Labuan Bajo, Vox NTT- “Cei lalong beo, cei lalong beo. Hi guru ame numpung, guru ame numpung taen ema mori, tanah Manggarai goo. Ome ranim hau nana ranim. Neka teing tangi berit, rantang jajah latah tae go ema mori, tanah Manggarai goo. Cei jaga tahah, tanah congka sae. Tanah Congka Sae, tanah teing le Mori. Neka Koe pokas puar. Ome pokas taung lite puar, moras taungs ngkiong le poco,toe manga wae kudut mose dite lawa Manggarai. Ome tapang taungs satar, moras taungs ngkiong le Poco. Toe manga Wae kut mose dite lawa Manggarai’’
Itulah sepenggal syair lagu daerah Manggarai yang berjudul “Cei Lalong beo” yang dinyanyikan oleh Goss Band saat pembukaan acara diskusi bertemakan “Menyoal Badan Otoritas Pariwisata (BOP)” di rumah kreasi baku peduli, Kamis (23/3/2017) sore.
Goss Band adalah grub band yang beranggotakan Avanti, Tio, Rio Sutarji dan Bani. Keempatnya merupakan pelajar di kota Labuan Bajo.
“Tanah kuni agu kalo yang akan memberi kita makan dan tanah Manggarai juga yang akan membesarkan kita. Jangan biarkan tanah Manggarai di jajah dan jangan biarkan orang Manggarai budak di tanah sendiri,’’ jelas Rio Sutarji kepada VoxNtt.com, usai menyanyikan lagu itu.
Menurutnya ,Sengaja membawakan lagu Cei Lalong Beo mau menekankan kita sebagai orang Manggarai punya tanggungjawab untuk menjaga tanah itu.
“Apalagi dalam syair lagu itu ‘neka teing tangi berit, rantang jajah lata‘ yang artinya orang Manggarai memiliki tanggungjawab untuk mejaga tanah kuni agu kalo agar tidak mudah di jajah oleh orang-orang luar,’’ jelas Rio.
Hadir dalam diskusi “Menyoal BOP” yang diselenggarakan oleh Rumah Kreasi Baku Peduli itu, Kepala Dinas Pariwisata Mabar, Theodurus Suhardi, Kepala Bappeda, Aleksius Saryono, Kepala Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol), Paulus Selasa, Ketua Himpunan Pramuwisata Indonesia (HPI) Cabang Mabar, Sebastian Pandang, Kepala TNK, Sudiyono, PIC Pokja Pertcepatan Destinasi Prioritas Pariwisata, Shana Fatina, pengiat pariwisata, dan sejumlah anak muda-mudi Labuan Bajo yang peduli dengan persoalan Pariwisata dan sejumlah perwakilan LSM yang bergerak di Laingkungan di Labuan Bajo.
Dalam diskusi ini, PIC Pokja Percepatan Destinasi Prioritas Pariwisata, Shana Fatina menjelaskan tentang BOP dan programnya yang akan digelar di Labuan Bajo nantinya.
Sementara, Kadis Pariwisata Mabar, Teo Suhardi dan Kepala Bappeda, Aleksius Saryono menjelaskan tentang tugas dan peran Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Mabar terkait Labuan Bajo ditetapkan sebagai BOP.
Sedangkan sejumlah pegiat pariwisata di Labuan Bajo, Stefan Rafael dan Rafael Todowela meminta Presiden berpikir matang menetapkan Labuan Bajo sebagai BOP.
Menurut keduanya, BOP harus menguntungkan rakyat Mabar tidak boleh menguntungkan orang Jakarta atau orang luar lainnya.
Stefan Rafael mencontohkan seperti proyek pelabuhan penyebrangan untuk pembangunan Marina dan hotel bintang senilai Rp 250 miliar oleh BUMN di lokasi ASDP Labuan Bajo harus dilakukan sosialisasi kepada orang-orang yang mendiami seputar area pembangunan mega proyek itu.
“Ada TPI di seputar dermaga ASDP Labuan Bajo, yang diduga area itu akan masuk dalam pembangunan Marina dan Hotel binatang. Artinya, ada yang tersingkirkan dari situ, Pemkab dan Pemerintah Pusat harus memikirkan itu,’’ ujar Stefan Rafael.
Pegiat pariwisata lainnya, Matheus Siagan mengatakan dengan pariwisata dimasukan sebagai leading sektor di Mabar, maka Pemkab memikirkan bagaimana petani juga harus dapat hidup di dunia pariwisata.
Seperti misalnya, Pemkab menopang para petani di Manggarai untuk bergelut di usaha menanam sayur dan buah-buahan, agar Labuan Bajo tidak mengimpor sayur dan buah-buahan dari luar Flores.
Seperti diketahui pasca sail Komodo digelar 2013 lalu, geliat pariwisata di Labuan Bajo semakin berkembang. Investor mancanegara dan dalam negeri berlomba-lomba berinvestasi di dunia pariwisata di Labuan Bajo seperti pembangunan hotel,cafe, restaurant dan kapal wisata.
Tidak ketinggalan,masyarakat lokal di Labuan Bajo berlomba-lomba menjual tanah ke investor serta konflik persoalan tanah semakin banyak.
Tahun, 2017 Presiden Jokowi menetapkan Labuan Bajo sebagai salah satu berdirinya BOP bukan hanya itu, perhatian Pemerintah Pusat terhadap kota itu. Pempus kemudian memasukan Labuan Bajo sebagai destinasi utama tujuan wisata dan mengucurkan dana Rp 250 miliar untuk pembangunan marina dan hotel bintang. (Gerasimos Satria/VoN)