Nagekeo, Vox NTT-Pemerintah kabupaten (Pemkab) Nagekeo tampaknya menelantarkan bangunan Sekolah Dasar Inpres (SDI) Nipado di Desa Natatoto, Kecamatan Wolowae.
Disaksikan VoxNtt.com, Kamis (30/3/2017), bangunan sekolah masih jauh dari harapan. Tampak masih berlantai tanah, dinding pelupu serta minimnya parabot sekolah.
Misalnya, tiga bangunan swadaya masyarakat Wolokune belum memiliki meja kursi selayaknya. Ruang kelas empat hanya ada dua bangku dan dua meja.
Begitu pula ruang kelas lima, kelas tiga, kelas dua dan kelas satu. Rata-rata semua belum memiliki tempat duduk yang cukup.
Siswa harus duduk berdempetan dan sebagian siswa lain harus rela berdiri selama proses belajar mengajar.
Belum lagi dinding serta atap sink yang sudah mulai bocor. Saat musim hujan, proses belajar mengajar harus diberhentikan karena air masuk setinggi betis.
Sekolah yang berdiri sejak tahun 2012 ini perlu mendapatkan sentuhan langsung pemerintah.
Katua Komite, Elias Koda mengatakan sekolah Nipado sudah dianggarkan sekitar 700 juta pada September 2014.
Pihak sekolah serta komite sudah menandatangani dokumen kontra kerja pembangunan sekolah. Namun, belum ada realisasi pembangunan sekolah.
“Sudah dianggarkan namun sampai saat ini belum ada realisasi,” ujar Elias.
Ia menjelaskan, awalnya sekolah tersebut dibangun tahun 2008 yang merupakan kelas jauh dari SDK Ratedao. Kemudian, tahun 2011 dialihkan menjadi sekolah kelas jauh dari SDI Nebe, Kecamatan Aesesa.
“Kita masyarakat sudah berupaya sekolah ini. Kita jatuh bangun tetapi belum ada perhatian dari Pemerintah,” katanya.
“Dana itu tiba-tiba batal tanpa ada kejelasan. Kami tidak tau apa sebab pending pembangunan sekolah ini,”tambah Elias.
Sementara, salah seorang guru, Sisilia Bene mengaku proses pembelajaran terhambat karena kekurangan sarana dan prasarana.
“Kita disini 106 siswa pak. Kita sudah hampir sepuluh tahun tapi bangunan hanya seperti ini. Belajar mengajar juga terhambat,” kata dia.
Ia menjelaskan selama proses belajar mengajar peserta didik harus mengikuti secara bergantian karena kekurangan meja dan kursi.
“Harus ganti-ganti karena meja kursi kurang. Kalau musim hujan kami libur. Air masuk sampai ke ruang kelas,”ujar Sisilia. (Ian Bala/VoN)