Soe, Vox NTT-Penyidik Kepolisian Resort TTS saat ini tengah melakukan penyelidikan kasus dugaan kelalaian yang menyebabkan Yohana Da Silva dan bayinya meninggal dunia dalam proses persalinan di ruang bersalin RSUD Soe beberapa waktu yang lalu.
Walaupun kasus hukum sedang berlanjut, namun pihak dokter maupun rumah sakit berusaha untuk menempuh jalur keluarga agar kasus ini tidak dilanjutkan ke ranah hukum.
“Kita akan berusaha untuk melakukan pendekatan dengan pihak keluarga,”jelas dokter Edward Manurung saat memberikan klarifikasi di hadapan komisi IV DPRD TTS pada Senin (8/5/2017) lalu.
Sementara Yafred Nuban, suami korban yang dihubungi melalui telepon selularnya Rabu (17/5/2017) menegasan untuk menolak upaya pendekatan damai yang dilakukan oleh dokter Edwar Manurung bersama manajemen RSUD Soe. Dirinya tidak mau kasus yang diduga menyebakan kematian istrinya dan anaknya itu diselesaikan secara lekeluargaan.
BACA:Istri dan Anak Meninggal, Yafred Nekat Polisikan Dokter dan Bidan RSUD SoE
Yafred mengaku sudah 3 kali dokter Edward ke rumahnya agar kasus tersebut diselesaikan secara kekeluargaan.
“Sudah 3 kali mereka datang ke rumah untuk pendekatan, tapi saya tidak mau bertemu, mereka hanya bertemu mertua saya dan kami tidak akan mau untuk kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan,”tegas Yafred.
Yafred menegaskan apapun alasannya kasus kematian istri dan anaknya harus diproses secara sesuai hukum yang berlaku. Hal tersebut kata Yafred dilakukan sebagai pembelajaran agar ke depannya tidak ada lagi kasus-kasus seprti yang dialami istri dan anaknya.
“Saya tidak kalau kasus ini diselesaikan secara kekeluargaan. Kasus ini harus diproses, agar tidak ada lagi terjadi kasus-kasus semacam ini dikemudian hari,” kata Yafred.
Kasus kematian Yohana Da Silva dan bayinya yang baru lahir di RSUD Soe sampai saat ini sudah menjadi sorotan publik. Salah satunya ditujukan kepada dokter Edwar sebagai dokter spesialis kandungan yang menangani proses persalinan Yohana.
Seperti dikisahkan Yafred (suami Yohana) sebelumnya, Dokter EM sempat memberikan obat perangsang saat Yohana hendak melahirkan.
BACA:RSUD Soe Tanggapi Kasus Kematian Yohana dan Bayinya
Namun setelah memberi obat, EM keluar dari ruang persalinan dan menitipkan pesien kepada 4 orang bidan untuk memantau perkembangan selanjutnya.
Lebih lanjut kata Yafred, setelah melihat kondisi Yohana yang sudah lemas, sesak nafas, pucat serta pendarahan hebat, salah seorang bidan berusaha menelpon dokter EM namun tidak dijawab.
Saat itu, bayi memang berhasil keluar. Namun nyawanya sudah tidak bisa tertolong. Ketika dokter EM datang dia hanya berusaha mengeluarkan ari-ari yang masih tertinggal di dalam perut. Sayangnya nyawa Yohana juga tidak bisa diselamatkan. (Paul Resi/VoN).