Borong, Vox NTT-Tidak sedikit wanita di Manggarai Timur (Matim) mengadu nasib di luar negeri. Mereka rela meninggalkan keluarga di tanah air, merantau ke negeri orang lantaran himpitan ekonomi.
Bukan lagi dalam hitungan bulan. Para Tenaga Kerja Wanita (TKW) ini meninggalkan keluarga bertahun-tahun lamanya.
Keinginan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih baik harus dibayar mahal dengan hilangnya waktu bersama keluarga.
Meninggalkan suami menyerahkan tanggung jawab asuh anak ke sanak keluarga merupakan ‘kontrak kerja’ yang terpaksa harus ditandatangani dan dijalankan.
Salah satunya ialah Marta Ndang. Wanita kelahiran Lait, 27 September 1974 asal Meni, Desa Golo Pari, Kecamatan Sambi Rampas, Kabupaten Matim itu rela meninggalkan suami dan anak-anaknya di tanah Manggarai demi mengubah ekonomi keluarganya. Berjuang demi keluarga nekad menjadi tenaga kerja ke luar negeri.
Ketika ditemui VoxNtt.com di Dinas Nakertrans Matim, Kamis (18/5/2017), wanita beranak tiga ini mengaku motivasinya menjadi TKW ke luar negeri cuma satu yaitu untuk memperbaiki keadaan keluarganya.
Dengan bermodalkan ijazah Sekolah Dasar (SD) yang minim pengalaman, dia tetap optimis mampu bekerja sesuai dengan tuntutan di mana ia bekerja nanti.
“Sulit sebenarnya untuk meninggalkan suami dan anak di rumah. Berat sekali rasanya. Apalagi ini kan pergi untuk dua tahun. Namun, apa mau dikata, ini jalan yang harus ditempuh. Demi mengubah kondisi ekonomi keluarga kami,” kata Marta dengan wajah ceriahnya.
Dikatakan Marta, dirinya jalan mendapat izin dari keluarga dan suaminya tercinta.
“Ia, saya pergi ini tentu atas kesepakatan dengan suami. Saya jalan seizin dia,” kata Marta.
Sementara Kabid Penempatan Tenaga Kerja Dinas Nakertrans Matim, Ino Lampur kepada VoxNtt.com di ruang kerjanya mengatakan tenaga kerja ini diberangkatkan melalui perusahaan resmi yang memiliki izin dari dinas Nakertrans provinsi NTT dan kabupaten/kota.
“Kalau diberangkatkan melalui perusahaan resmi, kenyamanan mereka pasti terjamin. Mulai dari sini sampai di tempat tujuan dijamin aman. Mereka ini sebelum dikirim ke tempat tujuan, akan diberikan pelatihan di BLK masing-masing. Selama tiga nulan. Sehingga mereka punya keterampilan sampai di tempat kerja,” kata Ino. (Nansianus Taris/VoN)