Ruteng, Vox NTT- Dua orang Anggota DPRD Manggarai, Nadus Nasur dan Rafael Nanggur angkat bicara soal penggalian batu di Nte’er Desa Mata Wae Kecamatan Satar Mese Barat Kabupaten Manggarai.
Nadus Nasur, Anggota Fraksi Hanura melalui pesan singkat Jumat (2/6/2017) mengatakan penggalian batu di tempat itu berdampak buruk terhadap struktur hutan yang ada di situ. Selain itu, Nasur juga mengaku penggalian itu sangat berbahaya bagi pengguna jalan.
“Sebaiknya kegiatan galian itu dihentikan guna menghindari bahaya kecelakaan lantas apalagi jalan itu sering rusak dan longsor selama musim hujan dan dapat menghambat kelancaran lalu lintas,” katanya.
Sebab itu, Nadus Nasur meminta Pemkab Manggarai segera turun ke lokasi untuk mengadakan sosialisasi agar masyarakat yang melaksanakan penggalian di tempat itu dapat memahami dampak negatifnya.
Terpisah, anggota Fraksi PDIP, Rafael Nanggur melalui pesan singkat, Jumat (2/6/2017) mengatakan soal penggalian batu di tempat itu sudah pernah disampaikannya dalam rapat paripurna (RP) dan rapat dengar pendapat (RDP) di DPRD Manggarai agar itu dihentikan. Dalam RP dan RDP tersebut ia mengaku sudah mendesak Pemkab Manggarai agar penggalian itu dihentikan.
“Galian itu dilarang oleh aturan karena dalam hutan negara, apalagi ada Perda tentang ketertiban umum yang membahayakan orang dan mobil lewat. Namun pemerintah belum respons apa saya sampaikan. Sebab itu, saya minta Pemda harus tegas menindak oknum-oknum tersebut,” katanya.
Sebelumnya diberitakan, aktivitas galian batu di samping jalan negara Ruteng-Labuan Bajo di tempat itu berjalan masif. Fenomena itu membuat keselamatan pengguna jalan negara ini terancam.
Ancaman menjadi terbuka ketika galian batu itu berlangsung di bukit yang letaknya persis di samping jalan. Namun, anehnya sampai sekarang aktivitas galian tersebut tak kunjung ditertibkan Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Manggarai.
Lorens Hambut, pengendara sepeda motor yang mengaku berasal dari Lembor Manggarai Barat kepada VoxNtt.com Minggu (29/5/2017) lalu mengaku was-was tiap kali melewati titik itu. Sebab jika tidak, cetus Hambut, celaka pasti menimpanya.
Baca Juga: Soal Penggalian Batu di Nte’er, Pastor Martin Jenarut: Pemkab Harus Tindak Tegas
“Takutnya nanti pas lewat ada batu yang jatuh dari atas atau mungkin longsor. Kita kan tidak tahu. Makanya kalau lewat di sini saya selalu lihat ke atas sambil memacu kendaraan lebih laju,” katanya.
Pernah suatu ketika, kisah Hambut, ia berkendara dari Lembor ke Ruteng. Sampai di titik itu, ia terpaksa berhenti karena ada dua orang yang sedang melakukan aktivitas galian batu.
“Saya lihat waktu itu ada satu orang di atas gali batu dan guling ke jalan. Satunya lagi tinggal di jalan untuk sein kendaraan supaya jangan lewat dulu. Pas batunya sampai di jalan baru kami dipersilakan lewat,” jelasnya.
Karena itu, ia heran dengan sikap Pemkab Manggarai yang terkesan membiarkan aktivitas galian itu terus berlangsung. Padahal, jelas sekali aktivitas itu sangat berbahaya bagi penguna jalan.
“Saya harap pemerintah turun tangan untuk larang mereka itu. Sebab kalau tidak, bisa saja nanti ada orang yang mati di sini,” pintahnya. (Ferdiano Sutarto Parman/VoN).