Ruteng, Vox NTT – Lembaga konsultan psikologi dan riset, Jefrin Haryanto Research Centre (JHRC) melakukan survei untuk memotret suara pemilih menjelang Pilkada Manggarai Timur (Matim) 2018 mendatang.
Survei tersebut mengarah pada pemetaan isu dan popularitas nama-nama kandidat yang bakal bertarung pada pesta demokrasi di kabupaten Matim. JHRC mulai melakukan survei sejak tanggal 3 hingga 7 April 2017.
Direktur JHRC, Yohanes Effremi Ngabur dalam press release yang salinannya diterima VoxNtt.com, Kamis (6/4/2017) menjelaskan, survei tersebut bertujuan memetakan isu-isu strategis yang berkembang di masyarakat Matim. Selanjutnya kegiatan ini bertujuan untuk menilai harapan publik terhadap bupati dan wakil bupati daerah itu di masa mendatang.
Menurut Yohanes hal ini penting untuk dijadikan sebagai masukan bagi para kandidat, terutama dalam menyusun strategi dan isu-isu yang layak dijual.
“Bagaimana menjualnya dan di mana itu bisa dijual. Kami sengaja memetakan isu per wilayah, sehingga pendekatan isu yang akan disusun oleh para kandidat dalam rancangan programnya nanti, selain isu-isu strategis yang umum, juga isu spesifik di tingkat wilayah,” katanya.
“Harapan masyarakat Elar belum tentu sama dengan harapan masyarakat Borong, atau isu di Kecamatan Lamba Leda belum tentu laku dijual di Kota Komba, dan lain-lain,” tambah Yohanes.
Selain itu, lembaga yang beralamat di Gedung Maria Moe Lantai 3 Jalan Arabika Utara No 41 Kelurahan Tenda-Ruteng, Kabupaten Manggarai itu melakukan survei popularitas para kandidat oleh masyarakat. Selanjutnya, masyarakat mana yang mengenal, serta mengapa atau darimana mengenalnya.
“Pada survei ini juga kami sengaja mensurvei popularitas semua nama tanpa mensurveinya sebagai paket atau pasangan, sehingga bisa menjadi referensi partai politik untuk menentukan siapa yang akan diusung,” ujar Yohanes.
“Kami juga akan menanyakan pada responden, apakah jika mereka mengenal seorang kandidat, akankah juga memilihnya. Karena popularitas belum tentu berbanding lurus dengan elektabilitas,” tukasnya.
Lebih lanjut Yohanes menjelaskan, survei ini menggunakan metode Multipurpose Random Sampling dan dipadukan dengan pertanyaan semi terbuka, pada 800 responden di semua kecamatan dengan batas toleransi kesalahan 5 persen.
Senada dengan Yohanes, Peneliti dan Psikolog JHRC, Albina Redempta Umen menjelaskan, survei ini juga dapat dipakai untuk melihat kecenderungan presepsi publik tentang Pilkada Matim. Hal lain bisa memotret konsep kepemimpinan yang diidealkan dan karakter kandidat yang dibutuhkan.
Umen menegaskan, politik itu sangat psikologis karena terkait dengan trend perilaku dan bagaimana merubah perilaku publik untuk memilih.
“Di JHRC kami menyediakan jasa konselor politik yang dapat membantu para kandidat mendesaian strategi berdasarkan presepsi publik terhadap tujuan Pilkada itu sendiri,” katanya.
Dia mencontohkan, pendekatan terhadap kelompok masyarakat yang memahami Pilkada secara pragmatis dan cenderung transaksional, tentu akan berbeda dengan pendekatan kepada kelompok masyarakat yang mempresepsi politik Pilkada sebagai tujuan perubahan.
Dikatakan, JHRC sendiri akan fokus ada pendekatan dengan prespektif psikologi social dan politik.
Menurut Umen, biaya untuk survei awal ini murni dari dana mandiri JHRC. Pihaknya, bekerja profesional dan milik publik.
“Kami tidak berafiliasi dengan kandidat atau Parpol apapun. Kami berharap hasil survei kami bisa menjadi salah satu referensi bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan Pilkada Manggarai Timur,” kata Umen. (Adrianus Aba/VoN)