menuju rumah jabatan (rujab) Bupati yang beralamat di Ibu Kota Kabupaten.
“Semua bersemangat. Rame-rame menuju ke Betun. Pasti bupati mau kasi bantuan untuk sekolah kita”, Kisah Nelci sambil mengingat kejadian saat itu. Kebiasaan dipanggil Bupati dimengerti sebagai salah satu momen pemberian bantuan bagi masyarakat.
Sesampainya di rujab, mereka disambut sang Bupati sembari mempersilahkan mereka sekalian menempati ruangan yang telah disiapkan.
Interogasi Bupati dimulai dengan pertanyaan mengapa memuat foto sekolah ke medsos sampai pada mempertanyakan pendidikan guru-guru. Dan sebagai penutup, Sang Bupati menegaskan dengan sebuah pernyataan “SDI Oevetnai ditutup karna tidak memenuhi syarat”.
Harapan pupus, hati hancur dan semua menjatuhkan air mata seakan-akan mengalami kehilangan sesuatu yang sangat berharga.
Pertemuan tersebut, lanjut Nelci sebagai pertemuan bersejarah yang tak akan pernah dilupakan. Pasalnya, sekolah yang dibangun atas keringat warga harus ditutup.
Kegiatan belajar mengajar yang digagas atas kegetiran hati orang tua akan masa depan anak-anaknya harus dihentikan dengan sebuah instruksi Bupati. Semua berpasrah karena pemerintah mempunyai hak monopoli yang tak mungkin dibantah oleh yang diperintah.
Kampung menjadi hening pasca penutupan sekolah swadaya tersebut. Tak seperti hari-hari biasanya; kegirangan anak-anak bergegas ke sekolah, nyanyian riang dari dalam gedung sekolah sederhana.
Kini sepi mewarnai aktivitas warga. 71 murid SD diperintah dititipkan di sekolah terdekat yang jarak tempuhnya sejauh 2 km dari kampung. Menurut orang kota memang jarak tersebut tak seberapa.
Namun, di kampung yang notabene tak ada kendaraan serta kondisi jalan yang hanya dibuat pengerasan tentu jadi masalah tersebut untuk memotivasi anak-anak.
“Dulu sebagian dari anak didik kami tersebut merupakan murid putus sekolah dari SDI Weulun”, ungkap Nelci yang kini tengah sakit sambil terus mengoret surat yang akan dikirim kepada Presiden Jokowi.
Anak-anak memilih berhenti sekolah karena jarak sekolah yang jauh. Dan instruksi Bupati yang mengharuskan pihak sekolah Oevetnai menitipkan anak didiknya di sekolah terdekat menjadi masalah lama yang kembali dihidangkan.
“Saya menulis surat ini untuk Bapa Jokowi. Saya percaya beliau murah hati dan Tuhan pasti membantu kami”, kata Nelci sambil terus meluapkan isi hatinya dalam surat yang ditulis tangan.
Surat berisi curahan hati ini menceritakan persoalan mendasar mengapa sekolah SDI Oevetnai tetap beroperasi serta bagaimana kondisi masyarakat ketika dihadapkan pada persoalan pendidikan, ekonomi, psikologi dan bidang kehidupan lainnya.
Semua itu berhubungan satu dengan yang lainnya yang kemudian menjadi lingkaran setan keterbelakangan masyarakat Wetalas pada khususnya pun NTT pada umumnya.
Ketika ditanya soal risiko yang akan dihadapi jika dinilai melawan pemerintah, Nelci yang hanya berijazah SMA memberikan jawaban,
“Saya bersama masyarakat tau resiko yang harus kami hadapi. Tapi Tuhan tidak tutup mata akan niat baik kami. Saya yakin Tuhan berkuasa, melebihi kuasa manusia”.(Florianus Dede/VoN).