Mbay, Vox NTT- Terharu. Meski SMK Santa Mathilda Nagekeo sedang dirundung masalah, namun hasil Ujian Nasional (UN) siswanya memuaskan.
Sebanyak 85 orang siswa-siswi angkatan pertama tahun 2016/2017 di sekolah milik Yayasan Abraham Maumere itu telah dinyatakan lulus 100 persen dalam UN kali ini.
Terpantau pengumuman kelulusan 85 siswa tersebut disampaikan oleh Ketua Penyelenggara UN SMK Santa Mathilda Nagekeo Gabriel Kudu di hadapan orang tua murid di aula SMK Negeri 1 Aesesa, Rabu (3/5/2017). Gabriel Kudu sendiri merupakan kepala SMK Negeri 1 Aesesa.
“Kami terharu karena kami tidak membayangkan kalau kami bisa mendapatkan ijazah. Soalnya setelah UN Sekolah kami sudah tutup karena ada persoalan yang mana pada saat pergantian kepala sekolah, ada terjadi aksi brutal oleh teman-teman,” ujar salah seorang peserta UN SMK Santa Mathilda Nagekeo yang minta namanya tidak dituliskan.
“Dan kami terharu lagi berita kelulusan bagi siswa-iswi kelas III SMK Santa Mathilda Nagekeo, tidak bersama dengan siswa-siswi SMA dan SMK yang ada di Kabupaten Nagekeo. Sedangkan kami baru dengar hasil UN pada hari ini,” kata siswa itu.
Kepala Dinas Pendidikan Nagekeo Tarsisius Jogo dalam arahan singkatnya pada acara kabar lulus tersebut mengatakan, kualitas kehidupan suatu bangsa salah satunya ditentukan oleh faktor pendidikan.
Peran pendidikan sangat penting untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik. Negara maju yang penduduknya sudah sejahtera dapat dipastikan memiliki kualitas pendidikan yang baik.
Untuk diketahui, SMK Santa Mathilda Nagekeo hingga kini sedang dirundung masalah. Kepolisian Resort Ngada akhirnya menahan Mantan Kepala SMK Santa Mathilda Nagekeo, Yustinus Karson Jogo bersama empat guru lainnya.
Baca: Polisi Menahan Kepsek dan Empat Guru SMK Mathilda Nagekeo
Keempat guru yang turut ditahan tersebut adalah Bernadinus Kristomo Majeng, Kristifel Rano Wai, Petrus Salestinus Fernanades, dan Ignasius Deron.
Mereka ditahan lantaran diduga sebagai dalang provokasi sejumlah siswa SMK Santa Mathilda Nagekeo yang merusak mobil milik Ketua Yayasan Abraham pada Jumat , 7 April 2017 lalu.
Aksi provokasi itu disinyalir karena guru-guru tersebut tidak menginginkan adanya pergantian kepengurusan di dalam struktur lembaga sekolah tersebut.
Akibatnya, Yayasan Abraham Maumere sudah membulatkan pilihannya untuk menutup sekolah tersebut.
Pentingnya Pendidikan Karakter Dalam Pencegahan Masalah Sosial
Sementara Rispan Jogo, Anggota Komisi III DPRD Kabupaten Nagekeo dalam arahan singkat mengatakan masyarakat Indonesia saat ini berada di era reformasi.
Era reformasi adalah era baru setelah era era orde baru. Era reformasi ditandai dengan pelaksanaan hak asasi manusia (HAM) secara utuh. Itu berarti semua hak-hak manusia dihargai dan dijunjung tinggi dengan memperhatikan hak-hak orang lain.
Namun hal ini disalah-artikan dalam pelaksanaannya. Hak-hak seseorang diminta untuk dihargai dengan sebebas-bebasnya tanpa memperhatikan hak-hak orang lain serta norma dan aturan yang berlaku.
Akibatnya lanjut Rispan, banyak terjadi masalah-masalah sosial di masyarakat. Sebagai contoh adalah adanya tindak kekerasan yang terjadi di mana-mana, tawuran antar pelajar, kurangnya rasa hormat dan sopan santun kepada orang yang lebih tua dan lain sebagainya.
Masalah-masalah sosial yang terjadi di masyarakat juga memberi imbas kepada kehidupan di sekolah tidak hanya di sekolah-sekolah tingkat atas, bahkan di sekolah dasar pun kerap terjadi masalah-masalah sosial tersebut.
Adapun masalah-masalah tersebut meliputi pelanggaran terhadap norma-norma yang berlaku di masyarakat.
Masalah-masalah yang sering dijumpai adalah adanya siswa yang kurang hormat kepada bapak dan ibu guru, kekerasan kepada siswa lainnya dan lain sebagainya.
Identifikasi masalah-masalah sosial di sekolah mengarah kepada adanya kekurangdisiplinan siswa.
Menurut Rispan penyebab-penyebab adanya kekurang-disiplinan siswa adalah kurangnya kepedulian pihak-pihak di sekitar siswa. Penyebab lainnya adalah mudahnya siswa mendapatkan “informasi” tanpa adanya penyaringan terlebih dahulu.
Dikatakan, pendidikan karakter dipandang sebagai solusi adanya kekurang disiplinan siswa di sekolah. Pendidikan karakter dijadikan alat untuk mengkarakterkan siswa. Siswa dilatih bertindak sesuai dengan norma dan aturan berlaku.
Melalui kegiatan ini pula, siswa dibiasakan melaksanakan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat seperti gotong-royong, sopan santun, saling menghormati, dan lain sebagainya. (Arkadius Togo/VoN)