Malang,Vox NTT-Minggu 7 Mei 2017 malam menjadi momen yang sangat menentukan dalam perjalanan organisasi mahasiswa Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) Manggarai Malang.
Belasan mahasiswa yang tergabung dalam organisasi PJKR ini menyatukan pikiran dan ide dalam diskusi bersama yang bertajuk “Manggarai MengIndonesia (Menuju Berkumendangnya Indonesia Raya di Piala Dunia).
Diskusi yang diadakan di sekretariat organisasi mahasiswa PJKR Manggarai Malang tepatnya jalan Klayatan Gang 10, Malang ini menghadirkan Evan Lahur sebagai pemateri.
Evan Lahur dalam materinya memberikan gambaran mengenai dunia persepakbolaan di NTT dan Manggarai secara khusus.
“Ada beberapa faktor penyebab terhambatnya perkembangan dunia persepakbolaan NTT dan Manggarai di kancah Nasional. Faktor penyebab tersebut antara lain seperti minimnya infrastruktur seperti stadion di Manggarai Raya maupun lapangan berstandar FIFA di tingkat provinsi, kurangnya turnamen usia muda di Manggarai Raya, kurangnya penggerak atau insisiator dalam membangun dan mengembangkan kultur sepak bola dan minimnya dana pengembangan sepak bola” jelas Evan Lahur yang juga mahasiswa pasca sarjana Ilmu Pemerintahan Desa STPMD “APMD” Yogyakarta ini.
Evan manambahkan pula, selain alasan-alasan tadi faktor lain yang juga menghambat adalah faktor budaya atau pola pikir tentang sepak bola dan irama kehidupan masyarakat Manggarai yang kurang memberi ruang terhadap pengembangan sepak bola.
“Mengenai faktor budaya atau pola pikir ini menjelaskan tentang posisi sepak bola sebatas sebagai salah satu permainan masa kecil. Sebagian kecil saja dari warga Manggarai yang ingin menjadikan sepak bola sebagai mata pencaharian” kata Evan.
Salah satu peserta diskusi, Apolonius Tal juga memberi pikiran tentang faktor penyebab menghambatnya persepakbolaan Manggarai.
“Menurut saya, salah satu faktornya ialah adanya KKN atau istilah lain manga ata one (orang dalam) di tubuh PSSI daerah kita Manggarai. Mungkin ini bukan soal korupsi uang dalam rekrutmen pemain akan tetapi hal ini berkaitan dengan keikutsertaan satu dua pemain yang sebenarnya tidak layak masuk tim sehingga harus mengorbankan pemain lain yang benar-benar layak masuk tim, yah itu tadi manga ata one. Semoga hal ini bisa menjadi perhatian serius kita semua” jelas mahasiswa semester 6 program studi PJKR IKIP Budi Utomo Malang ini.
Di lain pihak, Rio Ndagak menambahkan bahwa ketidakjelasan aktivitas pasca turnamen pun menjadi faktor penyebab terhambatnya perkembangan sepak bola di Manggarai.
“Di tempat kami, saya menemukan beberapa pemain yang memilih menjadi ojek. Yah saya katakan ini karena mereka tidak memiliki pilihan untuk beraktivitas pasca turnamen” ungkap Rio yang juga mahasiswa semester 6 program studi PJKR IKIP Budi Utomo Malang.
Terkait beberapa faktor penghambat ini, diskusi yang baru pertama kali dilaksanakan oleh organisasi mahasiswa PJKR Manggarai Malang ini menelurkan beberapa ide kreatif demi kemajuan sepak bola Manggarai.
“Tentunya kita perlu menangkap peluang angin perubahan yang mulai berhembus ke NTT. Beberapa pemain dari NTT mulai memperkuat beberapa klub besar tanah air seperti Yabes Roni Malaifani di Bali United, Bily Keraf di Persib Bandung maupun Jackson Tiwu di Persikad Depok. Belum lagi beberapa pemain yang mengikuti sempat mengikuti seleksi di timnas usia U-19 bersama Indra Sjafri” terang Evan Lahur.
Selain itu juga dua putra NTT yakni Fary Francis dan Lambert Ara Tukan menempati posisi di kepengurusan PSSI. Fary Francis, pendiri SSB Bintang Timur bahkan menjadi Ketua Departemen Sport Intelligence PSSI.
“Pertanyaannya ialah apa yang perlu kita lakukan dalam menangkap peluang ini?. Saya mengajak kita semua untuk menjaga kelembagaan ide dan gagasan melalui organisasi PJKR ini sehingga menjadi cikal bakal pergerakan perubahan ke depan” jelas Evan Lahur.
Selain itu juga kata dia, setiap kabupaten di NTT perlu berinisiatif mendirikan SSB bagi pemain usia muda. Setidaknya ketika setiap kabupaten telah memiliki SSB, setiap asosiasi kabupaten dapat mengadakan turnamen berjenjang antar SSB tadi.
“Masukan kreatif lainnya terkait wadah orang tua asuh. Kita mengharapkan, warga diaspora yang ada di pulau Jawa dapat menjadi orang tua asuh bagi para pemain muda NTT atau bahkan Manggarai Raya yang ingin mengikuti seleksi ataupun meniti karier di beberapa SSB di Pulau Jawa” tambah Evan.
Organisasi PJKR sendiri merupakan organisasi mahasiswa Manggarai yang ada di kota studi Malang. Usia organisasi ini baru satu tahun lebih, setelah dibentuk awal tahun 2016 oleh beberapa mahasiswa Manggarai program studi PJKR IKIP Budi Utomo Malang.
“Gagasan utama kami membentuk organisasi ini adalah mempererat rasa persaudaraan mahasiswa Manggarai yang ada di Malang. Kami tidak ingin, rasa persaudaraan kami di Malang ini terbentur oleh belahan kami kecamatan ini, kami suku ini, kami kampus ini sehingga kami berpikir untuk membentuk organisasi ini. Inisiator pertama terbentuknya organisasi ini saya sendiri, Armin Garung, Apolonius Tal dan Rio Ndagak. Organisasi ini terbuka untuk seluruh mahasiswa Manggarai di Malang” jelas Fransiskus Tomy Agung, ketua organisasi mahasiswa PJKR Manggarai Malang. (Evan Lahur/VoN).