Ende, Vox NTT-Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Ende, Petrus Guido No menanggapi berbagai usulan masyarakat soal bangun sekolah kelas jauh (SKJ) di desa.
Masyarakat mengusulkan ini sebab, selain jangkauan sekolah jauh dari pemukiman, siswa juga harus melintasi wilayah yang menantang.
Kondisi ini terjadi pada wilayah pegunungan Kecamatan Wolowaru, Kecamatan Lepembusu Kelisoke, Kecamatan Detukeli, Kecamatan Wolojita serta beberapa wilayah di Kecamatan Lio Timur.
Kadis Guido menjelaskan, sebagai lembaga eksekutif menerima usulan tersebut. Namun, pihaknya akan melakukan kajian sebagai pertimbangan alokasi anggaran.
Ia mengatakan, membangun lembaga sekolah tidak saja melihat unsur topografi. Beberapa unsur lain seperti jumlah penduduk juga sebagai bahan kajian.
“Jumlah penduduk itu lebih melihat pada usia subur. Sehingga sekolah bisa berkelanjutan,” ungkap Guido di ruang kerjanya, Kamis (8/6/2017) siang.
Usia subur yang dimaksud Kadis Guido yakni jumlah anak usia sekolah yang banyak. Baik usia sekolah dasar maupun sekolah menengah.
Selain itu, unsur lain adalah tenaga pendidikan yang layak.
Guido menyebutkan sebanyak 2023 guru honor komite yang tersebar di Kabupaten Ende. Jumlah ini disebut sangat mempengaruhi mutu pendidikan.
“Kalau guru honor semakin banyak dan honor dibebankan kepada komite sebesar 200 ribu maka sangat mempengaruhi mutu pendidikan. Ini yang harus dipikirkan juga,”katanya.
Sisi lain, sebut Kadis Guido, pembebasan lahan bangun sekolah. Pengalaman pemerintah akhir-akhir ini adalah masalah pembebasan tanah.
“Nah, masalah jumlah penduduk, guru dan lahan bangunan yang menjadi pertimbangan kami. Kami siap mengusulkan ke anggota dewan apabila semua berjalan lancar. Kita tahu kalau beberapa daerah di wilayah Lio yang topografi sulit. Kita akan pertimbangan lagi,”tutur Kadis Guido. (Ian Bala/VoN)