Ende, Vox NTT -Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ilegal asal Kabupaten Ende, Flores, NTT meninggal dunia di Teluk Intan, Batu Tujuh, Tailon Negeri Perak Malaysia Barat beberapa waktu lalu.
TKI tersebut atas nama Matilde No’o (33) warga Worombera, Desa Nakuramba, Kecamatan Ende, Kabupaten Ende.
Koordinator Koalisi Insan Peduli Migran dan Perantauan NTT, Irminus Deni menjelaskan, kematian Matilde disebabkan serangan jantung.
Hal ini disebutkan berdasarkan surat pemeriksaan kesehatan bernomor 086129 oleh dr. Ikraq Zhafirin B. Zainuddin, Pejabat Forensik Rumah Sakit Teluk Intan Malaysia Barat yang diterima VoxNtt.com di Ende, Selasa (21/3/2017).
Irminus mengatakan, almarhum Matilde merupakan tenaga kerja ilegal yang sudah bekerja kurang lebih satu tahun di Malaysia.
Pihaknya kemudian melakukan koordinasi dengan pihak KBRI di Malaysia serta pihak BP3 TKI Provinsi Nusa Tenggara Timur untuk memulangkan jenazah Matilde.
“Ya, semua kami komunikasi dan koordinasi dengan tim-tim kami. Akhirnya bisa dipulangkan,” ungkap Irminus.
Ia menjelaskan, pihaknya hanya bertugas untuk memperlancarkan administrasi pemulangan jenazah. Sementara pembiayaan pemulangan ditanggung oleh pihak KBRI dan BP3-TKI NTT.
Pemulangan jenazah Matilde disambut oleh pihak Pos Pelayanan Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (P4TKI) melalui Bandara Frans Seda Maumere, Kabupaten Sikka pada Minggu (19/3).
Kemudian hari yang sama diantar menuju ke Kevikepan Ende untuk dilakukan sidang duka sekaligus pemberkatan jenazah.
“Ya, prosesnya seperti biasa. Pemberkatan dulu di Kevikepan lalu diantar ke rumah duka,” ungkap Irminus.
Sementara, Rafael Rada, Petugas P4TKI Maumere yang mengayomi kerja sembilan Kabupaten sedaratan Flores-Lembata menyatakan, Kabupaten Ende merupakan peringkat pertama kasus trafficking sedaratan Flores-Lembata dalam waktu tiga bulan tahun ini.
“Dengan jenazah Matilde ini, maka Ende kami katakan peringkat pertama kasus trafficking,” katanya.
Dengan demikian, menurut dia, segenap komponen termasuk Pemerintah Daerah untuk melakukan pencegahan sehingga tidak bertambah.
Ia berharap dengan peringkat tersebut dapat menjadi bahan refleksi dan pembelajaran bagi masyarakat Kabupaten Ende.
“Semoga tidak berkembang lagi. Kita sangat berharap itu,” tutur Rafael.**(Ian Bala/VoN)