Larantuka, Vox NTT-Warga dusun Podor, Desa Boru sejak sepuluh tahun belakangan kesulitan mengakses air minum bersih.
Fery Lewuk, Sipri Iri, Agus Nong Manis, Reso Tukan dan Philipus Pelipi, mewakili dusun Podor mengeluhkan hal ini kepada VoxNtt.com pada Senin, (19/06/2017) di rumah kediaman mereka.
“Pak tolong tulis dulu biar ada semacam perhatian untuk kami di dusun Podor ini” demikian Fery Lewuk berkeluh.
Fery mengatakan untuk mengatasi kesulitan akses air minum bersih dan kebutuhan rumah tangga lainnya, warga dusun Podor terpaksa menggali sumur di kediaman mereka masing-masing secara swadaya.
“Sampai dengan sekarang kami sudah gali tujuh sumur Pak. Kami sendiri tidak tahu apakah air dari sumur ini memenuhi standar kesehatan atau tidak. Intinya kami dapat air dan kami bisa pakai. Tolong kami dulu Pak biar ada perhatianlah dari pemerintah baik itu pemerintah desa, kabupaten bahkan pemerintah provinsi dan pusat” tutur Fery.
Sipri dan Feri juga menambahkan bahwa perhatian dari desa Boru pada tahun 2016 yang lalu itu berupa pengerjaan bak penampung untuk mengaliri air dari pusat mata air ke dusun Podor tetapi debit airnya sama sekali tidak bisa diharapkan untuk pemenuhan kebutuhan air warga.
“Ini bagaimana Pak, bak penampung sudah ada tapi sumber air dan jaringan pipa saja tidak beres. Dana untuk dusun kami itu seratus juta pak tetapi sama saja airnya belum kami rasakan, jalan satu-satunya ya kami gali sumur. Apalagi kami di RT 5 yang paling ujung ini,”tambah Sipri.
Philipus Pelipi juga mengaku walaupun debit air sangat kecil dan tidak bisa diharapkan ia sendiri dan keluarganya tidak mau mengonsumsi air sumur yang digali warga itu.
“Saya takut Pak mau konsumsi jadi biar air dari kran kecil juga kami setia untuk tunggu dan ambil dari kran di depan rumah. Saya takut karena sumur-sumur yang digali itu saya kira kualitasnya belum diuji oleh orang kesehatan layak tidak untuk dikonsumsi” aku Sipri.
Fransiskus Sere Liwu, Kepala Dusun Podor, membenarkan masalah air minum yang dihadapi warga dusunnya itu.
Dia menuturkan bahwa tahun lalu anggaran air untuk dusun tersebut sebesar seratus juta. Namun nilai anggaran tersebut belum maksimal.
Pada tahun 2017 ini, pemerintah desa sudah menganggarkan dana sebesar 320 juta rupiah untuk menambahkan.
Namun seperti sampaikan Sere Liwu, dana sebanyak 320 juta rupiah itu setelah dibahas bersama tim yang ahli dalam urusan air ternyata tidak cukup.
Jadi pihaknya sedang mengupayakan kerjasama dengan pemerintah kabupaten dan provinsi untuk urusan air ini.
“Jadi saya minta warga dusun untuk bersabar dalam urusan air ini” kata Liwu. (Hengky Ola/VoN).